21. Menceritakan pada Tiara

57 16 3
                                    


Dari dalam mobil Agam melihat Kalya yang sedang mengendarai motor maticnya dan menyebrang memasuki jalan komplek yang baru saja ia lalui. Semakin jauh Kalya dari pandangan dapat Agam simpulkan jika gadis itu tinggal di perumahan ini.

Setelah kemudian Agam juga mengambil jalurnya untuk segera pulang ke rumah. Ia harus menceritakan informasi yang sudah ia ketahui hari ini kepada sang mama tercinta.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya Agam tiba di depan rumahnya dengan keadaan selamat. Laki-laki itu langsung masuk ke dalam sambil menenteng sebuah tas yang berisikan laptop miliknya.

“Nah, gimana? Kamu udah ke rumah sakit buat buntuti papa, gak?”

Belum pun Agam melangkah masuk ke rumah, dirinya langsung disuguhi dengan pertanyaan tersebut dari mamanya.

“Biar Agam masuk dulu, Ma,” jawab  Agam malas melihat tingkah mamanya, yang sangat tidak sabaran.

Sementara Tiara hanya bisa tersenyum dan mengikuti langkah sang putra yang mendarat di sofa ruang keluarga.

“Nah, gimana-gimana. Apa yang kamu dapatkan?” tanya Tiara pada putra sulungnya.

Wanita cantik itu tidak sabar dengan jawaban yang akan diberikan oleh anaknya itu. Tiara pun ikut duduk di samping putranya.

“Papa gak selingkuh, Ma,” beritahu Agam menatap mamanya.

“Yang bener kamu. Jangan-jangan kamu juga ikut-ikutan boongin Mama, ya?” tuding Tiara membuat Agam membelalak matanya.

Untung Mama sendiri, batin Agam mencoba sabar menghadapi sikap protektif mamanya.

“Nggak, Ma. Aku gak bohong dan yang papa chat malam itu, emang cuma sebatas pasiennya Papa. Papa chat Ibu itu, karena Ibu itu baru saja selesai operasi dan gak ada satu pun wali yang menemaninya. Oleh karena itu, Papa berinisiatif untuk mengingatkan beliau minum obat, supaya luka operasinya cepat sembuh,” jelas Agam panjang lebar agar sang mama mengerti dan tidak berprasangka buruk lagi kepada papanya.

Tiara mendengar penjelasan Agam dengan baik, lalu wanita cantik itu mengangguk pelan, pertanda ia akan paham.

“Terus suaminya kemana? Kok, gak ditemenin istrinya lagi sakit? Anaknya juga mana?” Tiara mengeluarkan semua tanya yang ada di pikirannya.

“Suami beliau sudah meninggal, sedangkan anaknya gak tau ke mana. Papa cuma tau ibu itu punya anak, tapi gak tau alasan kenapa tu anak gak nemenin ibunya yang lagi sakit dan bahkan tadi aja aku ngeliat ibu itu datang sendirian untuk check up.” Agam kembali menjelaskan informasi yang ia ketahui hari ini kepada sang mama.

“Aduh, Mama jadi gak enak sama pasien Papa yang itu,” keluh Tiara menggoyang tangan sang putra. “Gimana, dong, Gam?”

Mendadak saja hati Tiara terenyuh mendengar penjelasan putranya terhadap seseorang yang ia sangka sebagai selingkuhan suaminya. Perasaan bersalah karena telah berburuk sangka pun tiba. Itulah manusia, belum tahu kejelasan faktanya, tetapi sudah berpikir yang tidak-tidak saja.

“Udah gapapa, Ma. Ibu itu udah nitipin maafnya untuk Mama, karena papa ngechat beliau, Mama jadi punya firasat buruk ke papa.” Agam menyampaikan maaf yang dititipkan oleh Sari untuk Tiara.

Tiara langsung mengangguk mendengar permintaan maaf tersebut. Ia berencana akan menemui pasien yang putranya maksud. Dirinya juga harus meminta maaf secara langsung kepada pasien suaminya yang sedang ia bicarakan dengan putranya sekarang.

“Nah, sekarang udah jelas, kan, Ma?” tanya Agam dan langsung diangguki oleh Tiara.

“Iya, udah. Makasih, ya, Sayang, udah bawa pulang kebenarannya. Mama juga jadi ngerasa bersalah sama papa,” sesal Tiara karena terlanjur termakan api cemburu.

Fatty Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang