2. Insiden Prom Night

122 40 11
                                    

Happy Reading, Guys💚

Hai-hai, jangan lupa vote dan komen, ya!

Ansel melempar bunga tersebut dan membanting paper bag yang ia tarik paksa dari tangan Kalya. Nafasnya memburu, ia sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan cewek bodoh dan berisi itu, yang selalu mengganggu ketenangannya. Setelah kemudian tangan, Ansel meraih gaun bagian bawah milik Kalya. Dengan satu kali tarikan gaun tersebut tersobek begitu saja, hingga memperlihatkan betis dan paha berlemak milik Kalya.

Sontak semua orang tercengang di awalnya ketika melihat langsung kaki milik Kalya. Lalu, mereka semua tertawa keras sambil menepuk tangannya masing-masing. Bagi mereka menertawakan dan mempermalukan Kalia adalah salah satu lelucon.

Di balik orang-orang yang menertawakan Kalya. Namun, ada satu orang yang tidak sama sekali tertawa ataupun buka suara untuk mempermalukan gadis tersebut. Ia hanya menatap lamat semua perlakuan Kalya.

Kalya beralih menatap gaunnya yang dirobek oleh Ansel dan ia menatap nanar hal yang selama ini ia tutupi dari orang-orang, kini terpampang jelas di mata semua teman SMA-nya. Paha dan betis adalah hal yang selama ini selalu ia tutupi, ia tidak mau orang-orang mengetahui jika pahanya yang besar dan bergelambir. Sekarang Kalya berada di titik puncak paling malu, dibandingkan dengan penolakan dan perlakuan lain yang pernah Ansel berikan. Namun, hal kali ini sangat berbekas untuk Kalya.

Kalya malu? Jelas saja, bahkan matanya sudah berair karena menahan malu yang amat sangat. Ia menahan agar tangisnya tidak pecah. Ia mencoba menutupi kembali pahanya yang masih tertutupi dengan legging hitamnya.

Ansel memperhatikan Kalya dengan tersenyum sinis dan terkesan meremehkan gadis itu.

"Jangan sok-sokan jatuh cinta! Tuh, paha lo dulu yang dikurusin, lo pikir ada yang mau sama lo? Kalau tampilan lo masih kayak ondel-ondel gini? Mikir, Goblok!" tandas Ansel menghina Kalya dengan tak berperasaan.

Kalya tersentak. Ia menatap Ansel dengan tatapan tak menyangka. Bagaimana bisa laki-laki itu menghinanya setelah menarik gaunnya? Kali ini Ansel sudah keterlaluan menurut Kalya. Lalu, Kalya menatap orang-orang di sekelilingnya yang masih menertawakan nasib dan bentuk badannya. Sudah cukup! Kalya tidak bisa lagi bertahan sekarang, ini benar-benar sangat memalukan dirinya.

"Ansel, lo benar-benar jahat! Gue pastikan ini yang terakhir kalinya," ucap Kalya dengan lidah kelu dan penuh penekanan.

"Bagus dong, buang jauh-jauh perasaan bodoh lo itu. Gue gak akan mau sama cewek gendut!" geram  Ansel memperjelas ketidaksukaannya terhadap Kalya.

Cukup sudah, Kalya tidak ingin lagi berada di sana. Kalya hanya mendengar ucapan terakhir Ansel, tanpa berniat untuk membalasnya. Dengan hati yang sakit dan juga perasaan malu, Kalya berlari kecil ke arah pintu keluar. Ketika tiba di luar gedung, ia menghalau kasar air matanya yang sedari tadi ia tahan.

Kepergian Kalya membuat tawa mereka kembali pecah. Ada satu pemuda yang sama sekali tidak membuka mulutnya, malahan laki-laki itu memandang sinis pada semua orang yang masih menertawakan Kalya. Lalu, laki-laki itu meletakkan gelasnya di atas meja dan hendak menyusul Kalya.

"Jar, mau kemana lo?" tanya Ansel melirik temannya.

"Nyari angin," balasnya singkat dan langsung meninggalkan aula tempat dimana acara berlangsung.

Jarvis–laki-laki itu menelusuri sekelilingnya untuk mencari keberadaan Kalya. Entah mengapa ia sedikit mengasihani nasib perempuan yang baru saja dipermalukan oleh temannya itu. Setelah mencari-cari, akhirnya Jarvis bisa menemui Kalya. Laki-laki tampan itu pun berjalan mendekat ke arah Kalya.

Kalya duduk di salah satu kursi yang ada di taman luar gedung. Berulang kali Kalya mengusap air matanya yang jatuh. Gadis itu masih saja memegang bawahan gaunnya, agar menutupi pahanya, meskipun masih ada legging, tapi tetap saja bentuk pahanya yang berlemak itu masih tercetak jelas.

"Jahat banget, sih …!" Kalya menggerutu di sela-sela tangisnya.

"Ekhem!" Jarvis berdehem pelan memberi tanda pada Kalya bahwa disana ada orang lain selain perempuan itu sendiri.
0
Sontak Kalya mengalihkan PP pandangannya kepada laki-laki tampan yang tak lain adalah salah satu teman Ansel, yang diketahui namanya adalah Jarvis Pranadipa.

"Kenapa?" tanya Kalya langsung menghapus sisa-sisa air matanya.

Jarvis melihat penampilan Kalya. Mata dan hidung yang memerah, ditambah lagi baju gadis itu ya tersobek karena ulah temannya. Jarvis melepaskan jas yang sedang dikenakannya.

"Nih, pake buat nutupin paha lo." Jarvis menyodorkan jas miliknya kepada Kalya. "Pulang aja, kalau memang udah gak kuat," lanjut Jarvis sambil meletakkan jas itu di tangan Kalya.

Kalya terkesiap dengan pemberian laki-laki itu. Ia belum pernah mendapatkan respect seperti ini selama ia sekolah menengah atas. Hati kecil Kalya tersenyum, tapi hanya sesaat.

"Nanti gimana caranya gue balikin?" tanya Kalya.

"Pulang aja dulu," balas Jarvis lagi dan ia langsung berbalik arah untuk kembali ke aula acara.

"Makasih," ucap Kalya pada angin, karena orang yang hendak ia katakan terima kasih, sudah duluan menjauh dari hadapannya.

Kalya beranjak pulang. Tidak ada gunanya lagi ia berada di acara yang sangat membuatnya malu setengah mati. Meskipun jas milik Jarvis tidak dapat menutup keseluruhan lingkar pahanya, setidaknya sedikit tertutup daripada tidak sama sekali.

Kalia tiba di rumah dengan keadaan yang sangat menyedihkan. Sudah cintanya tertolak untuk yang terakhir kalinya dan ditambah lagi pahanya yang ikut terumbar di acara.

"Kenapa gitu penampilannya?" tanya Sari yang menunggu putrinya pulang. "Kan udah Mama bilang, kamu itu gak cocok pake gaun-gaun gituan, gak cocok sama badan kamu yang besar itu!"

Kalya menghentikan langkahnya. Ia menghela nafasnya dan menatap sang mama. "Ma, bisa gak sih? Mama tuh jangan kayak orang di luaran sana yang ikutan ngatain aku. Aku capek, Ma! Aku capek selalu dikatain. Apalagi ini, aku dikatain sama Mama aku sendiri." Kalya mengeluarkan unek-uneknya pada mamanya.

Ini bukan kali pertama mamanya berkomentar seperti itu kepadanya. Kalya selalu saja mendapatkan cacian, baik dari orang luar maupun orang dalam yang sangat dekat dengannya, contohnya seperti sekarang ini. Mamanya sendiri lah yang menghina bentuk tubuhnya.

"Kalau orang lain udah ngehina aku. Tolong banget jangan sampai Mama juga ikutan ngehina. Aku sedih, Ma!" beber Kalya dengan air mata yang mulai mengalir.

"Kan, yang Mama bilang benar. Biar kamu itu berubah, Lia," protes Sari mencari pembelaan.

"Terserah, Mama aja, deh. Aku capek selalu diginiin sama, Mama," finalnya dan Kalya berjalan cepat menuju kamarnya.

Kalya merebahkan tubuhnya di kasur. Ia mengatur napasnya yang memburu. Sebenarnya, ia juga tidak mau berkata seperti tadi pada mamanya. Namun, sikap Sari tadi juga sudah terlalu sering ditampilkan untuk Kalya. Hati anak mana sih yang tidak sedih jika orang tuanya ikut-ikutan mengatai dirinya?

"Gak orang lain … gak orang tua sendiri, sama aja!" pekik Kalya kesal.

Malam ini benar-benar malam penuh kesialan bagi Kalya. Hafbangkit dari kasur menuju cermin yang ada di kamarnya. Ia memperhatikan setiap lekuk tubuhnya yang bergelambir.

"Kok orang-orang pada ngatain gue gendut sih? Padahal kan gue gak gendut, cuma tinggi dan lebih berisi aja."

Begitulah cara Kalya menenangkan dirinya. Ketika semua orang mengatakan keburukan pada dirinya, setidaknya Kalya punya dirinya sendiri yang selalu menyemangati nya.

"Mulai malam ini … gak ada lagi cinta-cintaan. Awas ya Ansel gue gak bakal suka lagi sama lo!" tegas Kalya, meskipun jauh dalam lubuk hatinya, ia menahan sesak  amat sangat. Tidaklah mudah melupakan cinta yang sudah lama tumbuh.

TBC

Follow ig Author @at_sisakata

B. Aceh, 02 November 2023

Fatty Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang