Bagian | 43🍒

3.4K 170 11
                                    

Saat petir menyambar paralayang milik Gus Zain dan Ning Sarah semua orang pun panik dengan keadaan mereka berdua.

“Ya Allah, semoga mereka berdua tidak apa-apa”
“Yasudah, ayok kita ke posko untuk melapor kejadian ini” Usul Gus Faiz, Gus Faiz serta yang lain pun ikut ke posko untuk melapor.

30 menit telah berlalu akhirnya TIM SAR datang untuk mencari keberadaan Gus Zain dan Ning Sarah yang tidak di ketahui keberadaan nya dimana, pada saat itu pun hujan turun dengan sangat lebat.
Dengan keadaan hujan turun membuat para TIM SAR kesulitan menemukan keberadaan Gus Zain dan Ning Sarah yang jatuh dari paralayang.

Sudah dua jam pencarian, Gus Faiz, Gus Ahkam dan para TIM SAR belum juga menemukan keberadaan mereka. Sedangkan  Ning Syifa, Lia, dan Nissa sibuk mencemaskan keadaan Gus Zain dan Ning Sarah.

Ning Sarah pov:

Tubuhku terasa sangat sakit, terasa remuk jika di bandingkan dengan rangginang bubuk. Aku pun perlahan lahan membuka mata mencari keberadaan suamiku Gus Zain. Kejadian jatuh dari paralayang ini membuatku trauma, untung saja paralayang yang kami tumpangi berada di ketinggian yang tidak terlalu tinggi.

Ku lihat Gus Zain berada di bawah pohon rindang, ia terbaring lemah. Sayu sayu suaranya memanggilku

‘Dek,,’
‘Ber-taha-n ya’ Ucapnya meringis kesakitan karena kakinya tertindih oleh batang pohon.

Tak tega melihat ia kesakitan, aku pun dengan sekuat tenaga menghampiri nya, tak peduli tanganku dipenuhi dengan darah yang bercucuran. Aku pun jalan perlahan-lahan menyusuri jalan yang penuh dedaunan, hujan turun dengan sangat deras, namun hal ini tidak akan menggoyahkan semangat ku untuk selamat dan membawa Gus Zain keluar dari tempat ini.

Sedikit lagi aku hampir sampai di pohon tersebut, sialnya kaki ku terpeleset ke jurang yang berada di hutan tersebut.

Sretttttt

“Aaaaaaaaaaaa,” Teriakku.

Aku pun segera mencari benda yang bisa aku pegang agar aku tidak jatuh ke dalam jurang tersebut.
Ku berteriak sekeras mungkin untuk meminta tolong namun apa daya, di hutan ini hanya ada aku dan Gus Zain saja.

Aku berpegangan pada rerumputan yang ada di sana, tapi sayang seribu sayang....

Srettt,,,

“Aaaaaaaaaaaa,”

Aku pun terbangun dari mimpi burukku, ku lihat Gus Zain memasang mimik wajah yang panik karena aku berteriak seperti orang ketakutan.

“Astagfirullah, kmu kenapa dek? Mimpi buruk ya?”

“I-iyaa Mas” Aku pun reflek memeluknya karena masih teringat mimpi buruk tadi, Gus Zain pun membalas pelukan ku.

***

Ana Uhibbuka Fillah Gus💚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang