Bagian 45🌻

2.3K 74 1
                                    

Assalamu'alaikum insyaallah AUG akan update setiap hari😉

_______________________

Ketika hendak ke toilet, semua isi toilet yang berjajar lima terisi penuh. Dari pada kembali ke tempat lebih baik menunggu, toh mungkin bentar lagi salah satu dari mereka akan keluar, itu pikiran Gus Zain.

Dengan sabar,  Gus Zain duduk di kursi sembari menikmati pemandaan Puncak yang begitu luas dan indah. Tak lama,  seseorang keluar dari toilet, tetapi Gus Zain tidak menyadarinya.

"Mas, nungguin ya. Itu toiletnya udah kosong." Wanita berkulit putih itu berucap dan menepuk pundak dengan sopan, posisi Gus Zain membelakanginya.

"baik mbak makasih ya." Dia berdiri dari kursinya dan berbalik ke arah wanita itu.

Mereka berdua saling bertemu pandang, ada secercah cahaya di pelupuk mata wanita itu. Sedangkan,  Gus Zain nampak datar, dia bingung sendiri dengan perasaanya.

Masa lalu yang telah dikubur sejak lama, kini tak sengaja digali sendiri oleh keadaan. Keadaan yang tak pernah Gus Zain bayangkan dan inginkan.

"Gus, aku harus menikah dengan pria pilihan orang tuaku. Maafkan aku."

Izinnya waktu itu, saat Gus Zain sudah berniat untuk melamarnya tetapi wanita itu sendiri yang telah mematahkannya. Memang semuanya bukan salah wanita itu, tetapi salah karena perjodohan.

Dua insan yang sudah lama bercinta lalu terpisahkan oleh status, jarak, waktu, dan tempat. Move on telah berhasil dilakukan oleh Gus Zain, terlebih setelah adanya kehadiran Ning Sarah.

Kini, mereka bertemu kembali. Ini takdir ataukah apa?

"Maulida, aku sangat mencintaimu. Kita telah berjanji untuk bersama dalam ikatan hilal, tetapi kenapa kau lebih memilih dihalalkan oleh orang lain?"

Maulida Purnama Putri, seorang gadis yang dulu sangat Gus Zain cintai. Mereka beromitmen menjalin pernikahan setelah lulus SMA. Namun, nahas mereka harus dipisahkan karena perjodohan.

Gus Zain laki-laki biasa, dia sempat tidak terima dengan keputusan wanita di depannya di masa lalu. Namun, wanita di depannya sudah memutuskan untuk pergi tanpa ingin dikejar.

Gus Zain masih bergeming. Tak bergerak sedikit pun, tak mengeluarkan sepatah kata apapun,  pandangannya juga tidak dialihkan masih tetap terpaku dengan mata indah yang dimiliki mantannya itu.

Hanya mata yang mengisyaratkan bahwa Gus Zain masih mengingat wanita di depannya tanpa adanya keterangan, memorinya lebih cepat untuk mengingat masa lalu.

Tiba-tiba, wanita yang tak lain adalah mantannya itu menubruk dada bidang Gus Zain. Dia tumpahkan air mata, Gus Zain tidak membalas pelukannya juga tidak melepaskan pelukan itu. Dia sudah hilang kesadaran sepertinya.

"Gus, aku rindu!" tangis wanita itu pecah di dada bidang mantannya.

Di saat itu pula, sosok wanita yang berparas ayu sedang manatap nanar sang suami yang berpelukan dengan wanita lain.

"Mas!"

Suara bergetar itu mengalihkan atensi dan menyadarkan kesadaran Gus Zain.

"Dek!"

Dia melepas pelukan wanita itu, lalu mengejar istrinya. Istrinya tak memedulikan lagi panggilan suaminya, dia terlanjur sakit hati.

Ning Sarah berlari ke arah telaga, jalanan begitu sempit dan licin, serta menurun. Kaki Ning Sarah tidak seimbang, dia tergelincir ke bawah hingga masuk ke telega yang di sampingnya terdapat batu besar.

Gus Zain kalah cepat, dia melihat kejadian itu dengan hati perih. Dia segera menolong Ning Sarah, untung saja Gus Zain ahli berenang. Semua orang berkerumun membantu mereka.

Ning Sarah tidak sadarkan diri. Beberapa kali Gus Zain mencoba untuk menyadarkan tetapi istrinya itu nakal, matanya tetap terpejam.

"Ada darah, cepat bawa dia ke rumah sakit!" teriak seseorang yang juga ikut mengkerubungi Ning Sarah.

----

Ruangan serba putih dengan aroma obat-obatan yang menyeruak mendominasi tempat ini. Bersih memang, tapi tinggal di tempat ini tidak ada yang nyaman semuanya ingin pulang meski dilayani dan difasilitasi dengan baik.

Tinggal sejam seperti sehari lamanya, tinggal sehari seperti sebulan lamanya. Begitulah penuturan orang-orang yang menginap di rumah sakit.

Rumah Sakit Bakti Medika, sebuah rumah sakit besar di Bogor. Kamar VIP sedang ditempati sosok wanita yang tengah terkulai lemas dengan infusan dan oksigen.

Dokter dan perawat masih fokus memeriksa keadaannya. Bersamaan itu, semua orang di luar ruangan nampak panik. Gus Zain mondar-mandir, Gus Ahkam serta yang lainnya duduk di kursi tanpa ada yang berani bersuara. Semua diam dan melamun.

"Saya bawa makanan, semuanya makan dulu." Gus Faiz datang dari arah timur mambawa kantong putih berisi makanan.

Awalnya menolak untuk makan, tetapi Gus Faiz membujuk akhirnya mereka mengaku lapar.

"Zain, makan dulu. Sarah tidak akan tega melihatmu begini," bujuk rayuan sang kakak ipar terus dilontarkan hingga akhirnya sang adik mengalah.

"Keluarga Nyonya Sarah Assabiya Putri!" Suara perawat membuat semuanya menghentikan aksi makannya.

Mereka langsung menghampiri dokter dan perawat itu.

"Bagaimana istri saya, Dok!"

"Istri bapak keguguran. Perut istri bapak terkena benturan keras, sebab itu beliau mengalami keguguran," jelas dokter dengan lugas.

Penuturan dari dokter membuat semuanya sedih dan terkejut. Bagaimana tidak terkejut mereka tidak tau bahwa Ning Sarah sedang hamil, termasuk suaminya sendiri dia tidak tahu akan hal itu.

Ana Uhibbuka Fillah Gus💚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang