TIGA PULUH SEMBILAN

20K 755 30
                                    

Sudah tiga hari berlalu, Ashilla tak kunjung merasakan mulas hendak melahirkan. Dengan Gus Ikmal yang tengah memijat kakinya yang terasa pegal, Ashilla tiba-tiba saja merasa sangat takut. Bagaimana jika nanti ia tidak selamat saat melahirkan?

Ia meraba perutnya yang besar, lalu meringis merasakan adanya pergerakan dari janin yang di kandungnya. Gus Ikmal yang mendengar itu langsung menatap sang istri yang tiba-tiba menangis.

"Hey, sayang? Kenapa?"

Ashilla tidak menjawab, Gus Ikmal menyentuh perutnya dan mengusap dengan lembut. "Adik Bayi jangan nakal nggih, Umi kamu kesakitan," ucapnya.

Mata Ashilla memanas, sat Gus Zidan mengajak bayi di dalam perutnya untuk berbicara.

Ya Allah, di banding saya takut akan rasa sakit saat melahirkan. Saya lebih takut jika harus pergi meninggalkan pria ini untuk selama-lamanya.

"Mas .... "

Gus Ikmal mengangkat wajah, dan tersenyum kepada sang istri. "Inggih sayang, kenapa?"

Kedua mata Ashilla berkaca-kaca. "Mas, jika sekiranya Shilla tidak selamat saat melahirkan, bagaimana?"

Gus Ikmal membingkai wajah cantik istrinya yang mulai menangis. "Sayang, kamu pasti selamat. Ada banyak orang yang bantu doakan kamu nanti. Sudah nggih jangan berpikiran macam-macam," tidak bisa di pungkiri bahwa dirinya juga merasa sangat ketakutan. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Ashilla meninggalkannya sendirian.

Calon ibu yang akhir-akhir ini stres karena memikirkan risiko dari melahirkan itu memeluk sang suami dengan erat. "Mas, doakan Shilla agar persalinannya nanti di lancarkan," ia merasakan suaminya mengusap rambutnya dengan lembut.

"Pasti sayang. Mas akan selalu mendoakan kamu dan adik bayi, meminta agar kedua kesayangan Mas ini selamat dan baik-baik saja,"

Keduanya menangis bersama malam itu.

Ya Allah, apa pun yang terjadi tolong jangan ambil salah satu dari mereka. Hamba tidak akan sanggup jika harus kehilangan.

*****

Sebelum azan subuh, Gus Ikmal terbangun karena suara teriakan Ashilla yang namanya berkali-kali. Pria itu terkejut melihat sang istri yang bersimbah keringat, serta wajahnya yang pucat sementara bibirnya terus meringis seraya mengusap perutnya. Gus Ikmal gegas menyingkap selimut yang menyelimuti tubuh keduanya, lebih terkejut lagi melihat pakaian Ashilla yang berwarna putih menjadi merah.

"Mas ... tolong .... sakit ...."

Gus Ikmal mencoba untuk tetap tenang meski dadanya bergemuruh hebat, air matanya lolos begitu saja dari kedua kelopak matanya. "Sayang sabar ya, Mas panggilkan Ummah dulu ya. Sabar ya sayang,"

Ashilla mengangguk lemah. Ia menangis seraya mengejan, rasanya begitu sangat sakit sekali, Ya Allah...hamba pasrah jika sekiranya engkau akan mengambil hamba' batinnya.

Gus Ikmal bergegas keluar kamar, ia harus membangunkan ibu mertuanya, namun secara kebetulan sekali Ummah Aini sudah berada di depan pintu kamarnya, begitu ia membuka pintunya.

"Ada apa Ik? Ashilla bagaimana? Apa baik-baik saja? Perasaan Ummah ndak enak dari semalam."

Melihat Gus Ikmal yang hanya menangis sesenggukan, dan panik Ummah Aini langsung masuk ke dalam kamar dan terkejut melihat Ashilla yang sepertinya sudah akan melahirkan. Sejak setelah melakukan salat malam, ia merasa sangat gelisah dan tidak dapat memejamkan matanya mungkin ini adalah firasat. "Ummah .... " Ashilla berucap lirih, anak bungsunya itu sudah terlihat sangat lelah.

"Inggih sayang. Kuat ya, jangan terlalu banyak mengejan," ucapnya.

Ashilla menggeleng lemah, ia merasa sudah sangat tidak kuat lagi. "Ummah. Maafkan semua kesalahan Shilla ya, Ummah,"

Ummah Aini mengusap peluh di dahi putrinya. "Jangan berpikiran macam-macam dulu ya," ucapnya ia lantas memanggil Gus Ikmal.

"Ik, tenang ya. Coba kamu hubungi bidan terdekat, Ashilla sudah tidak akan sempat di bawa ke rumah sakit,"

Gus Ikmal mengangguk, ia gegas menghubungi bidan terdekat.

Semua orang tengah cemas menunggu kelahiran anggota baru keluarga mereka yang kini tengah di tangani oleh bidan setempat, Ummah Aini dan Gus Ikmal mendampingi Ashilla di dalam kamar. Gus Ikmal tidak berhenti menangis dan meneteskan air mata melihat Ashilla yang berjuang melahirkan anak mereka.

Tak lama suara tangis Bayi terdengar. Seorang bayi laki-laki lahir dengan sehat dan sempurna itu menangis dengan sangat nyaring.

Ashilla tersenyum lemah, Gus Ikmal berkali-kali mengecup pucuk kepalanya. "Terima kasih umi sudah berusaha. Terima kasih banyaaak karena sudah melahirkan anak kita dengan selamat,"

"Alhamdulillah .... " mereka semua mengucap syukur.

"Ik, siapa nama bayi tampan ini?" tanya Gus Zidan.

"Fikron Muhammad Ali. Semoga kelak menjadi pemuda yang sholeh ya Nak."

Ashilla mengangguk, tersenyum kepada bayi laki-laki yang masih menangis dengan kencang. "Fiqron, anak Umi .... " ucapnya lirih, namun setelah itu ia tidak sadarkan diri.

"ASHILLA!!" teriak Gus Ikmal.

Tidak, Ashilla tidak mungkin meninggalkannya. Tidak mungkin.

"Ashilla bangun sayang, sayang. Pliis bangun sayang.," namun sayang Ashilla tak kunjung membuka mata.

Ashilla [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang