39. Kabar Baru

54 5 15
                                    

Dua minggu berlalu dari semenjak hari mereka berkunjung untuk membesuk Sari. Banyak yang berubah selama Sari dirawa, di mana Kalya yang tidak lagi sering berolahraga karena badannya sudah lebih dulu lelah ketika menjaga mamanya.

Perkuliahan yang masih tetap berjalan seperti biasanya, hanya saja Kalya yang sering melewati masa belajarnya untuk menjaga sang mama. Di saat yang bersamaan pula, ia akan mencuri waktu untuk bekerja. Akan tetapi, dua hari yang lalu ia dipaksa berhenti bekerja oleh Agam, karena laki-laki itu tidak tega dengan kondisi tubuh Kalya yang terlihat sangat letih dari biasanya.

Perihal biaya administrasi rumah sakit selama dua minggu ini dan seterusnya, tentu saja tidak cukup hanya dengan uang gaji Kalya bulan lalu. Oleh karena itu, Agam-lah yang akan menanggung semua biayanya. Hal itu atas permintaan laki-laki tersebut dan tentu saja semakin menambah beban Kalya. Gadis itu tak jarang memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa membalas kebaikan laki-laki itu.

Setelah dua minggu dirawat di rumah sakit dan kondisi Sari juga tak kunjung berubah baik. Kadar gula yang semakin meningkat, sehingga kaki yang dulunya teramputasi sebatas pergelangan dan sekarang lukanya semakin menyebar, sehingga pihak rumah sakit meminta persetujuan Kalya selaku wali satu-satunya, agar pihak medis bisa mengamputasi kaki Sari hingga sebatas lutut.

Berat bagi Kalya untuk menandatangani surat persetujuan tersebut. Namun, apa boleh buat, ia melakukan ini karena ingin mamanya sembuh, hanya itu saja. Udara malam sejuk menyentuh tulang, Kalya masih menunggu sang mama yang sedang dioperasi di dalam sana. Dengan wajah kelelahan yang sangat kentara, kelopak mata yang menghitam menandakan jika Kalya memang kurang istirahat. Keadaan perut yang terlampau kosong, karena gadis itu sedari pagi tadi belum makan apa pun, kecuali hanya minum air mineral saja.

"Tuhan, hamba mohon dengan sangat. Lancarkanlah operasi mama saya, juga sembuhkanlah mama saya. Aku mohon, Tuhan.” Kalya bermonolog lirih dengan kepala yang tertunduk lesu.

Setetes bulir bening membasahi kedua pipinya. Dadanya ikut terasa sesak, karena menahan isak tangis yang begitu menyayat. Jika boleh jujur sekarang ia sudah tidak sanggup lagi menahan lelahnya. Namun, ia masih mencoba membuka mata untuk menanti kehadiran sang mama yang sebentar lagi pasti akan selesai dibedah oleh pihak medis. Harapan besar Kalya hanya bertemu mama.

Kalya menunggu di sana hampir dua jam lamanya dan pintu ruangan tersebut belum memperlihatkan tanda-tanda akan terbuka. Sayup-sayup ia mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Kalya menengadahkan wajahnya untuk melihat siapa gerangan yang datang.

“Kalya, mama kamu masih di dalam sana?”  tanya Tiara yang baru saja datang langsung duduk di samping gadis itu.

“Iya, Tan, mama masih di ruangan operasi.” Kalya menarik kedua bibirnya memaksakan sebuah senyuman. “Tante sendiri ke sini?” tanya Kalya saat menyadari jika wanita cantik itu hanya seorang diri.

Mendengar pertanyaan tersebut sontak mengundang senyum jenaka dari bibir Tiara. Ia tahu jika tujuan Kalya sekarang adalah menanyakan putra sulungnya.

“Kamu nyari Agam, ya?” Tiara terkekeh geli melihat Kalya yang terlihat malu-malu. “Dia ada, kok, tadi Tante suruh ambil barang dulu.”

Kalya mengangguk paham dan tersenyum singkat ke arah Tiara.

Tiara bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah gadis di depannya yang begitu terlihat lelah. Ia mengarahkan tangannya untuk mengusap pelan wajah Kalya.

“Kamu pucat banget, Sayang,” ujar Tiara merasa khawatir. “Kamu pulang aja biar diantar sama Agam. Untuk mama kamu biar Tante yang jaga.”

Kalya langsung menggeleng atas tawaran Tiara. Kalya tetap ingin menunggu hingga mamanya selesai dioperasi dan dikembalikan ke ruang rawat inap.

Fatty Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang