Umi pun menyuruku masuk,
Kini lukaku sedang di obati oleh Umi."Kamu kenpa Ndok? Ko bisa kaya gini?" Tanya Umi.
"Anuu Umi, emm kesandung,, iya kesandung" Ucapku gelagapan.
"Mba Sarah bohong Umi, tadi ia di dorong sama Mba Dwi sampai jatuh, terus Mba Dwi langsung pergi gitu aja" Jelas Ning Syifa.
"Benar begitu Ndok?" Tanya Umi lagi.
"Nggih Umi, tapi Sarah gak apa apa ko"
"Apa nya yang tidak apa apa Ndok?" Tanya Kyai Sallim yang baru saja datang bersamaan dengan Gus Zain.
"Itu Abi, Mba Sarah di dorong sama Mba Dwi sampai dahinya luka" Jelas Ning Syifa lagi.
"Kenpa to Ndok?, cerita saja gpp" Pinta Umi."Tadi selepas sholat subuh saya tdk senghaja bertemu dngn Gus Zain, Gus Zain menyampaikan pesan Umi untuk saya agar saya bisa menemani Umi menjenguk Bibinya Gus Zain. Lalu setelah saya bertemu dengan Gus Zain, saya berniat untuk kembali ke kamar tapi dalam perjalanan ke kamar, Dwi menarik tangan saya, lalu Dwi bertanya pada saya...
"Ngapain lu tadi ketemu calon suami gue"
Kemudian saya jawab bukan urusan kamu... Saya pun hendak pergi meninggalkannya tapi dia malah mendorong saya hingga saya jatuh". Ceritaku pada keluarga Ndalem.Gus Zain yang mendengar ceritaku tadi pun langsung meminta maaf...
"Maafkan saya, karena saya sampean jadi begini" Maaf Gus Zain.
"Bukan salah sampean ko Gus ini salah saya" Uapku kekeh.
Kemudian Kyai Sallim memanggil Mba dalem untuk memanggil Dwi ke Ndalem. Sementara itu aku balik ke kamar khodijah3.
Sesampainya di kamar khodijah3...
"Assallamuallaikum" Salam ku.
"Wa'alaikumsalam" Jawab penghuni kamar itu.
Mereka yang melihat dahiku di perban kecil langsung menanyai keadaanku.
"Looh Sar, kamu kenapa? bukanya tadi yang kesandung kakimu yah?" Tanya lia.
"Aku di dorong Dwi sampai begini" Jujur ku pada mereka.
"Di dorong Dwi? Emang kamu punya masalah apa ama Dwi Mba?" Tanya Ida tmn skamar ku.
"Tadi dia melihat ku ngobrol sama Gus Zain, mungkin dia cemburu,trus dia pake ngaku ngaku kalo Gus Zain calon suami nya." Curhatku pada mereka.
"Dwi?? Calon nya Gus Zain?? Hahaaahhaaa haluu tuu bocah" Teriak Nissa terbahak bahak.
"Sudah sudah lupain saja lgian dia juga sudah di panggil ke Ndalem kok" Ucapku.
...
Jam menunjukan pukul 08:58 Aku hendak pergi ke Ndalem untuk menemani Umi menjenguk saudaranya yang lahiran.
Kini aku sudah berada di depan Ndalem.
"Assallamuallaikum" Salam ku.
"Waallaikumsallam Mba, ayok masuk" Titah Ning Syifa.
Kemudian Umi Aisyah keluar dari kamarnya dan mengajak ku dan Syifa untuk otw ke rumah saudarnya Gus Zain.
Aku, Umi aisyah, dan Ning Syifa sudah berada di dalam mobil hitam milik Kyai Sallim, tapi ada yang kurang. Siapa yang mengemudi mobilnya?.
Dari kejauhan aku mendapati Gus Zain yang mendekat ke arah mobil lalu masuk. Hah? Jadi Gus Zain juga ikut' batin ku.
"Sudah siap?" Tanya nya.
"Sudah Lee, ayok nanti kesiangan" Titah Umi Aisyah.
Kini mobil hitam milik Kyai Sallim sudah mulai menjauh dari kawasan pesantren.
Di sepanjang jalan hanya ada keheningan.
Kemudian Umi memecah keheningan di antara kami ber 3.
Umi Aisyah bertanya kepadaku."Ndok umur mu berapa?" Tanya Umi Aisyah.
"Bulan April 19 tahun Umi, skrng msih 18 thun."
"Sekarang kamu sudah besar yah nduk,,, dulu kamu masi kecil banget, eh sekarang sudah besar saja" Jelas Umi.
"Maksud Umi?" Tanyaku.
"Umi tau kalau kamu anak Kyai Husein dan Farida Ndok"
"Jadi??? Sekarang Umi tau identitas ku?" Tanyaku.
"Iyah Ndok, kenapa ga dari dulu aja Ndok kamu bilng ke Umi kalo kamu anak Farida?" Tanya Umi.
"Aku gamau Mi, orang orang tau identitas ku, aku gamau jika nanti orang orang menghormatiku karena aku seorang Ning, aku hanya ingin menjadi santriwati biasa saja, tanpa mereka tau siapa aku sebenarnya." Jelasku.
"MasyaAllah Ndok, Umi kagum sama kamu" Seru umi.
"Kamu ingat tidak Ndok? Kalau Gus Zain adalah teman masa kecilmu?" Tanya Umi.
"Teman masa kecil Mi?"
"Iya teman masa kecil, dulu kalau kamu tdk main dengan Gus Zain, Gus Zain sedih Ndok kesepian gaada kamu, dulu kalian deket banget kaya magnet gamau kepisah, waktu itu umur kamu 3 tahun sedangkan Gus Zain 6 tahun."
"Eh sekarang udah pada besar aja, pasti kalian sudah lupa cerita masa kecil kalian, karena kalian tidak ketemu lagi setelah kamu pindah Ndok" Jelas Umi.
'Gus Zain teman masa kecilku?' Batin ku.
"sudah sampai Umi" Ucap Gus Zain.
Aku dan rombongan pun memasuki tempat tujuan.
"Assallamuallaikum" Salam Umi.
"Waallaikumsallam, eh Aisyah masuk aja sini" Ucap perempuan yang seumuran Umi Aisyah.
"Gimana sehat Fit?" Tanya Umi.
"Allhamdulillah, yuk mau lihat bayi nya ga?" Ajak perempuan paruh baya itu.
"Eh budhe kapan datang?" Tanya Perempuan yang sedang menggendong bayinya itu.
"Barusan Ndok"
"MasyaAllah cantik Ndok anak mu sama seperti mu" Ucap Umi sambil mengelus si bayi.
"Budhe bisa saja"
"Makannya Syah buruan cari mantu, biar dapet cucu" Ucap perempuan paruh baya itu.
"Doakan saja yang terbaik Fit, ini lagi usaha nyari mantu yang pas" Jawab Umi.
"Eh Budhe, dia siapa?"
"Oiya Budhe lupa ngenalin ke kalian, ini Sarah Anak nya Kyai Husein sama Farida" Jelas Umi."Ouh Ning Sarah"
"Maaf Mba panggil Sarah saja hehe" Ucapku."Calon Syah?"
"InsyaAllah do'akan saja"
Ucap mereka berbisik tapi masi bisa terdengar olehku.
Kemudian Umi Aisyah, aku, Ning Syifa dan Gus Zain pun pamit untuk pulang.
...
Halloh...
Gmna ceritanya...
Next???
Janga lupa vote yh
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Gus💚
Genel Kurgu⚠PERHATIAN AWAS BAPER⚠ 🌻Assallamuallaikum Warahmatullahi wabarakatuh🌻 Ahlan wa sahlan semua syukron sudah mau mampir Ini cerita pertama aku Janganlupa Vote dan commen. Agar author lebih semangat nulisnya:) Dan buat kalian yang udah vote makasii ya...