“Dasar Jarvis dajjal. Minta nomer Kalya aja kayak minta restu nikah ama orang tua, susah bener.” Ansel mencibir sepupunya yang tak lagi bersamanya.
Ia mengetahui jika Ansel memiliki kontak Kalya. Oleh karena itu, ia memaksakan sepupunya untuk memberikannya kontak gadis tersebut.
Begitu makan malam selesai tadi di rumah Jarvis, laki-laki itu kembali pulang dan pastinya ia sudah berhasil mendapatkan nomor Kalya. Memang sejak dari dulu ia selalu memblokir nomor gadis itu, karena saking tidak sudinya ia di kirimkan pesan-pesan oleh Kayla yang dulu. Hingga kini Kalya telah mengganti nomor teleponnya, barulah pemuda itu kalang kabut untuk mendapatkannya.
Ansel tersenyum senang sambil memandangi ponselnya yang sudah tertera kontak gadis incarannya. Namun, satu sisi lagi, Ansel merasa miris dengan apa yang sudah ia lakukan pada Kalya sejak SMA dulu. Kini, ia merasa harus menebus kesalahan dan kekhilafannya tiga tahun silam.
Ansel: Kalya, gue mau minta maaf. Gue pernah buat malu lo dan ngehina lo. Saat itu gue hanya gak sadar sama perasaan gue sendiri, karena keadaan lo dulu, tapi sekarang gue sadar. Ternyata perasaan ini tiba-tiba sudah ada.
Pesan pun terkirim dari sebuah aplikasi berwarna hijau. Laki-laki itu merebahkan tubuhnya yang lelah karena berlari seharian. Ansel terus memandangi benda pipih miliknya sembari menunggu balasan dari Kalya.
Di lain rumah, lebih tepatnya di rumah Kalya. Kini gadis itu berada di dapur dan sedang membantu mempersiapkan obat yang harus mamanya minum.
“Ayo, Ma, tinggal dua biji lagi, nih, obatnya,” ujar Kalya tersenyum senang karena sang mama berhasil meminum obatnya hingga tuntas.
Sari tersenyum melihat sang putri yang sudah sangat berubah dari pada tahun lalu. Sekarang putrinya lebih sehat dan lebih leluasa bergerak karena badannya yang tidak lagi besar seperti dulu. Apa lagi dengan adanya gingsul di sisi kanan gusi Kalya, semakin menambah kesan indah pada anaknya.
“Selamat, ya, Nak. Kamu udah berhasil kurus dan semakin terlihat sekarang, napas kamu juga gak ngos-ngosan kayak dulu lagi,” ucap Sari mengapresiasikan keberhasilan putrinya dan juga Sari menyatakan perubahan yang sudah dialami oleh anaknya.
Jika dulu untuk berjalan saja napas Kalya sudah seperti orang yang baru selesai lomba lari, karena faktor berat badan yang tidak sesuai dengan tinggi dan umurnya yang memang masih remaja. Sekarang Kalya sudah bebas dari keluhan-keluhannya di masa lalu, karena dulu badannya yang tergolong hampir obesitas.
“Iya, Ma, aku bersyukur banget bisa jadi kurus, jadi gak capek lagi kalau jalan,” balas Kalya sambil terkekeh menatap wajah mamanya yang semakin hari semakin tirus.
Sudah terhitung hampir tiga bulan setengah Sari sakit. Wanita itu tidak lagi pergi mengajar tepat di bulan ke dua dirinya di operasi. Kebugaran pada tubuh wanita itu pun sudah tidak terlihat lagi, mungkin itu karena efek dari penyakit yang sedang dialami olehnya. Hari-hari wanita itu hanya akan berdiam diri di rumah dan ia akan sedikit bercengkrama ketika rekan kerjanya datang untuk membesuk.
“Mama langsung istirahat, ya, biar besok teman Mama datang, Mama udah fit lagi,” ujar Kalya dan langsung diiyakan oleh mamanya.
Kalya kembali membantu mamanya yang berjalan dengan sedikit kesusahan, karena keadaan wanita itu yang tidak lagi memiliki sebelah pergelangan kaki. Kalya hanya bisa meredam rasa sedihnya, ketika melihat sang mama yang tidak lagi seperti dulu. Ia paling tidak ingin menampakkan air matanya di depan mamanya, karena ia tidak ingin wanita itu kembali merasa sedih karena dirinya yang sedang menangisi nasib mamanya.
“Selamat tidur, Ma. Semoga besok bisa menjadi hari yang lebih baik,” tutur Kalya setelah membereskan semua kepentingan sang mama.
“Iya, semoga, Lia,” balas Sari sambil tersenyum simpul.
“Kalau gitu, aku ke kamar, ya, Ma,” pamit Kalya pada Sari yang sudah siap untuk tidur.
Sesuai dengan ucapan Kalya tadi. Kini, gadis dengan bertubuh ideal dengan tinggi 168 sentimeter itu sudah kembali ke kamarnya. Ia juga harus istirahat karena besok dirinya harus tetap berkuliah dan harus mencari lowongan pekerjaan.
Suara notifikasi pesan dan pemberitahuan masuk di ponselnya terus menyentuh gendang telinga. Kalya mengambil ponselnya yang terletak di atas ranjang.
Kalya bisa melihat banyak pesan masuk di aplikasi berwarna hijaunya dan notifikasi pemberitahuan dari beberapa sosial medianya.Kalya menghela napasnya kasar dan melempar ponselnya kembali ke atas kasur. Semenjak dirinya kenaikan semester, dalam dua minggu ini ia seringkali mendapat pesan-pesan dari nomor yang tidak ia kenal dan bahkan banyak orang yang mengikuti sosial medianya.
Ini terjadi karena ia sudah berubah, karena dirinya sudah dinilai cantik di mata mereka. Teman dari SMA-nya dulu yang bahkan tidak pernah mau dekat dengannya, kini berhasil mendapatkan nomor ponselnya dan juga mengetahui username sosial medianya.
Kalya kembali mengambil ponselnya, ketika tadi ia sadar akan salah satu pesan yang paling teratas dan tentunya bukan dari nomor yang ia kenal. Dengan hanya melihat isi pesannya saja, langsung bisa membuat Kalya bisa menebak siapa sosok itu.
“Memang anjir, giliran gue udah gini lo pada mau dekat-dekat. Dasar manusia gila! Pandang aja fisik orang sampe kalian mati!” geram Kalya saat ia berhasil melihat semua kepalsuan yang terus berterbangan di sekelilingnya.
***
Kini Ansel sengaja menyusul sepupunya ke ke fakultas laki-laki tersebut. Ansel tidak mau teman-temannya yang lain mengetahui jika sekarang dirinya sedang memperjuangkan sebuah balasan dari Kalya.
Dalam hati yang paling dalam, ia terlanjur malu dengan apa yang sudah ia perbuatkan pada Kalya dan ia terlanjur tidak punya muka di hadapan temannya, karena ia sendiri yang mengancam mereka agar tidak ada yang jatuh hati pada Kalya. Namun, kini semuanya berubah, malah dia sendiri yang jatuh cinta ketika melihat versi baru Kalya. Kini, Ansel telah menjilat ludahnya sendiri. Apa pun makanannya ludah sendiri minumannya.
Itulah mengapa jangan terlalu lepas ketika berbicara, karena kita tidak tahu apa yang akan berubah di masa yang akan datang.
“Woi, Jar, bilang ke Kalya, suruh tu cewek bales pesan gue. Sombong amat tu cewek,” kesal Ansel meminta bantuan Jarvis.
“Gak bisa, Sel. Gue aja gak pernah chatting sama dia, ya, kali mau chat dia cuma mau bilangin suruh bales pesan lo,” tolak Jarvis dengan nada meledek.
Lagi-lagi Ansel menghela napasnya guna menjemput kesabaran untuk menghadapi sifat sepupunya.
“Lagian, gue punya kontrak dia karena gue memang save semua kontak member di gym,” lanjut Jarvis lagi, semakin memperjelas. “Kalo tetap masih mau dia bales chat lo, nanti lo minta bantuan sama abang gue aja. Gue jamin langsung dibales.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatty Love (END)
RomanceKatanya, beauty privilege itu nyata. Itulah yang menimpa Kalya, cewek obesitas yang nekat menyatakan perasaannya berkali-kali kepada cowok ter-famous bernama Ansel, tetapi selalu ditolak mentah-mentah. Puncaknya pada malam prom night. Jawaban Ansel...