Benar saja, ini sudah hari ketiga mereka berlibur di bali, sisa 4 hari lagi dari jatah liburan mereka. Dan selama itu pula Aila terus menempel dengan Ashilla. Membuat Gus Ikmal semakin sebal, ayolah ia mengerti Aila memang anaknya, tapi ini kan bulan madu, bukan liburan keluarga.
Ia sengaja mengajak Ashilla bulan madu agar bisa bermesraan tanpa gangguan Aila di rumah, tapi Ashilla malah membawanya ikut serta.
Tapi di balik itu semua, ia senang melihat Aila yang kini memiliki orang tua yang lengkap, dan Ashilla adalah orang yang sangat tepat untuknya dan juga Aila.Ashilla tertawa melihat hasil foto selfie dirinya dan Gus Ikmal pada ponsel miliknya. Pasalnya, Gus Ikmal memperlihatkan wajah sebalnya tanpa adanya sedikit senyum di wajahnya.
"Ya ampun Mas. Ini sudah tiga hari lho kita liburan disini, tapi muka kamu tetap saja kesal." serunya seraya tertawa, yang hanya di balas dengan dengkusan dari sang suami.
Aila sendiri tengah duduk di atas pasir, dan bermain membuat istana pasir ala dirinya sendiri.
Gus Ikmal sama sekali tidak bergeming, berbeda dengan Ashilla yang sudah ikut bergabung dengan Aila, setelah menyimpan ponsel ke dalam tasnya yang di titipkan pada sang suami.
"Baba senang lho melihat kamu bahagia nak. Tapi Umi kamu itu punya Baba..." Gus Ikmal bergumam kesal, seraya melihat ibu dan anak itu yang tengah asik bermain bersama.
Agenda bulan madu yang selama ini ia rencanakan bisa berduaan terus dengan Ashilla, malah berubah menjadi liburan keluarga lantaran Aila tidak mau berpisah dari uminya.
Hal itu tentu saja membuat Gus Ikmal sebal. Tapi--ah sudahlah! Semuanya sudah terjadi.
Setelah puas bermain, dan langit yang mulai gelap, adzan maghrib juga sudah berkumandang. Mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan mereka, Aila dan Ashilla yang pergi mandi lebih dulu karena mereka habis bermain pasir, setelah itu giliran Gus Ikmal yang pergi mandi.
Mereka juga melakukan shalat maghrib berjamaah, Aila yang sudah lelah bermain seharian itu langsung tertidur dengan lelap.
Gus Ikmal langsung memeluk tubuh sang istri dari belakang. "Mas kangen banget sama kamu. Tapi kamunya sibuk terus sama Aila."
Ashilla tertawa. Masya Allah, suaminya ini benar-benar menggemaskan. Mirip Aila jika sedang merajuk.
"Mas. Aila itu anak kamu lho, kalau kamu lupa."
"Iya memang anakku. Tapi dia menyebalkan sayaaang..." rengeknya. "Kita kesini untuk bulan madu lho Yank, bukannya liburan keluarga. Kamu kenapa sih malah mengajak Aila?"
Ashilla menghela napas, memegang tangan sang suami yang melingkari perutnya. "Ya masa mau di titip ke Abi? Kasihan Abi."
Gus Ikmal menyelusupkan kepalanya pada leher Ashilla, menghirup aroma sang istri dalam-dalam. Ia beruntung karena Aila sudah tertidur sangat pulas di bed satunya karena mereka memesan kamar hotel dengan double bed. “Mas, kamu tuh aneh, masa cemburu sama anak kamu sendiri,” Ashilla terkikik saat napas Gus Ikmal berembus di kulit lehernya.
Gus Ikmal menjauhkan kepalanya dari Ashilla, dan menatap istrinya sedikit kesal. “Ya Aila terlalu memonopoli kamu Yang. Mas bahkan tidak punya banyak waktu sama kamu. Padahal ini acara bulan madu kita lho,” rajuknya.
Ashilla tertawa, ia menyukai sisi Gus Ikmal yang sangat manja dan pencemburu ini, benar-benar menggemaskan dan cukup menghibur dirinya. “Tuh kan, kamu malah menertawakan Mas!” Gus Ikmal kembali merengek.
Astaga. Ashilla seperti punya dua anak sekarang!!
"Ya gimana aku nggak ketawa, kamu tuh aneh lho Mas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashilla [TERBIT] ✓
General Fiction"Saya menikahi kamu bukan karena cinta. Tapi, karena Aila membutuhkan seorang ibu, dan ia ingin kamu yang menjadi ibunya!" Ashilla Nadiatul Shafa, harus menelan pil pahit di malam pernikahannya. Malam pernikahan yang seharusnya menjadi malam yang pe...