22. Dipublikasikan

287 33 3
                                    

Di akhir semester genap ini orang-orang mungkin sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian semester yang akan dilaksanakan senin depan. Begitu pula dengan Lily, ia juga sedang sibuk menyalin tugas yang masih kurang dan harus revisi lagi.

Bahkan saking terlambatnya mengumpulkan tugas, Lily tak sempat untuk memasak, jadi mau tak mau Jingga lah yang menggantikan peran sang istri dalam menyiapkan sarapan untuk pagi ini. Ya walaupun hanya roti panggang yang dilapisi selai coklat, tapi jauh lebih cukup, karena Jingga membuatnya dengan cinta.

"Nih satu suap lagi, aaaa..." Sodornya, Jingga menyuapi Lily satu suap roti yang sudah ia potong menjadi kecil- kecil. Jingga tahu dari subuh tadi Lily sibuk dengan bolpoin dan kertas folionya, mencatat tugas akhir yang harus dikumpulkan hari ini. Jadi Jingga yang berinisiatif menyuapi Lily, mumpung roti yang ia buat masih hangat. Jingga sudah tahu kebiasaan Lily, kalau sedang sibuk pasti lupa untuk makan.

"Udah telat, gue pamit ya kak." Pamit Lily, ia memasukan semua perlengkapan tulisnya ke dalam tas, dan pergi begitu saja.

"Hetttttt... Sini! Bisa-bisanya lupa salim. Cium tangan suami dulu, sekalian pipi gue juga. Biar berkah." Suruhnya.

Lily putar balik, ia harus kembali lagi menghadap Jingga. Lily bingung, biasanya Jingga tak pernah memintanya untuk salim, dan ini pertama kalinya. Jingga juga menunjuk pipinya untuk dicium, Lily nurut saja, toh kalau protes akan memakan waktu yang lama.

Sekarang Jingga dan Lily sudah damai dari pertengkaran hebat yang sempat terjadi satu bulan yang lalu di pulau Lombok. Itu semua berkat usaha Jingga yang terus berjuang keras mendekati Lily dengan konsisten.

Sejujurnya setelah peristiwa di laut itu, Lily dan Jingga menjadi canggung seperti baru pertama kali bertemu. Lily juga sering hilang-hilangan dari rumah, hanya untuk menghindari Jingga. Lily lebih banyak menghabiskan waktu di kampus, atau berdiam diri di rumah Petra. Karena itulah Jingga semakin rindu.

Setiap harinya Jingga dengan penuh semangat mencari cara agar bisa mengobrol berdua, dan mengikuti Lily kemana pun Lily melangkah. Seperti kalau Lily tidur di kamar, Jingga selalu memeluknya. Kalau Lily mandi, Jingga selalu ingin mandi bersama. Ke supermarket Jingga selalu ikut, menyiram bunga ikut juga, bahkan masak saja Jingga ikut menggelendoti. Mungkin pikir Jingga itu sangat so sweet, tapi bagi Lily itu sangat risih. Bukan tidak suka, tapi terlalu berlebihan, berdiam di rumah saja mengapa harus diikuti kemana-mana.

Intinya di mana ada Lily, di sana ada Jingga. Walaupun begitu, mereka akhirnya cepat akrab kembali seperti semula. Selamat untuk Jingga yang sudah berhasil merebut kembali hati Lily.

"Nanti saya hubungi kakak kalau buku pesanannya sudah datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nanti saya hubungi kakak kalau buku pesanannya sudah datang." Ucap pemilik toko buku, dan Lily mengiyakan.

Sejujurnya Lily kebingungan, ini adalah waktu yang mendesak untuk mencari buku-buku materi yang kosong di perpustakaan. Lily juga kesal, mengapa selalu ada saja dosen yang berkepribadian unik, yang meminta mahasiswa untuk mencari buku-buku kuno. Bahkan untuk sekedar komplain saja tidak sanggup, ya karena memang butuh nilai. Jadi Lily tidak boleh kesal.

Couple Batu (SO JUNGHWAN) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang