6. Angka Timbangan ⬇️

92 31 0
                                    

Happy Reading guys 💚

Vote and Comment, Please!

Suara Kalya memekik keras tatkala badannya yang seberat delapan puluh kilogram, itu terduduk kembali di atas lantai. Kalya tersandung dengan kakinya sendiri yang belum siap untuk melangkah.

"Aduh!" jerit Kalya.

Sekarang Kalya bukan hanya merasa sakit, tetapi ditambah dengan rasa malu pada laki-laki yang tadi hendak ia lempari. Saking malunya, ia membuang muka agar tidak bisa dilihat oleh pria itu. 

Agam yang melihat kecerobohan Kalya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagaimana bisa gadis dihadapannya begitu bodoh dan ceroboh sampai bisa tersandung dengan kakinya sendiri.

"Itu artinya kamu kualat sama orang yang lebih tua," jelas Agam pada Kalya yang masih terduduk dilantai. "Sini, saya bantu."

Agam mengulurkan tangannya untuk membantu gadis berisi itu berdiri. Namun, tangan Agam hanya melayang kosong di udara karena tidak disambut oleh gadis itu. 

Kalya menatap tangan Agam yang ingin membantunya. Ia menolak uluran bantuan dari Agam bukannya tak beralasan. Ia tidak mau orang lain membantu mengangkat tubuhnya yang berisi ini dan Kalya malu jika ada orang lain membantunya dalam hal bersangkutan dengan badan.

Setelah beberapa saat, Agam menarik kembali tangannya yang menganggur. 

"Lain kali hati-hati," pesan Agam. "dan satu lagi, jangan panggil saya Om, karena saya bukan Om kamu," protesnya kembali mengingatkan Kalya terhadap panggilan yang gadis itu sematkan untuk nya. Bagaimana bisa gadis itu memanggilnya 'Om', saat umurnya masih di angka dua puluh sembilan tahun?

Setelah selesai dengan kalimatnya, Agam berlalu dari hadapan Kalya. Laki-laki itu seperti mengerti dengan suasana hati Kalya yang malu jika seseorang membantu gadis itu berdiri. 

Perlahan Kalya membangkitkan tubuhnya. Memang sakit, tetapi tidak seberapa, karena Kalya kuat menahannya. Ia mengusap-usap pelan bokongnya dan mengurut pelan kakinya. Setelah dirasa bahwa ia akan baik-baik saja dan tidak akan cedera, Kalya kembali menuju personal trainer-nya untuk meminta agar dirinya dilatih kembali dan diajarkan tentang alat-alat yang akan sering digunakan selama ia berproses nanti.

"Semangat Kalya, ini belum seberapa," monolognya menyemangati diri sendiri.

***

Hari berganti minggu, terhitung sudah satu bulan lamanya Kalya menempuh perjuangan di tempat pusat kebugaran tersebut. Selama sebulan lebih kurang perdebatan kecil antara Kalya dan Agam terus terjadi. Bahkan, tingkat masalah kecil seperti salah menaruh alat bisa menjadi masalah bagi keduanya. Terkadang Jarvis ikut kebingungan ketika melihat abangnya yang seperti demikian. 

Sama halnya seperti sekarang. Kalya yang ingin menimbang badannya secara diam-diam dan bersembunyi dari orang banyak. Kalya menaiki timbangan dan jarum yang terdapat di sana menunjuk pada angka 82.05, yang artinya berat badan Kalya baru hanya turun sebanyak 1, 95 kg. 

"Baru segitu doang?" tanyanya menatap tak percaya pada angka timbangan. "Gue udah sebulan, loh, olahraganya," lirih Kalya merasa tak puas dengan hasil yang ia peroleh selama satu bulan pertama ia berproses.

"Jangan berpatokan pada angka timbangan," celetuk seseorang yang langsung mengejutkan Kalya. Itu adalah suara Agam.

Buru-buru Kalya beranjak turun dari alat tersebut, agar pria itu tidak mengetahui angka privasinya. Kalya tidak habis pikir dengan laki-laki tua itu, bagaimana bisa tiba-tiba Agam sudah berada di satu ruangan dengannya. Padahal sebelum ia memulai untuk menimbang berat badannya, Kalya sudah sangat teliti dalam memeriksa orang-orang di sekitar sana. Namun, tetap saja sang pemilik pusat kebugaran tersebut ada di mana saja dan selalu mengusik Kalya.

Fatty Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang