31. Minum

126 12 2
                                    

Kali ini Sunwoo yang bertanya, semua orang menanti jawaban Juyeon. Juyeon yang mereka kenal selama ini memang terlihat sangat tidak peduli soal percintaan dan tak pernah serius dengan hal tersebut. Tapi di balik itu Juyeon juga terkenal dengan orang yang sangat bertanggung jawab dengan semua yang ia lakukan dan untuk Chacha bukan sekedar cinta lagi, tapi juga tentang tanggung jawab. Makanya mereka masih bingung dengan keputusan Juyeon menikahi Chacha apalagi sampai sekarang mereka belum ada perkembangan sama sekali.

"Tapi kalian baik-baik aja kan selama ini?" tanya Sangyeon, tidak ada perkembangan setidaknya suasana tidak keruh, itu yang Sangyeon harapkan.

"Baik-baik aja kok, santai aja Bang," jawab Juyeon.

"Udahlah, nggak usah bahas gue, kita mau asik-asikan, bahas gue mulu," ucap Juyeon lagi, memang tiap mereka bertemu entah hanya dua tiga orang pasti Juyeon lagi yang dibahas, Juyeon lagi.

"Ok ok, tapi kalo ada apa-apa cerita sama kita, kita usahain bantu," ucap Younghoon dan Juyeon mengangguk.

Beralih ke Chacha, perempuan itu minum dengan pikiran yang sudah entah kemana-kemana. Chacha kepikiran bagaimana kalau pada akhirnya ia dan Juyeon bercerai. Bukan soal perasaannya, tapi orang tuanya, Chacha kepikiran bagaimana reaksi orang tua perempuan itu nantinya. Chacha sadar dirinya tak pantas mengharapkan Juyeon terlepas dari semua janji pria itu padanya. Tapi Chacha juga takut kalau sampai semua ini terjadi. Kini Chacha kesal, ia kesal pada dirinya sendiri, kenapa ia harus takut? Kan dari awal ia sudah tahu situasi ini, dari awal ia sudah memikirkannya dengan matang-matang. Ah! Pokoknya sekarang pikiran Chacha berantakan, hanya karena pertanyaan Juyeon soal anak, kini pikiran Chacha jadi kemana-mana, ia benci dirinya yang seperti ini. Chacha perlahan menangis sambil meneguk minuman seolah itu adalah air putih.

***
"Ok hati-hati semua," ucap Juyeon kemudian mobil teman-temannya meninggalkan pekarangan rumah pria itu. Jam menunjukkan pukul sebelas saat Juyeon menutup pintu, ia mendengar isak tangis saat memasuki kamar, minuman yang Chacha bawa tadi sudah habis, perasaan Juyeon tak enak, apakah perempuan itu mabuk?

"Cha?" panggil Juyeon, perempuan itu mendongak.

"Eh Bang." Chacha mengusap kasar wajahnya, perempuan itu berusaha berdiri namun hampir saja ia jatuh kalau tidak ditahan Juyeon. Pria itu menuntun Chacha untuk duduk di kasur.

"Kenapa, heum?" Juyeon tau Chacha sudah mabuk, tapi siapa tau di saat seperti ini perempuan itu bisa lebih terbuka pada dirinya. Chacha menggeleng kemudian menunduk, Juyeon memegang dagu perempuan itu dengan lembut dan membawa wajahnya untuk bertatapan dengan Juyeon.

"Kenapa, heum? Mau cerita sama Abang? Ayo Sayang." Weh, Juyeon malah melembut pake acara manggil sayang, Chacha makin nggak karuan dong, air mata perempuan itu langsung turun tanpa bisa dikendalikan sedikit pun. Juyeon lantas membawa Chacha ke dalam pelukannya dan mengelus rambut perempuan itu.

"Maaf, maafin aku, maafin aku karena aku udah jatuh hati sama Abang," ucap Chacha pelan dan terisak. Juyeon melonggarkan pelukannya kemudian menangkup wajah Chacha dan menatap perempuan itu.

"Nggak papa, itu bukan sesuatu yang salah. Kamu nggak salah kok, nggak usah minta maaf ya." Duh Lee Juyeon, kamu lembut banget sih, Chacha kan makin terpana. Ya nggak salah sih, hak semua manusia mau suka sama siapa aja, yang salah itu kalo maksain orang buat balas perasaan kita. Siap jatuh hati berarti siap patah hati juga dong, ya kali yang enak-enaknya aja.

"Maaf, maaf aku egois, tapi aku pengen milikin Abang." Fix Chacha udah bener-bener mabuk, seratus persen mabuk. Dia udah berani terang-terangan gini, padahal biasanya sama diri sendiri aja masih nyangkal, lah ini? Juyeon aja sampe kaget loh, Juyeon harus jawab apa coba? Ini masuk kategori ditembak sama cewek nggak sih?

"Ah nggak boleh, maaf aku udah lancang, aku nggak seharusnya gini," ucap Chacha, air mata perempuan itu kembali membasahi pipinya. Juyeon diam, asli Juyeon bener-bener nggak tau mesti gimana.

"Kita tidur ya," ucap Juyeon, semoga Chacha mau dan nggak aneh-aneh sih.

"Nggak! Maaf, aku egois, tapi aku pengen milikin Abang, maaf," ucap Chacha dan selanjutnya aksi perempuan itu berhasil membuat Juyeon terkejut. Chacha mencium Juyeon, iya, Chacha mencium Juyeon, tak hanya mencium, perempuan itu memeluk leher sang suami dan menggerakkan bibirnya dengan begitu lembut dan menuntut seolah meminta Juyeon untuk membalasnya. Gimana ya, Juyeon juga udah minum, dia memang belum mabuk, tapi kalo diginiin Juyeon auto mabuk lah, mabuk banget malahan. Mana bibir Chacha manis lagi, Juyeon kan makin nggak karuan.

"Hah …" Chacha berusaha mengakhiri kegiatan tiba-tiba itu kemudian menyembunyikan wajahnya di dekapan Juyeon. Lagi, perempuan itu kembali menangis, hati Chacha bergejolak sekarang tapi ia benar-benar ingin Juyeon tahu apa yang ia rasakan. Tak tahu sih bagaimana nasib Chacha besok pagi bangun dalam keadaan sadar.

"Maafin aku," lirih Chacha, Juyeon kembali menangkup wajah Chacha, jari besar pria itu mengelus lembut air mata Chacha.

"Nggak papa, nggak papa Sayang, abang juga cinta sama kamu," ucap Juyeon, ini refleks atau dalam keadaan sadar nggak tau sih, Juyeon juga bingung sendiri. Dia juga udah mulai nggak sadar, kayaknya efek minumannya makin kuat karena kegiatan mereka tadi.

"Really?" tanya Chacha dengan mata berkaca-kaca dan Juyeon mengangguk. Sial, ngapain ngangguk sih! Chacha makin amburadul lah.

"And then have me," ucap Chacha lalu kembali mencium Juyeon, kali ini Juyeon tak mau jadi submisif seperti yang pertama tadi. Pria itu langsung menunjukkan sisi dominannya membuat Chacha kewalahan sendiri, bahkan entah sejak kapan Chacha sudah ada di pangkuan Juyeon. Nggak bahaya ta?

"Abang bisa berhenti kalo kamu minta berhenti, abang nggak pengen nyakitin kamu." Dengan sedikit kesadaran yang tersisa Juyeon memperingatkan Chacha sebelum mereka lebih jauh lagi. Jujur ini Juyeon juga bergejolak dengan dirinya sendiri. Ia juga pria normal yang pastinya tergoda dengan perempuan, apalagi dengan posisi sekarang ini. Melihat bibir Chacha saja Juyeon sudah menggila, bibir merah yang sedikit membengkak karena kegiatan mereka itu membuat Juyeon hampir tak bisa berpikir jernih, nafasnya bahkan serasa tercekat. Tapi Chacha tampaknya sudah sepenuhnya mabuk, perempuan itu melakukan aksi yang lagi-lagi membuat Juyeon terkejut. Perempuan itu melepas bajunya kemudian merengkuh leher Juyeon.

"I said, have me," lirih Chacha dengan begitu pelan, bulu kuduk Juyeon auto bergidik mendengar lirihan perempuan itu. Darah Juyeon berdesir, gejolak di tubuh pria itu bangkit, Juyeon tak bisa menahan lagi. Ego dalam diri pria itu membenarkan keinginannya untuk memiliki Chacha sepenuhnya, toh juga Chacha istrinya kan.

"Abang bakal pelan-pelan Sayang," ucap Juyeon kemudian mengecup lembut kening Chacha.

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang