12. Maaf dan Malam Pertama

650 39 1
                                    

~CoupleBatu~

Menikmati es teh manis setelah memakan satu mangkuk ramen adalah sebuah kenikmatan. Pun dengan berdiam di meja yang menghadap jalan, dengan pemandangan hujan terkesan lebih estetik. Ternyata tidak berat bagi Lily mengabulkan keinginan Gani dengan embel-embel balas budi. Karenanya Lily bisa tahu ada toko ramen seenak ini di persimpangan jalan menuju kampus, dan dengan gratis pula.

Ingin rasanya suatu hari Lily membawa Jingga untuk makan di sini. Mengingat hal itu, Lily termenung ia belum berdamai dengan Jingga, dan semua hal yang dilakukan Lily selalu tertuju pada Jingga.

"Terima kasih sudah menghapus rasa sepi!" Ucap Gani tiba-tiba. Lily memandangnya sejenak. Ekspresi laki-laki di sampingnya itu menunjukkan segurat kepuasan. Lily hanya mengangguk.

"Gani." Jedanya,

"Nama gue Gani, prodi psikologi semester 2, gue single!"

"Nama lo sendiri?" Lanjutnya, sembari menunjuk Lily.

"Gue Lily, prodi HI, fakultas ilmu sosial dan politik semester 4, gue gak single." Jawab Lily, ia menjawab sesuai yang diutarakan Gani padanya.

"Oh sudah berpunya ternyata." Gani tertawa kecil, entah apa yang lucu dari jawaban Lily sehingga Gani tertawa seperti itu. Meski demikian, Lily mengangguk saja. Lily khawatir Gani akan menanyakan lebih jauh tentang hubungan Lily. Ia belum seakrab itu untuk menceritakan semuanya pada Gani.

"Kita cuman makan ramen, tapi kenapa lo sebut ini dengan penghapus sepi?" Tanya Lily, mengutarakan pikiran yang penuh tanda tanya. Sedang Gani tak melirik, ia terlalu nyaman fokus pada jalan.

"Lo ngingetin gue sama seseorang. Lo bisa menghapus sepi yang gue rasain selama ini." Jelas Gani, Kini keindahan jalan berpindah pada Lily, matanya saling bertaut, dan Lily kikuk akan hal itu.

"Oh ya, siapa?"

"Rahasia!" Ucap Gani, ia mengedipkan sebelah matanya.

"Cihh..." Lily berdengus. Anak itu bukan cuman misterius, tapi juga sedikit menyebalkan. Sejujurnya ia tidak ingin tahu, tapi kala ia mengatakan bahwa Lily mirip dengan seseorang, Lily jadi penasaran.

"Gimana kalo kita barter, gue bakal kasih tau siapa orang yang gue rahasiakan, dan lo harus kasih tahu siapa kekasih lo." Tawarnya. Lily diam, mengapa semua hal yang berhubungan dengan Gani harus ada timbal baliknya?

"Kalo gitu jangan kasih tahu rahasia lo ke gue." Ucap Lily, memilih jalan pintas, agar Gani tak masuk lebih jauh pada ranah privasi. Mendengar itu Gani tersenyum gemas. Lily sesuai dugaannya. Cukup menarik.

Bohong, ketidaktahuan Gani tentang Lily itu kebohongan yang besar. Gani tahu siapa Lily, pun dengan siapa kekasih Lily. Gani tahu tentang berita Jingga dan Bianka yang jadi bahan pertanyaannya Lily di rapat tadi. Gani tahu ada rasa cemburu yang dirasakan Lily pada Jingga. Dan yang terakhir, Gani tahu betul tujuannya mendekati Lily untuk apa. Semuanya adalah rencana Gani untuk membuat Lily jatuh kepadanya, meski dengan cara yang halus. Tak ugal-ugalan seperti Bianka.

Lily jengah, kepalanya pusing. Berbicara pada Gani harus memiliki IQ yang tinggi. Apa yang dibicarakan Gani sejak awal datang ke sini pun sudah membuat Lily berpikir kritis. Berada di sini, tentu saja untuk makan, bukan bermain teka teki.

"Gue harus pulang! Orang yang jemput gue udah ada di depan. Thanks udah traktir gue juga." Ucap Lily, ia harus mengakhiri pertemuannya, karena Petra sudah menjemput. Sebelumnya, Lily menghubungi Petra untuk ikut menumpang pulang, sekalian ikut menginap malam ini. Lily sedang tidak ingin bertemu Jingga.

"Ly, tunggu!" Gani menggapai lengan Lily yang hampir berlalu di hadapannya. Gani mengeluarkan spidol dari tas, ia dengan lancang menulis nomor telepon di punggung tangan Lily. Gadis itu melongo, Gani bisa meminta nomor telponnya secara langsung melalui ponsel, atau bisa ditulis di balik buku. Mengapa harus mengotori tangan orang lain?

Couple Batu (SO JUNGHWAN) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang