Hari² sudah berlalu. 2 Minggu terakhir dimana masa pemulihan Haikal yang cepat dan kian membaik.
Haikal juga sudah bisa berangkat ke sekolah lagi. Ditambah Mae dan Daddy Suh yang sudah selesai dengan semua bisnis² dan urusan orang² dewasa lainnya."Morning Mae. Daddy" sapa Haikal yang masih mengantuk dan mengucek² matanya. Dia duduk di bench sambil menunggu sarapannya siap.
"Morning adek" jwb Daddy Suh dengan tablet dan kopinya.
"Morning sayang" jawab mae sambil meletakkan sarapan mereka. Ada 4 piring(?)
"Morning cil" entah dari mana sumber suara tersebut.
Haikal kaget, lalu melirik ke semua sudut ruangan"Hah? Itu tadi suara siapa mae" Tanya Haikal sembari mendudukkan dirinya di bench dapur.
"Buset cil. Sakit bgt hati gua, mentang² ditinggal lama mendadak ga inget suara gue" kedua alis Haikal menyatu, suara itu bersumber dari balik pintu kulkas.
Dan setelah pintu kulkas di tutup, Haikal terkejut."heh Abaaangggg!!!!!!" Haikal lari dan langsung memeluk abangnya tsb. Henderi tersontak kaget karena minumannya hampir saja jatuh.
"Duh cil. Ati² ntar tumpah iniii" jawab Hendri namun bukannya berhenti Haikal makin mengguncang² abangnya tsb dg kuat. Dahlah pasrah aja. Biarin adeknya ini meluk dia sampe puas. Toh dia juga kangen sama Haikal, sambil di pat² anaknya.
"Kangen banget ya dek sama abangnya?" Tanya Daddy yang berhenti dengan tablet nya. Dan tersenyum manis kepada kedua anaknya. Haikal hanya mengangguk² sebagai jawaban.
"Gue tau cil Lo kangen sama gue. Tapi bisa lepasin dulu nda ini? Abangmu yang tampan ini kehabisan napas lho" kata Hendri, udahnya haikal langsung lepasin pelukannya.
"ih Abang! Kenapa bisa ada disini?! Kok gak bilang² kalo mau pulang?!!" Tanya Haikal sambil mengguncang² badan Hendri.