Kasino 30

141 16 0
                                    

Happy Reading ✨🐣

Stefany berdiri dan berlari ke arah Oliver. Dia memiliki selembar kain yang menutupi ketelanjangannya, dan senyum kemenangan yang terselubung di wajahnya. Dia tidak peduli dengan rasa sakit yang mungkin dirasakan Filipe melihat dia mengkhianatinya dengan sahabatnya. Stefany tidak merasa malu. Demikian juga, dia telah mencapai apa yang dia inginkan.

Filipe merasakan perutnya bergejolak. Seperti jarum-jarum kecil yang menusuk tubuhnya, ia merasa jantungnya hampir meledak karena kesakitan melihat satu-satunya wanita yang mencintainya mengkhianatinya dengan sahabatnya. Suasana di ruangan itu begitu tegang hingga dia bisa merasakan suhu tubuhnya meningkat.

Di sisi lain, Oliver duduk, masih memijat wajahnya. Dia menghela napas panjang penuh penyesalan.

"Kita harus bicara, Filipe," kata Oliver.

Filipe tertawa, tetapi segera menyadari betapa keringnya humornya. Dia merasakan perutnya melilit lagi.

"Bicara?" Dia mengepalkan tinjunya lagi. Dia ingin memukul Oliver sampai dia tidak bisa lagi. "Bagian mana yang aku lewatkan yang perlu kau ceritakan juga jelaskan?"

Filipe menggelengkan kepalanya, mengamati tatapan Oliver yang tumpul. Bibirnya terlalu lemah untuk membantah apapun.

"Sudah berapa lama kalian bersama?" dia melepaskan napas yang telah ditahannya, sementara jutaan pikiran berkecamuk di benaknya.

"Apa?" Oliver bertanya, bingung.

"Sudah berapa lama kau berpura-pura menjadi temanku saat tidur dengan istriku?" Filipe berteriak.

"Filipe, kau sangat membingungkan, Oliver dan aku..."

"Apakah kau sengaja akan membuat ku merasa seperti orang gila?" Dia menatapnya dengan tatapan mengancam. "Apakah kau akan mengatakan bahwa aku berkhayal dan apa yang aku lihat adalah imajinasi ku saja?"

Sudah jelas bahwa Stefany akan berpura-pura malu. Rencananya harus sempurna.

"Tidak, Filipe, dia..." kata-katanya terhenti di tenggorokannya, dan Oliver mengesampingkan semua niatnya untuk membenarkan fakta itu.

"Kamu tidak menjawab pertanyaan ku, Oliver," Filipe merasakan gelombang adrenalin berdenyut di nadinya saat dia berteriak.

Ada keheningan yang canggung di dalam ruangan yang menurut Filipe tidak dapat ditanggungnya.

"Kita sudah bersama selama tiga tahun," bisik Oliver, "tapi kita belum pernah bertemu satu sama lain selama sebulan penuh."

"Apakah kau mengatakan itu hanya untuk menghibur ku?"

"Aku mengatakan kepadamu bahwa kita berdua akan mengakhiri cerita ini," suaranya meninggi.

Di sisi lain, jantung Stefany berdegup kencang di dadanya hingga ia merasakan sakit yang berdenyut-denyut. Mengetahui bahwa Oliver berniat membuangnya hampir membunuhnya di dalam.

"Selain sombong, kau juga egois dan licik," Filipe tidak pernah merasa begitu dipermalukan dalam hidupnya, "Seandainya saja kau tidak pernah mengatakannya kepada ku aku mungkin tidak akan pernah tau sampai kapan pun."

"Niat ku tidak akan pernah mengecewakan mu Filipe," Oliver membenarkan.

Seseorang belum pernah meninju perut Filipe seumur hidupnya, tapi itulah yang dia rasakan sekarang. Dia menjauh dari Oliver karena dia tahu bahwa jika dia berada sedetik saja di dekatnya, dia akan membakar rumah itu, dengan mereka berdua di dalamnya.

"Kita bisa memperbaiki keadaan, Filipe." Stefany berpura-pura putus asa dan meraih tubuhnya.

"Aku tidak ingin kau melakukan apa pun, Stefany," dia mendorongnya menjauh, merasa jijik. "Aku akan melakukannya saat aku mengajukan gugatan cerai."

TARUHAN PERNIKAHAN [END] S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang