DUA PULUH TIGA

24.5K 948 78
                                    

Namun, apakah setelah semua luka yang ia berikan Ashilla akan sudi memaafkannya? Gus Ikmal bersumpah ia  rela berlutut di bawah kedua kaki Ashilla, jika itu membuatnya bisa di maafkan?

Seraya menangis, Gus Ikmal hendak meraih tangan Ashilla, namun di tepis oleh sang empunya. "Jangan pernah sentuh saya!" serunya.

"Shilla, saya mohon tolong maafkan saya. Saya benar-benar menyesal Shilla ... "

"Saya rasa kepala njenengan benar-benar telah terbentur Gus."

Gus Ikmal menggeleng, "Saya mohon maafkan saya. Saya berjanji akan memperbaiki hubungan kita, saya akan menjadi suami yang baik untukmu."

"Memperbaiki hubungan?" Ashilla kembali tertawa. Hatinya benar-benar sudah lelah, dan menjadi mati rasa karena terus di sakiti oleh suaminya. Oleh laki-laki yang seharusnya menjadi sandarannya, imamnya, dan juga pelengkap hidupnya ini.

"Hubungan apa maksudnya Gus? Bukankah saya hanya pengasuh Aila saja?"

"Tidak. Tidak. Kamu bukan pengasuh Aila, kamu istri saya Shilla. Istri saya .... "

Ashilla merasa sangat lucu, istri? Kenapa baru sekarang suaminya itu menganggapnya istri? Selama ini kemana saja memangnya? Suaminya ini benar-benar bercanda!

Ia menghentikan tawanya, tatapannya menatap sang suami dengan datar. "Tolong tinggalkan saya sendiri."

Gus Ikmal semakin frustrasi. "Shilla, saya mohon dengarkan--"

"APALAGI YANG HARUS SAYA DENGAR GUS!!"

Gus Ikmal semakin tergugu di temoatnya, ia tidak lagi peduli dengan tampilannya yang sangat menyedihkan sekali sekarang. Ia hanya ingin Ashilla memaafkan dan memulai semuanya kembali.

"Jawaban saya tetap sama. Saya tidak mau! Tolong, bersikap seperti biasa Gus. Saya sudah nyaman dengan njenengan yang seperti itu. Saya sudah menikmati peran saya sendiri. Satu hal lagi, jangan kasihani saya!!"

Ashilla memalingkan wajah, mencoba untuk meredakan amarahnya yang memuncak kala bertemu tatap dengan suaminya.

"Saya tahu, kesalahan saya tidak bisa termaafkan. Tapi Shilla, apakah tidak ada kesempatan untuk saya memperbaiki semuanya?"

Ashilla mengepalkan kedua tangannya, kembali menatap sang suami yang sudah sangat sembab karena menangis. "Maaf, saya tidak sebaik itu Gus. Tolong, tinggalkan saya sendirian, saya perlu istirahat!!"

Lagi-lagi Gus Ikmal tidak bergeming, seluruh tubuhnya terasa lemas melihat kemarahan Ashilla kepadanya. Nampaknya, kesabaran istrinya itu sudah pada batasnya, ia akan membiarkan dirinya dihina, di caci maki dan sejenisnya asalkan Ashilla mau memaafkannya, ia tidak masalah!

"Tolong Shilla, saya berjanji akan memperbaiki semuanya Shilla--"

"Tolong jangan pernah menjanjikan apa pun! Bisa njenengan pergi saja? Saya tidak mau melihat njenengan disini!"

Gus Ikmal menggeleng, "Shilla, silahkan marahi, pukul saya, jika itu bisa membuatmu memaafkan dan memberikan saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya Shilla .... "

"Apa saya bisa percaya lagi pada njenengan setelah Gus mengingkari ijab kabul yang terucap di hadapan tuhan, dan di saksikan oleh banyak orang. Saya benar-benar sudah muak! Sekali lagi, tolong keluar dari sini, jangan sampai saya kembali berteriak kepada njenengan. Pergi!!"

Dengan langkah gontai, Gus Ikmal keluar dari ruang rawat Ashilla. Ia memukul dinding untuk melampiaskan kemarahan pada dirinya sendiri. Kenapa ia baru menyesal, sekarang? Dengan trauma, dan rasa sakit yang Ashilla rasakan selama ini, ia malah menambahnya. Ya, Ashilla pantas untuk membencinya, tapi ia tidak ingin pernikahannya bersama Ashilla berakhir. Akankah ia mendapatkan orang lain yang seperti Ashilla lagi? Seseorang yang dengan tulus dan ikhlas menyayangi dan menerima Aila.

Tubuhnya merosot ke lantai, tubuhnya bersandar di tembok, Gus Ikmal mengacak rambutnya frustrasi. Apakah ia sudah benar-benar kehilangan Ashilla sekarang?

"Ya Allah, saya tidak ingin kehilangannya. Engkau boleh menghukum hamba dengan cara apa pun, asalkan tidak memisahkan kami." isaknya.

Penyesalan tinggallah penyesalan, Ashilla sudah sangat kecewa dan bahkan membenci dirinya.

Sama seperti Gus Ikmal, begitu sosok suaminya itu keluar, Ashilla langsung menangis seraya menutup wajah dengan kedua tangannya, seraya menggumamkan maaf berkali-kali.

Ia tahu ia berdosa karena membentak suaminya, tapi ia harus bersikap tegas. Ia hanya tidak mau terperosok kembali  ke dalam jurang untuk kedua kalinya.

"Maaf Gus, jika setelah ini saya akan menjadi sangat kejam pada njenengan .... "

*****

Setelah di rawat selama 2 hari di rumah sakit Ashilla di perbolehkan pulang. Tentu saja pulang yang ia maksud adalah ke rumah Abah Yai Zaki, setidaknya selama disana ia bisa sedikit lebih baik dengan limpahan cinta dari keluarganya dan ia juga merindukan Gus kecil kesayangannya.

Kepulangannya di sambut riang oleh Aila. Anak itu langsung memeluknya dan menangis mengatakan bahwa ia sangat merindukannya.

Tiba-tiba Aila melepaskan pelukannya, ia mengambil kucing dan menunjukkannya kepada sang ibu. "Umi lihat! Aila memiliki kucing hehe. Tapi Umi, Gus kecil takut dengan kucing. Jadi Aila kalau main kucing sendirian saja, karena Gus kecil ketakutan."

Ashilla tersenyum mendengar setiap cerita yang putrinya katakan. Ah, rasanya ia ingin egois untuk tetap bersama Aila di saat dirinya sudah sangat ingin menyerah dengan pernikahannya. Ia ingin bercerai, kembali ke pelukan Umah dan Abahnya yang akan selalu ada dan terus menyayanginya.

Ashilla menggendong Aila, dan itu semua tidak luput dari pandangan Gus Ikmal. Ia menunduk, merasa malu karena diam-diam mengharapkan Ashilla terus bersama Aila yang bahkan sangat menyayangi Ashilla melebihi dirinya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sedihnya Aila jika Ashilla benar-benar memilih menyerah dengan pernikahan mereka.

Ashilla yang menggendong Aila seraya bercanda benar-benar menjadi pemandangan yang terindah. Gus Ikmal benar-benar bodoh karena selama ini mengabaikan istri sebaik Ashilla.

*
*
Nah lho sukurin wkwkwk

Mana nih tim yang siap sad ending? 🤣

Ashilla [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang