Untung ruangan Sangyeon kedap suara jadi teriakan Eunseo tak terdengar sampai ke luar. Chacha bahkan sampai terkejut mendengar suara perempuan itu.
"Ternyata bener-bener cewek gila," batin Chacha sambil memandangi Eunseo dengan tatapan tak percaya.
"Heh! Lo nggak usah aneh-aneh deh, gue udah suka sama Juyeon dari lama masa lo yang dapetin dia, enak aja. Pokoknya gue harus dapetin Juyeon, lo harus jauhin dia kalo nggak lo bakal didepak dari perusahaan ini."
"Eh sembarangan, siapa lo main depak karyawan gue. Lo pikir gampang dapetin Chacha? Nggak usah aneh-aneh deh, mending lo yang cabut dari kantor gue, ngeganggu tau nggak."
"Sangyeon~~~ kok gitu sih sama sepupu sendiri? Masa lo lebih dukung dia daripada gue? Padahal lo tau sendiri gue udah lama suka sama Juyeon, gue ini adek lo."
"Sangyeon Sangyeon, gue abang lo, nggak ada sopannya jadi anak kecil." Sangyeon memang dua tahun lebih tua dari Eunseo, tapi karena tumbuh bersama Eunseo tak pernah memanggil Sangyeon dengan panggilan abang atau sejenisnya. Ya ... paling manggilnya sopan kalo lagi ada maunya.
"Gue bukan anak kecil ya, sembarangan aja. Dia nih yang anak kecil, masih bau kencur juga udah mau nikah. Gue nggak mau tau, lo mending hentiin pelet lo sama Juyeon sebelum gue yang bongkar keburukan lo." Chacha membulatkan mata kaget, Eunseo masih aja ngotot kalo Chacha make pelet, ada-ada aja deh.
"Dasar gila, Chacha nggak ada make pelet. Juyeon tuh yang make pelet buat dapetin Chacha."
"Nggak, nggak, itu nggak bener."
"Cha, mending kamu balik ke meja kamu. Cewek gila ini nggak ada habisnya kalo diladenin terus."
"Baik Mas, saya permisi ya."
"Heh kemana lo, gue belum siap ngomong ya." Chacha menulikan telinga, ia lelah mendengar suara Eunseo yang sewaktu-waktu bisa memecah gendang telinganya. Toh juga yang menyuruhnya kan Sangyeon.
"Asal lo tau aja, Juyeon cuman nikahin buat pengalihan."
"Heh! Ngapain ngomong kayak gitu? Kalo Chacha mikir yang macam-macam gimana?"
"Lah? Kok jadi lo yang takut? Emang iya 'kan? Gue yang udah bertahun-tahun aja suka sama Juyeon, mencintai dia secara ugal-ugalan tetap nggak bisa dapetin hati dia. Masa iya cewek yang baru Juyeon kenal langsung dia ajak buat nikah, Chacha cuman jadi pengalihan. Kalo perempuan itu datang lagi nanti gimana? Kalo gitu gue milih jadi penonton sambil nikmatin popcorn aja deh."
"Nggak usah ngomong aneh-aneh Eunseo."
"Tapi memang iya kan Bang Sangyeon?"
"Pokoknya lo nggak usah aneh-aneh deh."
"Bodo amat, pokoknya gue bakal tetap ngejar Juyeon."
"Dia itu mau nikah Eunseo, susah banget sih dibilangin. Mending lo sama Sunwoo noh, kalian berdua cocok banget."
"Sembarangan! Gimana ceritanya gue cocok sama bokem gila itu, ya kali gue sama berondong, idih."
"Umur cuma angka Eunseo, lagian cuma beda dua tahun, nggak keliatan juga. Abang serius minta kamu berhenti ngejar Juyeon, dia udah mau nikah. Kalo memang jodoh nggak kemana, kamu udah bertahun-tahun suka sama dia dan nunjukin perasaan kamu tapi dia nggak ada buka hati buat kamu jadi tolong berhenti. Banyak yang suka kamu, banyak yang ngejar kamu Eunseo, you're more than it. Kamu deserve better daripada terus ngejar Juyeon yang jelas-jelas nggak suka sama kamu. Kamu itu cantik, pintar, banyak bisanya, kamu udah jadi yang terbaik versi kamu. Ibaratnya kamu jeruk tersegar yang pernah ada dengan kualitas terbaik tapi Juyeon sukanya coklat. Beda jauh 'kan? Kamu nggak bisa berubah jadi coklat biar disukai sama Juyeon. Jadi nggak usah dipaksa, kamu udah jadi yang terbaik, masa iya rela berubah demi orang lain, ya jangan dong. Orang yang bener-bener sayang sama kamu bakal nerima semua yang ada di kamu. Sedangkan Juyeon? Dia bukannya nggak bisa nerima kamu, tapi dia memang sedikit pun nggak ada perasaan sama kamu, perasaan itu nggak bisa dipaksa karena dari lubuk hatinya yang paling dalam pun Juyeon nggak ada perasaan sama kamu. Abang ngomong kayak gini karena abang sayang sama kamu Seo, kamu terlalu berharga buat terus ngejar laki-laki di saat banyak laki-laki lain yang juga ngejar kamu. Tolong berhenti Eunseo, tolong sayangi diri kamu sendiri." Eunseo menghela napas, jika Sangyeon sudah mode aku-kamu bahkan sampai menyebut dirinya abang seperti itu maka ia dalam mode yang sangat serius. Memang tak bisa dipungkiri, banyak laki-laki yang berusaha mendekati Eunseo dan mereka bukan laki-laki dari kalangan biasa. Tapi Eunseo malah lebih memilih mengejar Juyeon yang sedikit pun tak pernah melihatnya. Juyeon bahkan selalu blak-blakan pada Eunseo bahwa ia sama sekali tak ada perasaan pada perempuan itu. Apakah ini memang saatnya bagi Eunseo untuk berhenti?
"NGGAK! Nggak mau, pokoknya gue mau Juyeon." Setelah mengucapkan itu Eunseo langsung meninggalkan Sangyeon.
"Hhh, percuma gue ngomong panjang lebar." Sangyeon hanya mampu menghela napas sembari menggelengkan kepala melihat tingkah adik sepupunya itu. Entah sampai kapan Eunseo akan seperti itu.
Sedangkan di sisi lain Chacha kini sudah kembali pada pekerjaannya, namun pikiran perempuan itu masih saja teringat pada tingkah Eunseo.
"Ternyata bener-bener gila," batin Chacha, tak hanya itu, Chacha juga teringat tentang perkataan Eunseo yang menyebut kalau Juyeon menikahinya hanya untuk pengalihan, Chacha masih mendengar kalimat itu sebelum melangkahkan kaki dari ruangan Sangyeon dan sialnya kini Chacha malah terus terngiang ucap Eunseo tersebut. Mereka memang menikah tanpa perasaan sih, tapi apa maksud Eunseo dengan pengalihan?
"Ah bodo amat deh, nggak mau nambah beban pikiran gue," batin Chacha lagi, ia pun kini berusaha mengabaikan hal tersebut dan fokus pada pekerjaannya.
***
"Huft ... dingin banget," monolog Chacha sambil berjalan menuruni anak tangga, semakin sore memang ruangan mereka semakin dingin. Tapi itu jauh lebih baik sih dibandingkan di luar yang panasnya minta ampun. Begitu keluar dari gedung perusahaan Chacha melihat Juyeon menyender di mobilnya. Juyeon memang datang ke kantor Sangyeon sejak sore tadi. Chacha hanya lewat saja karena Juyeon tampak sibuk dengan ponselnya sampai suara pria itu menginterupsi langkah kaki Chacha."Eh iya Bang."
"Ayo masuk," ucap Juyeon, Chacha melihat ke sekeliling untuk memastikan tak ada orang kemudian memasuki mobil Juyeon. Ia tak ingin ada orang kantor yang melihatnya masuk ke mobil Juyeon dan menimbulkan gosip, sejauh ini hanya Sangyeon yang tahu hubungan kedua orang itu di kantor. Tak tahu juga sih ini bisa disebut hubungan atau bagaimana.
"Sombong banget, main lewat aja, sapa dikit kek."
"Abang lagi sibuk main hp tadi."
"Kan bisa disapa, lagian abang main hp nelepon kamu, tapi nggak diangkat."
"Hpnya di tas, di-silent jadi nggak denger apa-apa."
"Iya deh iya, nih pake dulu," ucap Juyeon memberi jaketnya.
"Buat apa?"
"Nggak usah sok buat apa, abang tau kamu kedinginan, di kantor aja kayak menggigil gitu."
Eh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon
FanfictionJuyeon butuh Pacar, Chacha butuh uang. Best deal, bukan? Eh tapi kok malah nikah?