"Inggih, Abi tahu. Abi mohon, tolong jangan di tolak ya? Ini dari Abi untuk kamu."
Ashilla masih sungkan, ia terlalu speechless karena Abi Muslih begitu sangat menyayangi dirinya seperti anaknya sendiri.
"Di terima ya nduk?"
"Abi .... "
Abi Muslih menggeleng. "Abi marah lho, jika sekiranya sampeyan menolak."
Ashilla meremas kedua tangannya. Ia benar-benar tidak enak menerima barang semahal itu, demi apa pun ia tidak pernah mengharapkan apa-apa dari mertuanya ini.
Ia sudah di terima, dan di sayangi dengan baik saja sudah sangat bersyukur, ia tidak perlu perhiasan ini.
Abi Muslih menatapnya penuh harap, seraya kembali mendekatkan barang itu ke hadapan menantunya. "Terima ya nduk?"
"Minggu lalu, Abi di ajak bertemu teman lama di Mall. Kemudian ia mampir ke toko perhiasan ini, membelikan hadiah untuk menantunya yang baru saja melahirkan satu bulan lalu. Pada akhirnya Abi juga ikut membeli, karena teringat belum pernah memberikan hadiah pernikahan kepadamu."
Kedua mata Ashilla berkaca-kaca, dimana lagi kiranya ia akan menemukan mertua yang se-sayang, dan sebaik ini kepadanya.
"Jadi, Abi mohon dengan sangat, tolong terima pemberian Abi nggih?"
"Abi .... " Sungguh Ashilla tidak lagi bisa berkata-kata sekarang.
"Ndak apa-apa. Abi ikhlas, layaknya kamu yang ikhlas merawat Abi, Aila, dan Ikmal."
Ashilla sungguh ingin menangis rasanya. "Inggih Abi. Matur suwun nggih."
Abi Muslih tersenyum haru. "Sama-sama nduk. Doakan Abi agar sehat terus ya, supaya bisa melihat cucu Abi yang lain lahir."
Ashilla menggigit bibir dalamnya. Cucu? Jika bukan karena Abi, dan Aila, saya sudah menyerah dengan pernikahan ini Abi.
Putra Abi tidak bisa saya dapatkan, apalagi hatinya.
"Amiiin ... " hanya itu balasan yang keluar dari bibir Aila.
"Coba nduk kamu buka isinya. Abi ndak tahu kamu suka apa ndak sama modelnya, tapi kata SPG yang berada disana model ini cocok untuk anak muda."
Ashilla menurut, ia membukanya dan kedua matanya melebar melihat gelang pemberian mertuanya yang sangat simple namun begitu indah.
"Masya Allah Abi. Ini indah sekali, matur suwun Abi."
Abi Muslih turut bahagia melihat menantunya begitu sangat senang. "Suka nduk?"
Ashilla mengangguk, dengan mata yang berkaca-kaca ia berdiri dari posisinya lalu berlutut di hadapan Abi Muslih seraya menyalami punggung tangannya. "Abi, matur suwun ... Matur suwun .... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashilla [TERBIT] ✓
General Fiction"Saya menikahi kamu bukan karena cinta. Tapi, karena Aila membutuhkan seorang ibu, dan ia ingin kamu yang menjadi ibunya!" Ashilla Nadiatul Shafa, harus menelan pil pahit di malam pernikahannya. Malam pernikahan yang seharusnya menjadi malam yang pe...