16. Sepakat

88 9 0
                                    

Eh? Gimana-gimana? Sepakat mau buka hati? Apa tadi? Chacha tak dengar, boleh diulang lagi? Ya ampun ini Juyeon kenapa hobi banget sih buat Chacha dag dig dug nggak jelas. Dia memang serius mau buka hati sama Chacha apa gimana? Chacha pengen percaya tapi tampang Juyeon tuh kayak gampang banget gitu ngomongnya, Chacha kan jadi bingung mau percaya atau gimana.

"Eum … oh ya udah." Chacha tak tahu juga harus mengatakan apa. Walaupun Juyeon sudah berkata begitu Chacha tetap tak boleh langsung merasa bahagia, nanti sakit sendiri kalau kenyataan tak sesuai ekspektasi. Pokoknya siap-siap untuk segala situasi saja, tak usah banyak berharap.

"Ya udah, sekarang kita makan, kamu mau makan apa?" tanya Juyeon.

"Eum … bentar," ucap Chacha sembari membuka buku menu.

"Lama juga nggak papa." Chacha berhenti melihat buku menu, ia melihat Juyeon kemudian tersenyum, ia senang mendengar ucapan pria itu. Ia memang tipe yang cukup lama juga memilih makanan atau minuman, terkadang Chacha merasa tak enak sendiri pada penjual atau pun pada temannya. Tapi saat Juyeon berkata seperti itu Chacha senang.

"Udah," ucap Chacha kemudian Juyeon memanggil pelayan.

"Mas, aku mau yang ini sama ini," ucap Chacha menunjuk menu yang ada.

"Saya yang ini sama ini," ucap Juyeon.

"Baik, silahkan ditunggu ya," ucap si pegawai kemudian pergi.

"Mau nikah kapan?" Heh, pelan-pelan dong, masa langsung gitu pertanyaannya, yang bener aja.

"Sebagusnya aja Bang."

"Kira-kira cukup nggak ya waktu buat nyiapin ini itu satu minggu?"

"Hah? Satu minggu?" Perasaan Juyeon juga ogah-ogahan nikah deh, tapi kenapa sekarang malah tiba-tiba pengen cepat gini. Demi apa pun Chacha tak tahu harus senang atau bagaimana. Senang sih bisa nikah sama Juyeon, soalnya sejauh ini Chacha belum ada nemuin hal yang buat dia berpikir untuk nggak lanjutin hubungan(?) ini. Tapi di satu sisi ia juga takut dengan rasa senang itu, pokoknya serba salah deh.

"Iya, ya maksudnya satu minggu setelah aku sama papa dan mama ngelamar kamu secara langsung." Weh, ini Chacha makin baper loh. Chacha berusaha untuk selalu mengingatkan dirinya bahwa ini hanyalah pernikahan dengan syarat dan ketentuan berlaku. Tapi kenapa semua tampak serius sih? Kalau begini Chacha mana bisa menahan diri untuk tidak bahagia?

"Eum … ya kayaknya bisa sih." Chacha iya iya aja deh, nurut aja dia sekarang. Toh juga Juyeon nggak yang aneh-aneh.

"Kapan bisa ketemu mama papa kamu?"

"Mama sama papa kapan aja bisa yang penting jangan dadakan."

"Ok, ya udah besok malam kita ke rumah ya buat ngasih tau ini ke mama sama papa."

"Iya Bang," ucap Chacha dan tak lama kemudian makanan mereka datang.

"Selamat makan," ucap kedua orang itu bersamaan setelah berdoa. Juyeon bukan orang yang biasa berdoa sebelum makan kalau di tempat umum, bukan malu sih, tapi memang bukan yang terbiasa. Tapi setiap kali bersama Chacha ia selalu berdoa, dan Chacha selalu meminta Juyeon yang memimpin doa. Kan jadinya sudah seperti pasangan sungguhan.

"Coba deh," ucap Juyeon sembari menyodorkan makanannya pada Chacha. Chacha yang terkejut dengan aksi itu pun tak melakukan aksi lain selain menerima suapan pria itu. Wajah sih tampak biasa, tapi hati dag dig dug ser BOOM!

"Gimana? Enak?" tanya Juyeon dan Chacha mengangguk. Juyeon sedikit banyak memang mencari tahu tentang Chacha, tak hanya tentang keluarganya tapi juga kepribadian perempuan itu. Memang tak banyak sih yang Juyeon tahu karena di kota ini Chacha tak punya teman dekat yang tahu banyak hal tentang perempuan itu. Juyeon hanya mencari tahu tentang Chacha dari Sihyeon selaku HRD yang mewawancarai Chacha.

***
Setelah mengabari orang tua Juyeon tentang kesiapan mereka untuk menikah orang tua Juyeon pun langsung membicarakan soal pertemuan mereka dengan orang tua Chacha. Nenek Juyeon adalah orang yang paling antusias dengan keputusan calon sepasang suami istri itu. Mereka dengan hati-hati meminta kedua orang tua Chacha yang datang ke Jakarta, tentunya Juyeon yang langsung membiayai sih. Ia tak mau calon mertuanya itu keluar uang sepeser pun karena seharusnya keluarga Juyeon yang datang ke rumah Chacha, syukur-syukur orang tua perempuan itu tak mempermasalahkan hal tersebut setuju untuk datang ke Jakarta. Mereka juga mempertimbangkan jika orang tua Juyeon yang datang ke rumah Chacha pasti akan sangat heboh. Walaupun orang-orang di kampung Chacha mungkin tak tahu siapa keluarga Juyeon, tapi mereka pasti akan sangat heboh kalau tahu kekayaan keluarga itu. Jadi mereka sepakat untuk datang ke Jakarta. Orang tua Juyeon bahkan meminta agar orang tua Chacha tinggal saja di Jakarta sampai pernikahan anak mereka karena persis seperti yang Juyeon katakan saat mereka makan malam. Pernikahan mereka akan diadakan tepat seminggu setelah pertemuan keluarga.

Chacha meninggalkan kost-annya selama ada orang tuanya di Jakarta. Mereka tinggal di apartemen yang tepat di samping apartemen Juyeon. Juyeon bilang sih biar dia bisa lebih dekat buat berkunjung. Juyeon memang sebaik dan sesantun itu sih, dia tiap malam datang ke apartemen yang ditempati oleh Chacha dan orang tuanya untuk berinteraksi dengan kedua orang tua itu. Dengan Chacha sendiri ia justru jarang berinteraksi. Tapi Chacha benar-benar tak masalah sih dengan itu, ia justru senang dengan Juyeon yang begitu menghargai orang tuanya. Pria itu sangat sopan, ia sama sekali tak menunjukkan perbedaan status mereka. Hal itu membuat ayah Chacha memuji Juyeon pada Chacha mengatakan bahwa pria itu benar-benar pria yang tepat untuk putrinya. Chacha harap sih iya, bagaimana pun juga Chacha tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa pernikahan itu suci jadi ia sangat berharap ini adalah pernikahan pertama dan terakhirnya terlepas dari semua hal yang terjadi.

Untuk keseharian pun ayah dan ibu Chacha benar-benar menghabiskan waktu terbaik mereka di Jakarta. Juyeon menyuruh supir pribadinya untuk menjadi tour guide dan membawa orang tua Chacha ke berbagai tempat di Jakarta agar mereka tak bosan karena Chacha juga bekerja. Tak banyak yang tahu tentang rencana pernikahan mereka, hanya kedua keluarga dan teman dekat Juyeon. Chacha belum ada mengabari temannya karena ia juga bingung apakah ia harus memberi tahu mereka sekarang atau bagaimana. Setelah beberapa hari tak ada interaksi hari ini Juyeon mengajak Chacha makan malam di luar setelah mereka selesai fitting baju. Padahal tiap malam Juyeon datang ke apartemen tapi mereka benar-benar tak ada berbicara, paling sekedar Juyeon pamit pulang.

"Bang, ini aku boleh nggak ngasih tau temen aku soal kita mau nikah?" tanya Chacha di sela-sela makan.

"Emang selama ini abang ada pernah bilang kalo kamu nggak boleh ngasih tau temen kamu?"

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang