DUA

22.4K 875 2
                                    

"Beri salam kepada ibu guru!!"

"ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH!!"

"Waalaikumsallam warohmatullahi wabarokatuh."

Para anak murid berusia lima tahun itu berdiri dari posisi duduknya, mereka berbaris rapi untuk bersalaman dengan ibu guru, karena sudah waktunya jam pulang. Beberapa orang tua juga sudah menjemput sepuluh menit sebelum jam pulang.

Para murid mulai berhambur keluar dan menghampiri orang tua masing-masing yang sudah menjemput di depan pintu kelas, hanya ada satu anak yang masih berdiri di depan pintu kelas seraya menangis.

Ashilla yang melihat itu segera menghampirinya. “Aila? Aila belum di jemput Baba ya?”

Ashilla cukup mengenal baik sosok Myiesha Aila Rizqiyana. Ia anak yang cukup pintar di anak seusianya, ia juga orang yang selalu menjadi pemimpin doa di kelas. Ia juga ternyata adalah seorang Ning, putri tunggal dari seorang Gus Ikmal Fikri Hidayat, pengasuh pondok pesantren Darul Hikmah Jogjakarta, pesantren terbesar.

Aila ini anak yang sangat pintar, dan memiliki paras yang cantik, juga sangat mudah berbaur dengan teman yang sekelasnya. Sampai Ashilla sendiri sudah seperti teman bagi Aila.

Aila yang biasa ceria itu terlihat murung, bahkan tampak mulai menangis. "Iya ibu Cilla. Baba belum sampai."

Ashilla tersenyum, ia berjongkok menyejajarkan tingginya dengan tubuh Aila. "Mau Ibu Shilla temani?"

Aila mengangguk, seraya menghapus air matanya. Ashilla berdiri dan menggandeng tangan Aila, membawa anak berusia lima tahun itu untuk duduk bersamanya di permainan ayun-ayunan. Aila tampak mulai mengayunkan ayunan yang di dudukinya dengan sangat pelan, wajahnya kini tidak terlihat muram.

"Ibu Cilla sudah punya pacar?" tanya Aila tiba-tiba.

"Pacar? Aila tahu dari mana sayang?" tanya Ashilla yang terkejut dengan pertanyaan Aila. Masa sih anak kecil seperti Aila mengerti soal pacar-pacaran seperti itu?

"Tahu dari teman Aila. Mereka sering bertukar pensil, dan makan bekal sama-sama. Katanya mereka pacaran." terangnya dengan wajah polos.

Ashilla terkekeh. Astaga ... Siapa yang mengajari anak seusia mereka tentang kata-kata pacaran. Mereka masih terlalu kecil untuk mengerti hal itu, sayang sekali rasanya jika pemikiran generasi muda sudah di rusak sejak dini.

"Sayang. Itu bukan pacaran. Tapi sahabat. Lagi pula, Aila ndak boleh pacaran dulu, masih kecil. Pacaran juga di larang oleh agama lho." jelasnya.

"Oh, begitu?" tanya Aila yang seolah paham dengan apa yang ia jelaskan. "Jadi, kalau Baba dan Ibu Cilla juga tidak boleh?"

Kedua mata Ashilla mengerjap. Wait? Kenapa jadi kesana topiknya?

"Eh? Kok tiba-tiba jadi Ibu Shilla dan Baba Aila yang pacaran?"

Astagfirullah. Ia benar-benar shock dengan pertanyaan random muridnya sendiri.

Aila tidak lagi mengayunkan ayunannya, mata bulat nan cantiknya menatap Ashilla. "Ibu Cilla ndak mau ya?"

Ashilla berdeham, wajah penuh harap Aila dan pertanyaannya membuat Ashilla sedikit gugup. Ia tahu ucapan Aila hanya spontan bukan serius tapi tetap saja, jika di tanya apakah mau, tentu saja. Gus Ikmal duda penuh pesona, parasnya yang tampan mampu menggetarkan hari semua kaum hawa.

“Lho, tadi kan ibu sudah bilang pacaran itu di larang agama sayang. Jadi, Ibu dan Baba Aila ndak boleh pacaran. Mengerti?” Ia mencoba memberi pemahaman kepada anak berusia lim tahun yang berpikiran seperti anak TK lainnya.

Ashilla [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang