"Suka! Suka banget malahan, aku tuh gemes banget liat anak kecil, imut-imut banget. Like, ya ampun ganteng-ganteng dan cantik-cantik banget sih anak-anak ini, mukanya pada polos banget. Sumpah ya kalo di gereja aku tuh seneng banget liat anak-anak." Biasanya Chacha akan menjawab seperti itu dengan sungguh antusias, tapi entah kenapa kali ini Chacha tak bisa menjawab dengan cepat saat Juyeon yang bertanya. Gimana ya, pikiran Chacha langsung kemana-mana. Bukannya geer nih, bukan, Chacha nggak geer kok. Tapi dia juga langsung keingat kalo orang tua Juyeon itu nggak sabar banget pengen punya cucu. Untungnya mereka nggak blak-blakan yang langsung nuntut Chacha buat punya anak sih, kalo sampe iya pasti Chacha nangis.
"Suka Bang." Bukan, ini bukan Chacha, Chacha biasanya sangat antusias jika itu tentang anak kecil. Tapi kali ini ia hanya menjawab singkat.
"Eum … gitu ya," ucap Juyeon, ia juga sebenarnya bingung membicarakan ini dengan Chacha. Boro-boro soal anak, mereka saja belum saling mencintai. Yang ada nanti anak jadi korban, kan kasihan.
"Kamu, suka aja sama anak kecil atau gimana?"
"Heum?"
"Kamu mau juga ngurus anak kecil?"
"Gimana ya jawabnya, aku bisa sih ngurus anak kecil. Tapi belum yang sepenuhnya gitu, boro-boro ngurus anak kecil, ngadepin diri sendiri aja aku belum bisa. Aku aja masih suka tantruman sendiri, aku belum stabil secara emosi." Chacha bergumam dengan pelan namun masih dapat Juyeon dengar.
"Mau sih, mau-mau aja," jawab Chacha yang jelas-jelas tak sebanding dengan gumamannya tadi.
"Ooo … ok."
"Eum?" Chacha bingung dengan "Ok" nya Juyeon.
"Nggak, abang penasaran aja, soalnya kamu sama Yongyi sampe panggil-panggil sayang gitu. Apa sama anak kecil juga? Penasaran aja." Juyeon mengurungkan niat untuk membicarakan hal serius ini, ia rasa terlalu sensitif membahasnya sekarang. Chacha pun hanya mengangguk mendengar jawaban Juyeon, kini keduanya sama-sama canggung.
***
'Aku duluan ya Bang, semuanya udah aku siapin, have a good day.' Juyeon membaca note yang Chacha tulis, tadi malam pria itu memang berpesan agar Chacha tak perlu membangunkannya karena Juyeon akan berangkat siang ke kantor. Chacha bersyukur sih akan hal ini, ia bisa sedikit menghindari Juyeon. Bukannya bagaimana, tapi pembicaraan soal anak tadi malam membuat Chacha jadi agak canggung menghadapi pria yang berstatus sebagai suaminya itu. Sama halnya dengan Juyeon, pria itu pun kini canggung dengan Chacha, ia merutuki dirinya yang tak berpikir matang-matang sebelum menanyakan hal sensitif itu.
Tapi sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Juyeon, ia baru ingat kalau weekend ini teman-temannya akan datang ke rumah Juyeon. Ya biasa, acara minum-minum gitu. Juyeon kepikiran untuk mengajak Chacha memasak bersama dengan harapan ia bisa memperbaiki komunikasi dengan istrinya itu.
***
"Besok malam siapa aja yang bakal datang Bang?" tanya Chacha, setelah makan malam Juyeon meminta izin pada Chacha bahwa teman-temannya akan datang. Sebenarnya itu lebih terdengar seperti pemberitahuan sih di telinga Chacha. Memang Chacha siapa sampai Juyeon harus meminta izin padanya, menurut Chacha juga ia tak punya hak untuk keberatan dengan hal tersebut.
"Biasa, Bang Sangyeon, Hyunjae, Younghoon, Changmin, Chanhee, Sunwoo, Eric kalo pengen, dan mungkin Mbak Eunbi kalo dia ada waktu." Chacha berharap Eunbi datang sih biar dia ada temennya. Juyeon bilang sebenarnya terserah Chacha mau gabung atau nggak, tapi dasarnya Chacha orang yang nggak enakan. Dia nggak enak kalo nggak keluar padahal dia statusnya tuan rumah. Padahal ya teman-teman Juyeon santai-santai saja. Mereka juga paham posisi Chacha, jujur saja awalnya teman-teman Juyeon tak habis pikir dengan kesepakatan Juyeon bersama Chacha. Tapi ya pada akhirnya mereka hanya bisa mendukung Juyeon, apalagi sudah menjadi rahasia umum di kalangan teman Juyeon tentang bagaimana keluarganya terus bertanya kapan Juyeon akan menikah.
"Ok i see, mau BBQ-an atau makan langsung?" Terlepas dari rasa canggung Chacha pada Juyeon, Chacha tetap menganggap bahwa ini semua adalah pekerjaannya sehingga perempuan itu harus bersikap profesional.
"Kayaknya makan deh, soalnya kalo minum gini nggak ada yang niat bagian bakar-bakar. Abang ada rencana beberapa masakan sih." Ini benar-benar bukan Juyeon yang pada biasanya, sejak kapan pula Juyeon mau serepot ini. Kalaupun mereka makan berat para pria itu selalu memilih untuk membeli, tapi kali ini Juyeon sengaja agar ia bisa memperbaiki hubungannya dengan Chacha. Jujur Juyeon tak suka kecanggungan ini, besok-besok ia harus lebih hati-hati menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan dan rumah tangga pada Chacha. Untung loh perempuan itu profesional, kan lebih berat kalau sampai perempuan itu benar-benar menghindari Juyeon. Entahlah, Juyeon juga tak paham, tapi ia rasa dirinya sudah terbiasa dengan kehadiran Chacha sehingga kalau perempuan itu tak ada jadi aneh. Jangan tanya Juyeon apa yang tengah ia rasakan karena pria itu sendiri tak paham. Intinya ia hanya sudah terbiasa dengan kehadiran Chacha di hidupnya.
"Ok … tapi aku nggak pintar-pintar banget loh masak, Abang tau itu deh seharusnya."
"Masakan kamu enak kok."
"Terserah deh, mau masak apa besok? Biar aku list dulu apa yang perlu dibeli."
"Nih, kita masak bareng aja besok." Chacha menaikkan alisnya, Juyeon yakin dengan kalimat yang ia ucapkan?
"Ok, yowes deh, aku list dulu," ucap Chacha, perempuan itu membuka note di ponselnya kemudian mencatat apa saja yang perlu ia beli.
"Eum? Need something?" tanya Chacha menyadari Juyeon memandangi dirinya. Ekspresi pria itu seperti sedang tertangkap basah melakukan tindakan kriminal.
"Ah nggak kok, Abang ke balkon dulu," ucap Juyeon dan Chacha pun mengangguk.
Juyeon menghela napas saat tiba di balkon kamar, pria itu mulai heran dengan dirinya sendiri. Ia tampak mulai nyaman dengan Chacha dan Juyeon khawatir dengan itu. Juyeon takut, Juyeon tak tahu bagaimana perasaannya pada Chacha, ia tak mau sampai menyakiti perasaan perempuan itu karena rasa nyaman yang ia miliki.
"Nggak, nggak mungkin, nggak mungkin secepat ini." Juyeon berusaha menyangkal, bagaimanapun ia sebenarnya belum ada niat untuk berusaha serius dalam hubungan ini. Ia memang tak ingin sembarangan, tapi untuk ke jenjang dimana ia benar-benar menyayangi Chacha itu belum ada. Semua rencana dan harapan itu masih hanya ada di otak Juyeon, selama ini ia hanya menjalani seadanya saja dan untungnya mereka berdua tampak klop. Tapi kalau soal perasaan Juyeon benar-benar tak tahu, ia belum ingin membahas hal tersebut. Toh juga ia dan Chacha sama-sama nyaman dengan kondisi sekarang dan tak ada masalah.
"Abang ngerokok?" Juyeon menoleh dengan sebungkus rokok di genggamannya, Chacha datang dengan Yongyi di gendongannya. Makin hari perempuan itu tampaknya semakin menyayangi Yongyi.
"Kamu nggak suka ya cowok yang ngerokok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon
FanfictionJuyeon butuh Pacar, Chacha butuh uang. Best deal, bukan? Eh tapi kok malah nikah?