Happy Reading guys 💚
°
°
°
"Baik, kita padai perkuliahan hari ini dan jangan lupa tugas resumenya dikerjakan. Nanti, dikumpulkan kepada Kalya Anastasia," kata Agam tegas menutup pertemuan dan memperingati kembali mahasiswanya terkait dengan tugas yang sudah ia jelaskan tadi.
Semua mereka menatap orang yang dimaksud sang dosen, tak lain adalah Kalya. Lalu, mereka semua mengangguk paham, jika tugas mereka nantinya dikumpulkan pada Kalya, si gadis besar yang ada di kelas.
Satu persatu mahasiswa keluar dari kelas. Namun, begitu dengan Dea yang hendak keluar bersama Eliva, lagi-lagi suara Agam menghentikan langkahnya.
"Kamu, Kalya, tolong antarkan infokus ke ruang akademik prodi," titah Agam masih sedang membereskan tas alat tersebut.
"Tapi, kami ada MK lain setelah ini, Pak," elak Kalya memberi alasan pada Agam.
"Tidak perlu membohongi saya. Pak Husein sedang tidak ada di tempat dan kalian tidak ada perkuliahan setelah ini," telak Agam ketika Kalya hendak mengelabuinya dengan mengatakan ada mata kuliah lagi setelah ini.
Pak Husein yang dimaksud Agam adalah dosen yang akan mengajar di jam selanjutnya. Akan tetapi, karena beliau sedang berada di luar kota, maka perkuliahan di mata kuliah yang diampu olehnya ditiadakan.
Kalya menghela napasnya, padahal sekarang ia sangat lemas dan badannya sangat tidak berenergi. Memang tadi ia makan sandwich yang ditawarkan oleh Eliva, tetapi tetap saja selembar sandwich tidak bisa langsung memberi energi pada tubuhnya yang sudah enam hari tidak makan dengan teratur.
Dengan terpaksa ia harus mengiyakan perintah tersebut, karena ia sudah menjadi asisten dosen, walaupun itu secara sepihak. Namun, Kalya harus tetap menerimanya, karena ini adalah hukuman darinya yang sedari awal mulai kelas sudah membuat ulah.
"Udah, lo nganterin itu aja dulu," suruh Eliva. "Atau mau sekalian gue temenin?" tawar Eliva ketika melihat wajah terpaksa temannya.
Kalya tentu saja langsung menggeleng. "Eh, gak usah, El. Lo duluan aja, gapapa."
"Kalo gitu, gue tunggu di kantin, ya. Ingat, lo harus nyusul, awas aja kalo nggak," ancam Eliva sambil tertawa kecil. Lalu, gadis cantik dengan rambut bergelombang itu keluar dari kelas menuju kantin.
Benar, mereka berdua ingin makan di kantin. Tidak, lebih tepatnya Eliva lah yang memaksa agar Kalya ikut ke sana. Kalya juga akhirnya mengiyakan permintaan temannya itu.
***
Kalya berjalan di lorong-lorong di mana ruang akademik berada. Awalnya ia tidak tahu di mana letak ruangan tersebut, tetapi Kalya berusaha untuk bertanya pada salah satu cleaning service, karena jika ia bertanya pada kakak tingkat ataupun mahasiswa yang lain, Kalya yakin sekali, pasti mereka tidak akan menjawab dan bahkan akan menertawakannya lagi.
Setelah dari ruang akademik untuk mengembalikan infocus. Gadis itu diminta untuk datang kembali ke ruangan sang dosen, siapa lagi kalau bukan Agam Pranadipa. Kalya ikuti saja apapun perintah laki-laki itu, ia terlalu takut jika membantah dan pada akhirnya nilainya lah yang akan bermasalah.
Tangan Kalya mendorong pelan pintu berbahan kaca yang tidak tembus pandang tersebut. Di sana ia bisa melihat Agam yang sedang fokus dengan layar laptopnya. Sedetik kemudian Kalya berdehem untuk menyadarkan dosennya, jika di ruangan tersebut sudah ada dirinya.
"Kenapa Bapak panggil saya lagi? Kan, saya udah bawa benda tadi ke ruang akademik." Kalya berusaha untuk berbicara dengan nada pelan dan juga sopan.
"Iya, saya memanggil kamu kemari, karena saya mau bilang, jika kamu harus membuat tugas resume tersebut dari dua materi sekaligus," jawab Agam memperjelas lagi perihal tugas yang sudah diberitahukan di kelas tadi.
"Loh, Bapak kok gak adil? Teman-teman yang lain aja pada satu materi semua," protes Kalya tak terima. Masak, cuma dirinya seorang diri yang mendapatkan tugas dua kali lipat.
Agam mengedikkan bahunya tak peduli. Laki-laki itu memberi tugas lagi kepada Kalya, bukan tak ada alasan. Justru, karena ada alasannya lah, Agam berani untuk memberikan tugas double untuk Kalya.
"Kenapa Bapak tambah? Lagipula saya hari ini tidak melakukan kesalahan lagi, kan?" Kalya kembali bertanya, karena gadis itu tidak merasa memiliki kesalahan hari ini, seperti pada di minggu lalu.
"Makanya, lain kali jangan coba-coba bohongi saya lagi," jawab Agam dengan santai, tanpa berniat mengubah jatah tugas Kalya.
Kalya menatap tak percaya. Hanya karena ia berbohong tadi, tugasnya menjadi dua kali lipat. Bagaimana jika Kalya membuat kesalahan yang lebih fatal lagi kedepannya? Entah hukuman seperti apa yang akan laki-laki itu berikan kepada Kalya.
"Sekarang kamu boleh keluar." Agam menunjukkan pintu ruangan dengan dagunya.
Tak ingin berlama-lama berada di dalam ruangan sang dosen. Kalya memutuskan pergi setelah mendapat perintah dari sang pemilik ruangan. Ia langsung memusatkan langkahnya menuju tujuannya, yaitu kantin. Setibanya di sana, Kalya langsung menghampiri Eliva yang duduk seorang diri dengan ditemani dua gelas jus.
"Sorry, ya, gue lama," ucap Kalya tidak enak, karena sudah membuat Eliva menunggu.
"Oh, udah dateng lo. Ayo, langsung duduk," titah Eliva sambil menunjuk kursi di hadapannya.
Kemudian, Kalya mendudukkan tubuh berisinya pada kursi yang berseberangan dengan Eliva. Kalya merasa sedikit berharga dengan perlakuan Eliva, si gadis cantik yang selama satu minggu terakhir ini telah menjadi teman pertamanya. Kalya merasa jika Eliva ini bukan hanya sekedar cantik dari segi fisik, tetapi hatinya juga benar-benar sangat baik. Kenapa Kalya bisa berpikir seperti itu? Karena dari sekian puluh orang mahasiswa yang ada di unit mereka, hanya Eliva lah yang senantiasa bersedia berbicara dan berteman dengannya.
"Gimana, enak gak jadi asdos?" tanya Eliva sambil tertawa kecil. Ia mengerti dengan raut wajah Kalya yang seperti menahan kekesalan.
Kalya memang sudah menceritakan pada Eliva, perihal dirinya yang diangkat sepihak menjadi asisten dosen di mata kuliah pengantar ilmu komunikasi. Bahkan, Kalya sudah menceritakan hal ini sudah dari beberapa hari lalu. Ia merasa sedikit senang, ternyata bisa bercerita pada seseorang memang selega ini.
"Em ... gimana, ya, ngomongnya. Untuk sejauh satu minggu ini belum ada tuh enaknya, malahan gue dapetnya gak enak mulu," decak Kalya menahan kekesalannya.
Eliva kembali tertawa. "Memangnya Pak Agam ada ngasih hukuman lagi?"
"Iya, ada. Tugas resume gue dua kali lipat dari kalian semua!" geramnya dengan suara tertahan.
Eliva mendengar Kalya dengan baik. Mulai dari pertama temannya itu bercerita dan hingga akhir. Sesekali Eliva terkekeh geli melihat raut wajah Kalya yang sangat menggemaskan bagi Eliva.
Di tengah perbincangan mereka berdua. Seorang laki-laki yang merupakan pekerja di kantin datang dengan membawakan sepiring nasi dan lauk dan semangkuk bakso.
"Loh, kok, udah pesan aja?" tanya Kalya kaget. Padahal dirinya tidak ada niatan untuk makan di kantin. Kalya ke kantin murni hanya ingin menemani Eliva.
"Udah, gak usah banyak tanya. Sekarang, lo makan, ya. Liat tu badan lo gak berenergi sama sekali," beber Eliva sambil menunjuk dengan dagu tubuh lemah milik Kalya.
Kalya tersenyum dan lalu mengangguk atas perintah Eliva. Namun, di satu sisi ia takut jika ada orang yang berbuat baik padanya, karena ini adalah kali pertama dirinya merasakan dihargai oleh seorang teman sebagai seorang teman.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatty Love (END)
RomanceKatanya, beauty privilege itu nyata. Itulah yang menimpa Kalya, cewek obesitas yang nekat menyatakan perasaannya berkali-kali kepada cowok ter-famous bernama Ansel, tetapi selalu ditolak mentah-mentah. Puncaknya pada malam prom night. Jawaban Ansel...