DELAPAN BELAS

21.5K 879 28
                                    

“AKKKHHH! TIDAK. TIDAK! TOLOOOONG!!”

Gus Ikmal tersentak dari tidurnya, tatkala mendengar suara teriakan. Ia membuka mata, dan menemukan Ashilla yang tertidur di atas sofa, seraya berteriak dengan kedua mata yang terpejam, keringat membasahi wajahnya, wanita itu juga bergerak dengan gelisah.

Sesuai dengan ucapannya tadi siang, ia dan Aila benar-benar menginap di rumah mertuanya. Keningnya mengerut saat melihat Ashilla yang tertidur di sofa yang tersedia di dalam kamar ini.

Kenapa ia bisa tidur di sofa? Bukankah sebelumnya kami tidur bertiga di atas ranjang?

Lalu tak lama Ashilla menangis dalam keadaan yang masih sama, tertidur. Gus Ikmal memilih turun dari atas ranjang, menghampiri Ashilla, dan membangunkannya. Belum sempat tangannya menyentuh bahu Ashilla, kedua mata wanita itu terbuka, lalu bergegas duduk setelah menghapus air mata dan keringat yang membasahi wajahnya.

Apa Ashilla mimpi buruk?

Lagi-lagi ia bertanya di dalam hati.

Ashilla tampak duduk seraya menghembuskan napas berkali-kali, sebelum akhirnya ia menatap suaminya yang menatap ke arahnya dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Ia pasti marah, karena merasa terganggu olehku.

Ashilla berdeham. "Maaf Gus. Njenengan pasti terbangun karena saya ya?"

Gus Ikmal berdeham, turun dari ataa tempat tidur dan menggeleng. "Tidak. Saya terbangun karena ingin mengambil minum di dapur. Saya sedang haus."

Padahal sebenarnya, ia memang terbangun karena suara teriakan Ashilla.

Mendengar ucapan sang suami, ia tampak menghela napas lega. Ia pikir suaminya tidak melihat dan mendengar apa pun saat ia tidur. "Oh, begitu?"

"Benar. Kamu kenapa berkeringat begitu? Mimpi buruk?"

"Ah iya. Biar saya ambilkan minumnya Gus, saya juga haus."

Gus Ikmal mengangguk dan kembali duduk di atas ranjang. Kedua matanya menatap gerak-gerik Ashilla yang mulai turun dari sofa setelah melipat selimutnya. Lalu istrinya itu tampak mengambil ponsel, dan melewatinya untuk mencapai pintu kamar.

Beberapa saat setelah istrinya keluar, Gus Ikmal diam-diam mengikutinya. Ia masih penasaran, kiranya mimpi buruk macam apa yang bisa membuat seseorang menangis dan berteriak seperti itu?

Rasanya benar-benar janggal, Ashilla seperti orang yang--trauma?

Gus Ikmal meringis. Kenapa ia seperti ini lagi. Lagi-lagi peduli kepada Ashilla?

Langkahnya terhenti, ia mengintip dari balik pilar. Ia melihat Ashilla yang tengah menangis menelungkupkan wajahnya di atas meja makan.

Dirinya berkali-kali meyakinkan untuk tidak peduli, namun hati nuraninya tak setuju. Lagi-lagi pikirannya terus bertanya-tanya, apa hal yang membuat Ashilla menangis seperti itu?

Suara tangisnya begitu sangat pilu, tubuhnya sampai bergetar seperti itu. Ia yakin pasti ada sesuatu yang terjadi, yang tidak ia ketahui.

Sementara itu, Ashilla sedang larut dalam pikirannya. Ia tidak tahu kapan mimpi buruk ini akan berakhir untuknya. Apakah ia akan bisa sembuh, dan normal kembali?

Ia bahkan masih ingat bagaimana rasanya saat ketiga pemuda itu menyentuh tubuhnya.

Tubuhnya kembali bergetar, namun ia mencoba untuk kuat dan sadar. Karena tujuan utama ia kemari adalah untuk mengambil air minum untuk Gus Ikmal.

Menghela napas berkali-kali, Ashilla kemudian menyeka air mata di wajahnya, ia juga pergi ke wastafel menyalakan keran airnya untuk membasuh wajahnya. Sebelum akhirnya ia mengambil sebotol air mineral yang selalu tersedia di dalam lemari dapur.

Ashilla [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang