6. Bianka

353 41 0
                                    

Dua minggu setelah berlibur dari Bali Jingga dan Lily masih saja diteror oleh ibunya sendiri, menanyai bagaimana hasil dari liburannya itu, membuahkan hasil atau tidak? Atau semacam menanyai kesan menyenangkan atau tidaknya situasi di sana. Jingga tidak sebodoh itu, ada maksud tersembunyi dari pertanyaannya, ibunya sungguh mengharapkan seorang cucu dari Jingga dan Lily meski tidak dengan cara memaksa.

Jika hal itu terus ditanyai, Jingga biasanya mecari alasan bahwa belum saatnya untuk itu, ia dan Lily harus menyelesaikan prodinya terlebih dulu, setelahnya bekerja untuk membiayai buah hati. Bukan begitu?

Meski bahasannya sudah jelas, terkadang sikap denial dari ibunya selalu saja menawarkan diri untuk merawat bayi itu kalau mereka sibuk kuliah. Toh ibu dan ayahnya memang kesepian, butuh hiburan yang gemas-gemas. Di pandangan Jingga tidaklah semudah itu. Sebagai anak tunggal satu-satunya Jingga paham akan rasa sepi yang dialami ibu, tapi untuk saat ini Jingga tetap kokoh dengan pendiriannya, ia berharap ibunya bersabar untuk menunggu.

"Jangan kan anu, kissing aja si Lily masih ketar-ketir." Gerutunya, ia baru saja membalas pesan dari ibunya tentang hal yang sama.

Jingga sudah tak mood lagi mengerjakan tugas, kepalanya sudah pening, belum lagi tugas managemen stratejik yang belum juga ia rampungkan. Sepertinya ia akan menunda untuk nanti malam, Jingga sudah berencana untuk bergadang. Untuk sekarang lebih baik menikmati secangkir americano untuk menyegarkan pikiran.

Baru saja keluar perpustakaan, langkahnya terhenti oleh kehadiran Bianka, gadis yang sempat mengobrol dengannya di Bali. Jingga juga sudah tau sebelumnya kalau gadis itu akan pindah ke kampusnya, sesuai dengan bahasan dan hal yang ia tanyai pada Jingga perihal kampus ini.

"Bianka..." Sapa Jingga

"Hi Jingga... Long time no see ya." Ucapnya, padahal tidak terlalu lama ia berjumpa dengan Bianka minggu-minggu lalu di Bali.

"Kapan pindah ke sini?" Tanya Jingga

"Baru satu minggu yang lalu."

"Oh ya, lo jurusan apa?" Jingga sedikit penasaran.

"Management Bisnis. Kalo lo?"

"Gue Managemen SDM. Kita satu fakultas ternyata." Ujar Jingga, Bianka terlihat senang mendengarnya.

"Oh ya, happy banget deh ada yang dikenal di sini. By the way, gue belum punya temen yang deket." Sinkron dengan ekspresi senang yang berpindah ke ekspresi sedih. Jika Bianka mengikuti audisi akting, ia pasti berhasil lolos.

"Tenang, nanti juga lama-kelamaan punya temen akrab kok, lo cuman butuh penyesuaian aja." Bujuk Jingga.

"Oh ya lo udah nyari buku ya?" Tanya gadis itu, mencari topik lain.

"Engga sih, udah ngerjain tugas." Ucap Jingga.

Selama bercengkrama dengan Bianka, Jingga tau bahwa kehadiran mereka berdua mengundang atensi dari beberapa orang yang berlalu lalang tak jauh dari mereka, mungkin hanya sekedar masuk dan keluar gedung perpustakaan. Tapi Jingga paham akan pembicaraan mereka. Meski tak berniat menguping, rungu Jingga cukup peka, ia menangkap bahwa sebagian dari obrolan itu adalah memuji kecantikan Bianka, atau mencocokan dirinya dengan Bianka. Jingga juga yakin Bianka peka dengan apa yang ia dengar.

Merasa jika Jingga terganggu akan hal itu tentu saja tidak, karena Jingga tak perduli, ia pribadi yang cuek, ia juga tak pernah memikirkan pandangan orang lain tentangnya.

"Kalo gitu gue pamit dulu ya." Pamit Jingga.

"Tunggu..." Cegah Bianka, ia menghentikan langkah pria di depannya, hanya untuk bernego sesuatu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Couple Batu (SO JUNGHWAN) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang