9. Bahasan yang Berat

97 7 5
                                    

Kan, Juyeon bilang juga apa, pasti ada yang nggak beres nih.

"Ya … serius aja sih Ma."

"Sejauh mana seriusnya?"

"Eung?"

"Di usia yang sekarang ini tentunya kamu pacaran udah bukan tanpa tujuan kan Lee Juyeon?" Duh, usia lagi usia lagi. Juyeon terdiam, nggak tau mesti jawab gimana. Ya kali dia nikah sama Chacha di saat dia nggak ada perasaan apa-apa sama perempuan itu, dia cuma baik ke Chacha ya selayaknya manusia.

"Ju?"

"Iya Ma."

"Gimana?" Ya ampun Ma, Juyeon juga bingung, bisa nggak sih Eric aja yang duluan di suruh nikah?

"Ini permintaan nenek kamu." Eh? Juyeon terkejut mendengar ucapan sang ibu, nenek? Mama Lee tak pernah menyebut ini sebelumnya. Wanita paruh baya itu menghela napas kemudian menatap dalam-dalam mata anak sulungnya tersebut.

"Ju, mama sebenarnya nggak masalah kamu mau nikah kapan Nak, jodoh kan nggak ada yang tau, dinikmatin aja. Tapi nenek kamu, nenek kamu pengen liat cucunya ini dewasa, punya keluarga yang bakal dia tanggungjawabi." Tunggu, ini mama Lee nggak lagi bohong 'kan? Soalnya selama ini beliau yang tampak tak sabar ingin punya cucu.

"Mama nggak bohong Ju, selama ini nenek kamu nanyain, tapi ya mama bilang nanti-nanti. Tapi tadi malam nenek kamu nginap di rumah trus nanya itu lagi. Malam ini nenek minta kita datang ke rumah, dia minta kamu bawa pasangan." Diam, Juyeon masih diam, asli Juyeon tak tahu harus mengatakan apa.

"Tapi sebelum itu mama mau nanya lagi."

"Iya Ma?"

"Kamu tau kan latar belakang keluarga Chacha?" Jelas Juyeon tau, dia sudah menyelidiki seluk beluk keluarga Chacha. Juyeon tak peduli sih soal itu, kan dia hanya meminta Chacha jadi pacar bayaran.

"Tau Ma."

"Menurut kamu apa tanggapan publik kalo anak dari Lee Corp nikah sama perempuan dari kalangan biasa?" Juyeon tau, Juyeon tau semua itu. Tapi sekali lagi, Juyeon nggak ada rencana nikah sama Chacha.

"Dari awal kamu udah tau soal ini kan Ju? Atau pas ketemu Chacha kamu lupa diri? Kamu lupa semuanya?"

"Kayaknya iya Ma." Nggak sih, Juyeon asal ngomong aja, dia nggak tau mesti jawab apa, entah kenapa otaknya serasa berhenti bekerja. Mama Lee menghela napas melihat putra sulungnya tersebut. Secinta itukah Juyeon pada Chacha? Itu yang tengah mama Lee pikirkan sekarang.

"Ju?" Panggil sang ibu lembut sembari mengelus punggung tangan anaknya itu.

"Iya Ma?"

"Mama akui, Chacha itu perempuan yang baik, hebat, cantik, dia keren Ju. Mama akui itu Nak, andai saja latar belakang keluarganya seperti itu. Bukan maksud mama latar belakang keluarga Chacha buruk, bukan Ju, justru orang tua Chacha hebat bisa menyekolahkan Chacha tinggi-tinggi sampai bisa seperti sekarang ini. Tapi kalian sulit bersama dengan situasi yang ada ini Nak. Belum lagi nenek kamu, kita nggak tau tanggapan nenek nanti bakal gimana." Mama Lee berusaha melembutkan kata-katanya, ia tak ingin melukai perasaan Juyeon dengan membawa latar belakang keluarga Chacha yang sebenarnya tak ada salah. Hanya saja ya … mau gimana ya, keluarga Juyeon itu orang ternama. Lagi dan lagi, Juyeon hanya diam, dia juga bingung menanggapi situasi ini.

"Kamu serius cinta sama Chacha? Kamu sayang sama dia? Kamu serius mau nikahin dia."

"Serius Ma, aku serius banget sama Chacha." Juyeon auto ngomong serius, daripada mamanya nyari perempuan lain yang Juyeon nggak tau gimana tingkahnya ya 'kan? Apalagi kalo sampai mama Lee menjodohkan Juyeon dengan Eunseo, duh amit-amit.

"Padahal Eunseo pasangan yang cocok buat kamu." Juyeon membulatkan mata mendengar gumaman sang ibu. Pelan sih, tapi bagai petir yang khusus menyambar Juyeon, dia udah capek-capek bawa Chacha ke drama ini masa iya mau dijodohin sama Eunseo lagi? Yang bener aja.

"Ma … aku udah punya Chacha lho."

"Iya, maafin mama Nak. Ya udah gini aja, malam ini bawa Chacha ke rumah nenek, kita liat tanggapan nenek aja," ucap mama Lee dan Juyeon hanya mengangguk.

"Kalo gitu aku mau masuk dulu ya Ma, mau tidur."

"Dih siang-siang tidur, ngajak ceweknya jalan kek."

"Udah tadi malam di acaranya Bang Hyunjae, bye Ma." Mama Lee hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya itu. Kalo boleh jujur mama Lee sebenarnya menyukai Chacha sih, tapi ya mau bagaimana, lagi-lagi status ini juga tak bisa diabaikan begitu saja.

"Ah udahlah, biar mama yang nentuin," monolog mama Lee yang mengacu pada mertuanya.

***
"Eh? Ngapain mobil Bang Juyeon di sini?" monolog Chacha saat baru keluar dari kost-anya. Tak lama kemudian sang empunya mobil muncul dari dalam.

"Kamu mau kemana?"

"Mau gereja."

"Sabtu?"

"Kan ada misa sore juga," jawab Chacha dan Juyeon mengangguk tanda mengerti, ia juga katolik sih tapi ia sekeluarga selalu gereja ya hari minggu.

"Eh ojek aku udah sampe, aku duluan ya Bang," ucap Chacha hendak meninggalkan Juyeon namun pria itu menahan tangan Chacha dan menemui driver ojek tersebut.

"Maaf Mas pacar saya sama saya aja, saya kasih tip aja ya," ucap Juyeon kemudian memberikan selembar uang seratus ribuan.

"Nggak di-cancel kok Mas, maaf ya Mas," ucap Chacha.

"Ok deh Mas, Mbak, mari," ucap driver tersebut kemudian pergi.

"Mau ngapain? Tapi aku mau ibadah dulu." Chacha cepat juga profesionalnya, ia langsung auto mode bekerja jika sudah dengan Juyeon. Gajinya enak sih, tapi ya harus stand by 24/7 juga.

"Jam berapa mulai?"

"Tengah lima."

"Berarti siap sekitaran jam enam?" tanya Juyeon lagi dan Chacha mengangguk.

"Ok, kamu udah cantik, udah wangi, nanti tinggal ganti baju aja." Weh, ini Juyeon sadar nggak sih kalo omongan dia buat Chacha rasanya melayang. Muka Chacha memerah panas nih Lee Juyeon, tanggung jawab.

"Ya udah ayo ke gereja dulu," ucap Juyeon, pria itu lantas membukakan pintu untuk Chacha.

"Makasih Bang," ucap Chacha kemudian masuk ke dalam mobil Juyeon, wangi khas Juyeon, itu yang auto terlintas di otak Chacha setiap kali ia memasuki mobil pria tersebut. Kira-kira berapa perempuan yang pernah masuk ke mobil ini? Apa saja yang mereka lakukan? Ya ampun, Chacha auto menggelengkan kepala, bisa-bisanya ia berpikir seperti itu seolah Juyeon adalah laki-laki seperti itu. Padahal sejauh inj yang Chacha tau Juyeon itu pria baik-baik, TAPI TAK ADA YANG TAU SIH.

"Kenapa geleng-geleng gitu?"

"Nggak kok, eheheh." Ya kali Chacha ngutarain apa yang ada di pikirannya tadi. Chacha belum mau dipecat sekarang, tabungannya belum banyak.

"Ke gereja mana?"

"Nih, ikutin aja map-nya, aku nggak bisa baca map, Abang baca sendiri." Chacha auto memalingkan wajah setelah mengucapkan hal tersebut karena malu sampai sekarang ia belum pintar membaca map. Juyeon tertawa melihat perempuan itu kemudian mengikuti navigasi sesuai yang tertera di layar ponsel Chacha.

"Yakin pemandangan luar lebih menarik daripada yang di samping kamu sekarang?"

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang