"Baba, kenapa Aila harus pulang? Aila ndak mau Baba. Di rumah sepi, ndak ada Umi! Lagian kapan sih Umi pulang? Lama sekali liburannya!!"
Aila, anak 5 tahun itu terus saja mengoceh sepanjang perjalanan pulang. Ya, Aila akhirnya berhasil di bujuk pulang setelah drama yang cukup alot karena Aila tidak mau berpisah dengan Gus Irham.
Gus Ikmal hanya mendengarkan saja semua ocehan putrinya tanpa berniat menjawab, karena ia juga tidak tahu ia harus menjawab bagaimana. Hanya tinggal satu belokan lagi, mobil yang di kendarai Gus Ikmal akan sampai di pintu gerbang pondok pesantren milik Abinya.
Ia dan Aila berjalan masuk ke dalam ndalem. Aila langsung mengucap salam, lalu langkah kedua orang itu terhenti saat melihat sosok wanita yang duduk berseberangan dengan Abi Muslih.
"UMIIII!!"
Aila langsung berlari menghampiri sosok yang juga tengah berdiri seraya merentangkan tangan menunggu Aila memeluknya.
Kaki Gus Ikmal masih terpaku di tempatnya. Ashilla, wanita yang selama dua bulan ini membuatnya menunggu akhirnya pulang. Mendengar suara tawanya dengan Aila membuat perasaannya menghangat. Namun, apakah semua yang tampak di depan matanya bukanlah halusinasi belaka?
Tap!
Tatapan mata mereka bertemu, Gus Ikmal langsung memutuskannya, berjalan tanpa menoleh sedikit pun pada wanita yang kini tengah menatapnya.
"Nduk, temui Ikmal. Sepertinya ia sangat terkejut,"
Ashilla mengangguk, lalu menurunkan Aila dari gendongannya, yang tampak sangat keberatan. "Sayang, kamu sama Eyang dulu nggih?"
Aila menatap sang Umi dengan wajah yang siap menangis. "Umi mau kemana?"
"Umi mau ke kamar dulu ya, mau menemui Baba." Ashilla memberikan penjelasan dengan tutur katanya yang lembut.
Aila mengangguk. "Baba sakit ya Umi? Tadi di jalan juga diam saja waktu Aila tanya."
Ashilla hanya mengusap pipi Aila dengan lembut. Abi Muslih langsung menggendong cucunya. "Iya sayang, Baba sakit. Makanya Umi mau ketemu Baba dulu, Aila sama Eyang aja dulu ya? Eh, bagaimana kalau kita buka oleh-oleh yang di belikan oleh Umi?" Abi Muslih mencoba membujuk cucunya.
Ashilla mengulas senyum tipis, berterima kasih karena mertuanya turut membantu.
Aila mengangguk senang. "Mau!! Mau!!" serunya, anak kecil itu sudah sangat tidak sabar untuk membuka oleh-oleh pemberian dari uminya. "Umi temani Baba saja ya. Tapi janji ya, setelah ketemu Baba, Umi main sama Aila lagi."
Ashilla mengangguk. "Iya sayang Umi janji."
"Oke Umi!! Eyang ayo kita buka oleh-oleh dari Umi!!"
"Ayoo!!"
Abi Muslih mengedipkan mata, meminta menantunya untuk segera menyusul suaminya.
Ashilla langsung berjalan ke kamar, begitu Abi Muslih membawa Aila ke tempat lain. Ia mulai mengetuknya dan membuka pintu yang tertutup itu. “Assalamualaikum, Mas...” Ia melihat Gus Ikmal yang tengah duduk di sisi ranjang.
“Waalaikumsallam,” jawabnya pelan. Ashilla menghampiri, meraih tangan Gus Ikmal dan menciumnya.
Namun Gus Ikmal gegas melepaskannya. Ia tidak menatap Ashilla yang berdiri di hadapannya. Tak lama ia meraup wajahnya dengan sedikit kasar. “Masih ingat pulang?” Gus Ikmal berbicara dengan datar.
Ashilla mengulum senyum. “Kenapa? Mas ndak mau aku pulang?”
Gus Ikmal berdeham panggilan "Mas" yang terucap dari mulut Ashilla benar-benar menggetarkan hatinya. Ingin rasanya ia segera mendekap tubuh wanita yang sudah sangat di rindukannya, tapi ia takut jika Ashilla marah jika ia melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashilla [TERBIT] ✓
General Fiction"Saya menikahi kamu bukan karena cinta. Tapi, karena Aila membutuhkan seorang ibu, dan ia ingin kamu yang menjadi ibunya!" Ashilla Nadiatul Shafa, harus menelan pil pahit di malam pernikahannya. Malam pernikahan yang seharusnya menjadi malam yang pe...