DELAPAN

18.4K 874 35
                                    

Note : Baca sambil dengar lagunya ya biar feel nya makin kerasa 😭

**

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan!"

"Sah?"

"SAH!!"

Kalimat hamdalah, dan doa untuk pengantin menggema, menggetarkan hati kedua keluarga yang tampak tengah di landa kebahagiaan. Ashilla yang sudah di rias secantik mungkin, dengan tertutup cadar, ia berjalan ke pelaminan di apit oleh Ummah Aini dan juga Ayana untuk duduk bersanding dengan Gus Ikmal, seorang pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.

Ashilla duduk berdampingan bersama sang suami, berhadapan dengan pak penghulu, Kyai Muslih dan juga sang ayah yang tampak menangis karena baru saja melepaskan putri kesayangannya.

Kedua mempelai menandatangani berkas pernikahan mereka, setelah itu Ashilla menyalami punggung tangan Gus Ikmal, ia gugup setengah mati karena pertama kalinya berdentuhan tangan dengan laki-laki selain keluarganya

Sedangkan Gus Ikmal membacakan doa pernikahan sebelum akhirnya mdngecup kening Ashilla lama.

Setelah semua rangkaian acara itu selesai, kedua mempelai naik ke atas pelaminan. Membiarkan fotografer mengabadikan momen sakral yang sedang berjalan.

Aila di temani Ayana naik ke atas pelaminan, anak berusia lima tahun itu berjingkrak senang saat tahu jika Ashilla yang akan menjadi uminya.

Ashilla hanya terkekeh gemas, mengangkat tubuh Aila ke pangkuannya dan menciuminya dengan gemas. "Senang?"

Aila mengangguk, dengan senyum lebar yang tidak pernah luntur di wajahnya. "Senang. Ibu Cilla, terima kasih sudah mau menjadi umi Aila hehe."

Ashilla terkekeh, mencolek hidung Aila. "Sama-sama sayang. Sekarang panggilnya Umi saja ya sayang?"

"Siap umi!!"

Pemandangan keakraban Aila dengan Ashilla tentu membuat para tamu salut karena Ashilla dan Aila saling menerima dan menyayangi, berbanding terbalik dengan Gus Ikmal, yang di lakukannya sedari tadi hanyalah tersenyum paksa.

Jujur, jika bukan demi Aila dan Abinya ia sama sekali tidak tertarik dengan pernikahan ini, dan menjadikan Ashilla sebagai istrinya. Bagaimana mungkin ia menginginkan Ashilla yang bahkan dari segi usia saja sudah sangat jauh berbeda?

Ia dapat membayangkan Ashilla adalah orang yang manja, dan itu akan sangat merepotkannya.

Gus Ikmal hanya memendam seluruh kekesalannya di dalam hati. Sekarang ia terpaksa berlaku manis kepada Ashilla karena sang MC mengarahkan untuk mengambil foto keluarga.

Gus Ikmal berdiri bersisian dengan Ashilla, sebelah tangannya merangkul pinggang Ashilla hingga tak ada jarak yang memisahkan, sementara Yai Muslih menggendong Aila, bediri di samping sang putra, bersama Gus Zidan. Abah Yai Muzaki, Ummah Aini, dan Ayana bersama Gus Irham berdiri di samping sang mempelai perempuan, Ashilla.

Fotografer selesai mengambil gambar. Sesuai kesepakatan sebelumnya, bajwa setelah acara selesai Ashilla langsung di bawa ke kediaman Yai Muslih.

"Gus, dengan terucapnya akad nikah hari ini, maka tuntas sudah tugasnya menjadi seorang anak. Gus, kami serahkan Ashilla kepadamu, tolong jaga dan sayangi dia dengan baik."

"Bimbing ia dalam menjalani tugasnya sebagai seorang istri. Tolong jaga Ashilla kesayangan kami dengan baik nggih Gus?"

Abah Yai Muzaki kembali meneteskan air mata, Gus Zidan mengusap punggung sang ayah. Gus Ikmal mengangguk kaku, ia tidak akan menyangka jika menikahi Ashilla akan serumit ini. Abah Yai Muzaki bahkan sudah mengatakan itu saat tiga minggu lalu ketika ia datang melamar Ashilla, dan sekarang ia kembali mengulangi perkataan itu lagi.

Sebegitu berharganya kah Ashilla untuk mereka?

"Inggih Abah." Lagi-lagi hanya itu jawaban andalannya, ia tidak bisa berjanji akan melakukan sesuai perintah Abah Yai Muzaki dan Gus Zidan, karena ia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini.

*****

Semua rangkaian cerita sudah usai sebelum magrib. Setelah melaksanakan shalat Magrib berjamaah bersama Gus Zidan dan Abah Yai Muzaki, ia dan Ashilla sudah berpamitan dan kini keduanya sudah sampai di kediaman Gus Ikmal dan Yai Muslih.

Gus Ikmal membawa Ashilla, sang istri ke dalam kamarnya seraya membawa sebuah koper bawaan Ashilla. Setelah menutup pintu, senyum yang semula mengembang seharian itu luntur dari wajah Gus Ikmal, berganti dengan tatapan dingin dan datar. Ashilla yang melihat itu mendadak heran, mengapa tiba-tiba Gus Ikmal berubah dingin?

"Gus? Kenapa? Apa Gus--"

Brak!

Gus Ikmal melemparkan koper di tangannya dengan kasar. Ia yang semula memunggungi Ashilla, kini berbalik kedua matanya menatap Ashilla dengan tajam.

"Bisa berhenti mendekati saya?"

"Ke--kenapa Gus?" suara Aila. Seluruh tubuhnya bergetar, ia takut dengan tatapan tajam Gus Ikmal saat ini.

Ia benar-benar bingung apa yang membuat Gus Ikmal tiba-tiba seperti ini? Apa ia ada salah? Atau ada perkataannya yang tanpa sengaja menyakiti suaminya tersebut?

Namun nihil, ia tidak menemukan apa pun kesalahan pada dirinya.

"Kenapa Gus? Apa--"

"DIAM!!"

Ashilla tersentak dengan teriakan Gus Ikmal.

"Saya tidak ingin mendengar kamu berbicara apa pun! Paham?!"

Ashilla menunduk, menatap lantai yang di pijaknya kelopak matanya berembun, hatinya perih seperti di koyak oleh benda tajam. Inikah sifat asli Gus Ikmal, orang yang ia kenal baik selama masa pendekatan sampai tadi pagi?

Ashilla kembali bertanya-tanya dalam hati ada apa sebenarnya sampai Gus Ikmal berubah?

Gus Ikmal menyugar rambutnya ke belakang, tatapan matanya menujukkan rasa muak yang besar pada Ashilla. "Kamu harus tahu, saya menikahi kamu bukan karena cinta. Tapi, karena Aila membutuhkan seorang ibu, dan ia ingin kamu yang menjadi ibunya!"

"Saya sama sekali tidak ada rasa sedikit pun kepadamu!!"

Blar!!

Bagai petir di siang bolong, Ashilla begitu sangat terkejut. Air matanya benar-benar meluncur bebas dari kedua kelopak matanya.

Tidak ada rasa sedikit pun katanya? Huh, kenapa sampeyan jahat sekali Gus? Apa salah saya? Kenapa harus saya?

Ashilla meremas gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya. Bukan ini pernikahan yang ia inginkan. Bukan pernikahan macam ini yang selalu ada dalam bayangannya.

Hatinya lagi-lagi kembali perih, mengetahui jika pria yang menyandang gelar sebagai suaminya itu menikah dengannya hanya karena permintaan Aila. Tega sekali ia melakukan semua ini kepadanya?

"Tapi kenapa harus saya Gus?" Dengan suara yang bergetar, ia mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

Gus Ikmal mengalihkan tatapannya, seolah enggan untuk menatap Ashilla. "Karena Aila menginginkannya. Setiap hari ia terus merengek menyebut nama kamu sampai saya muak mendengarnya!"

Jahat! Pria yang di percaya oleh Ayah,  sekaligus kakanya untuk menjaga dan membahagiakaanya justru malah bermain-main dengan ijab kabul yang di ucapkannya tadi pagi.

"Sekarang, saya beritahu tugas kamu. Jangan pernah lakukan apa pun yang menjadi tugas istri, katena saya sanggup melakukan semuanya sendiri,"

"Kamu hanya perlu menjadi seorang ibu yang baik untuk Aila. Mengerti?"

Hanya ada suara isakan dari Ashilla yang terdengar. "MENGERTI TIDAK?!"

Aila mengangguk.

Gus Ikmal berdecih. "Dasar cengeng!" serunya.

Kamu berhasil menusukkan ribuan pedang di hati saya Gus. Selamat! Kamu adalah cinta, dan luka pertama untuk saya.

Ashilla [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang