Orang-orang yang tadinya terlihat ramai, kini perlahan semakin berkurang karena acara pemakaman telah selesai. Sekarang keluarga Pranandipa dan beberapa teman Kalya yang juga ikut serta dalam acara pemakaman akan beranjak pulang dari tempat tersebut.
Benar, hari ini adalah hari pemakaman Sari. Kalya terlihat tak rela meninggalkan gundukan tanah milik mamanya. Berulang empat sekawan itu meminta Kalya agar bersedia pulang, tetapi gadis itu masih enggan mengangkat langkahnya dari sana.
“Kay, ayo pulang,” ajak Eliva dengan penuh iba terhadap sahabatnya.
Kalya tidak menjawab. Gadis itu masih menatap kosong makan sang mama dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
Semua orang tak sanggup melihat betapa rapuhnya Kalya sekarang. Dulu jika ia rapuh, gadis itu masih memiliki seorang ibu, tetapi sekarang Kalya hanya memiliki dirinya sendiri, ia tidak lagi memiliki keluarga siapa pun.
Agam yang berdiri tak jauh dari posisi Kalya yang berjongkok di samping rumah terakhir sang mama. Laki-laki itu bergerak menghampiri Kalya. Agam menyentuh lembut pundak lemah milik kekasihnya dan diusapnya pelan guna menenangkan.
“Sayang, ayo, kita pulang dulu. Nanti kita ziarah lagi,” ajak Agam setengah berbisik tepat di sisi Kalya.
Kalya menoleh ke arah laki-laki yang sangat dekat dengannya. Mulut Kalya bergumam seakan mengadu pada Agam, jika sekarang mamanya sudah benar-benar tiada.
“Mama udah bahagia, sekarang kita pulang, ya,” lanjut Agam tersenyum getir ke arah Kalya. Ia masih berusaha membujuk gadis tersebut agar mau kembali pulang.
Agam perlahan membawa tubuh Kalya berdiri dan tak lupa ia memegang tubuh gadis tersebut yang masih terbilang belum benar-benar stabil. Dari luar saja sudah sangat tampak, jika badan Kalya masih terlalu lemah.
Semuanya tersenyum senang karena Agam berhasil membujuk Kalya pulang. Mereka berjalan lebih dahulu menuju mobil. Namun, tidak dengan empat sekawan karena mereka akan berjalan paling akhir saja.
Di saat semua bahagia melihat Agam berhasil membujuk Kalya, tetap ada satu bibir yang sedikit cemberut karena dambaan hatinya malah terpaut dengan abang sepupunya, siapa lagi kalau bukan Ansel. Pemuda itu senang dengan Kalya yang berhasil diajak pulang, hanya saja ia sangat berharap jika itu terjadi karenanya bukan karena Agam—abang sepupunya.
“Harusnya aku yang di sana …,” ledek Dimas layaknya sepenggal lirik lagu. Ia sengaja mengatakan itu karena menyadari perubahan pada wajah Ansel.
“Sorry, ya, pesona abang gue lebih badai daripada pesona lo.”
***
Malam hari pun tiba dan ini masih di kediaman keluarga duka. Zady dan Tiara kembali datang untuk menjenguk keadaan Kalya dan sekaligus ingin mengantarkan amanah terakhir Sari kepada putrinya.
Kalya menerima benda tersebut. Perlahan ia membuka dan membaca bait per bait kalimat yang tertera di sana.
Kalya, ini surat yang mama titipkan ke dokter Zady. Kalau dokter itu udah kasih ke Lia, itu artinya mama udah gak ada lagi di samping Lia.
Mama mau ucapkan banyak terima kasih karena Lia udah jadi anak yang berbakti sama mama dan papa. Mungkin kita tidak bisa selamanya bersama di dunia, tapi mama yakin kamu pasti kuat menjalaninya.
Lia, kamu hidup dengan baik di sana dan jaga diri baik-baik, ya, Nak. Mama minta maaf, mama banyak mengecewakan Lia. Mama belum bisa membuat Lia bangga dengan kehadiran mama sebagai ibu Lia. Kalau kamu lelah, istirahat, ya, Nak, jangan dipaksa, anak mama harus selalu sehat jangan sampai berakhir sakit seperti mama dan papa.
Sampaikan terima kasih mama kepada dokter Zady dan Bu Tiara juga, ya. Mereka baik sekali dengan keluarga kita.
Mama mau bilang tolong sampaikan terima kasih mama ke nak Agam, karena dia orang baik yang udah banyak bantu putri mama. Kalau tidak salah, mama pernah dengar kalau kamu punya hubungan dengan dosen kamu yang itu, ya?
Kalau itu benar, mama tenang perginya karena Lia ada yang jaga di saat mama udah gak ada, tetapi tetap ingat, ya, Nak, jangan terlalu bergantung kepada orang lain. Kalau nanti Lia akan menikah, pilihlah laki-laki seperti nak Agam, ya, Nak.
Doa mama selalu menyertai, Lia, supaya kamu bisa lebih bahagia kedepannya, meskipun tidak ada lagi mama di hidup, Lia.
Udah, segitu aja, ya, Nak. Mama sayang, Lia.
Air mata yang sedari terbendung, kini langsung luruh di permukaan pipi. Napas yang terasa begitu mencekat sesak karena tangisnya yang begitu pilu. Bahunya bergetar hebat selepas membacakan isi hati terakhir mamanya yang dituangkan ke atas selembaran kertas.
Agam langsung membawa Kalya ke dalam rengkuhannya. Ia membiarkan gadis itu meluapkan tangisan di bahu tegap milik dirinya. Tidak terbayangkan oleh Agam, bagaimana sulit hidup gadis itu sedari dulu yang tanpa sosok seorang ayah. Namun, gadisnya adalah gadis kuat, sehingga dia bisa bertahan sejauh ini.
Tiara dan Zady saling bertukar pandang. Keduanya bisa melihat bagaimana Agam memeluk tubuh rapuh Kalya. Akhirnya efek dari kejadian lima tahun lalu perlahan menghilang karena kehadiran Kalya sebagai perantara putra mereka yang kembali pada semulanya, yaitu Agam sosok yang penuh dengan kasih dan terang-terangan memperlihatkan cinta.
“Ma, aku gak kuat sendirian,” racau Kalya di sela-sela tangisnya.
“Kamu kuat,” timpal Agam yang masih merangkul Kalya.
Suasana malam itu begitu pilu. Kematian Sari banyak meninggalkan luka untuk anak tunggal seperti Kalya.
Tiara berpindah dari duduknya dan mendekat ke arah Kalya. Sehingga kini wanita itulah yang menggantikan posisi Agam. Tiara memeluk tubuh rapuh Kalya dengan penuh sayang.
“Gapapa, Sayang, sekarang, kan, ada Tante yang bisa gantiin mama kamu,” ujar Tiara sambil tersenyum.
Pandangan Tiara dan Kalya bertemu. Di mana tatapan Kalya yang begitu sendu yang kini berada dengan tatapan teduh milik Tiara—seorang ibu. Memang tidak akan pernah sama dengan tatapan sang mama, tetapi setidaknya sangat cukup sebagai pelipur lara.
“Tante, mau kalau aku panggil Mama?” tanya Kalya dengan suara parau di akhir sisa-sisa tangisnya.
“Boleh, dong, Sayang.” Tiara membalas dengan cepat. “sebentar lagi juga bakal. Ya, gak, Bang?” tanya Tiara mengedipkan mata berniat menggoda putranya.
“Apa? Mama jangan aneh-aneh, deh. Ini kita lagi berduka,” balas Agam dengan nada malas, karena ia tahu jika mamanya itu memang sedang menggoda dirinya yang memang sedang memiliki hubungan dengan gadis yang merupakan mahasiswanya.
“Nikahi anak gadis orang kalau udah suka, Agam.” Zady yang sedari tadi duduk ikut menimpali pembicaraan anak dan istrinya.
Tuhan kembali memberi dan mempertemukannya dengan cinta, tetapi tuhan pun mengambil cintanya yang lain. Tidak bisakah Kalya hidup penuh dengan cinta untuk sekali saja?
![](https://img.wattpad.com/cover/355362704-288-k902080.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatty Love (END)
RomanceKatanya, beauty privilege itu nyata. Itulah yang menimpa Kalya, cewek obesitas yang nekat menyatakan perasaannya berkali-kali kepada cowok ter-famous bernama Ansel, tetapi selalu ditolak mentah-mentah. Puncaknya pada malam prom night. Jawaban Ansel...