Happy Reading guys 💚
°
°
°Kalya berlari di sepanjang koridor fakultas. Kalya sedikit terlambat dari pada jadwal biasanya ia pergi ke kampus. Hatinya begitu gelisah karena suasana lingkungan kampus sudah banyak kedatangan mahasiswa, yang artinya Kalya akan bertemu banyak orang di sekitaran kelasnya nanti. Padahal Kalya sudah mewaspadai agar dirinya tidak datang ke kampus di saat sudah banyak orang di sana. Namun, apa boleh buat jika pagi tadi ternyata ia kesiangan karena terlalu terlalu lelah berolahraga semalaman.
Ketika sudah berada di jarak yang cukup dekat, Kalya pun berhenti berlari dan kembali berjalan dengan normal. Di depan kelas yang akan ia tempati pagi ini. Kalya bisa melihat di depan sana terdapat segerombolan laki-laki yang sedang berbicara dan sesekali tertawa sambil melihat ke arah Kalya yang semakin mendekat ke arah kelas tersebut.
Kalya semakin mendekat dan ia berjalan melewati segerombolan mahasiswa itu. Jika biasanya ada perempuan yang lewat, mereka akan memperhatikan dan mengerlingkan mata mereka dengan tatapan kagum. Akan tetapi, berbeda cerita jika Kalya yang lewat. Kalya bisa mendengar suara tawa mereka yang semakin membesar dan disusul dengan berbagai macam kata-kata yang merendahkan diri Kalya.
Kalya yang tidak sadar saat kaki salah satu mahasiswa di sana menghalangi jalannya, hingga Kalya terjerembab ke atas lantai.
Sedetik kemudian suara tawa kembali menggelegar di sepanjang koridor dan sontak saja mengundang seluruh atensi manusia yang ada di sana yang juga ikut melihat pertunjukan pagi ini.
Kalya mengulum bibirnya ke dalam. Ia sekarang berada dalam dua suasana hati, satu sisi ia merasa sangat malu dan di sisi lainnya Kalya juga marah dengan atas perbuatan kurang ajar yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut.
“Gak sanggup bangun, ya?” ledek laki-laki yang dengan kakinya tadi membuat Kalya terjatuh di hadapan khalayak ramai.
“Makanya punya badan jangan besar gitu. Padahal mau kita tolong, tapi gak jadi karna badan lo besar gitu,” sambung mereka yang lain dan kembali mengundang tawa orang-orang yang hendak melewati area tersebut.
Kalya menggeram dan meremas tangannya menahan amarah. Gadis dengan badan tinggi itu bangkit dari lantai dan membersihkan pakaiannya yang mungkin tertempel oleh debu. Kemudian ia memberanikan diri menatap laki-laki itu satu persatu dengan tajam.
“Van, tuh, liat mukanya udah kayak mau nerkam lo idup-idup,” ledek seseorang memberitahu pada temannya.
“Kenapa lo mau marah?” tanya seorang laki-laki yang dipanggil Van oleh temannya. “Gak usah marah, mending lo benerin dulu tuh badan, deh.”
Suara ricuh dari tawa orang-orang. Kalya yang tadi hendak mengeluarkan sumpah serapah dan memilih mengurungkan niatnya ketika ia menyadari, jika kini banyak mata manusia dan mata kamera yang sedang menyoroti dirinya.
Kalya menciut dan tanpa membalas apapun perkataan mereka, ia langsung berjalan cepat menuju kelas dengan sedikit menutupi wajahnya dengan tas yang ia bawa. Kalya yakin, siapa saja yang mendapat perlakuan seperti dirinya tadi, pasti sangat memalukan. Kalya mendudukkan dirinya di salah satu kursi, ia mencoba menahan tangisannya agar tidak pecah di kelas. Bahkan, Eliva yang memang sudah semenjak tadi berada di kelas dan terus memanggilnya, juga ikut tidak ia hiraukan panggilan dari temannya tersebut.
Ternyata ada sepasang mata yang sempat melihat cuplikan akhir dari pertunjukan yang mereka lakukan atas Kalya. Ia menahan emosinya terhadap mahasiswa-mahasiswa itu yang berani melakukan hal yang berpotensi pada pembulyan, apalagi ini kepada seorang perempuan.
“Awas aja kalian, ya,” ucapnya dari kejauhan.
***
Kini, banyak pasang mata yang tertuju Eliva dan Kalya yang baru saja memasuki kantin. Banyak pujian terdengar yang tersematkan untuk Eliva dan tak sedikit juga cemoohan yang disiratkan untuk Kalya. Gadis itu langsung menghentikan langkahnya yang baru saja memasuki kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatty Love (END)
RomanceKatanya, beauty privilege itu nyata. Itulah yang menimpa Kalya, cewek obesitas yang nekat menyatakan perasaannya berkali-kali kepada cowok ter-famous bernama Ansel, tetapi selalu ditolak mentah-mentah. Puncaknya pada malam prom night. Jawaban Ansel...