10. Cemburu

344 39 0
                                    

Alangkah baiknya dimulai dengan Vote terlebih dahulu.
BURU VOTE !!!. Hehe 😊

Sudah satu minggu, arm sling pada cedera lengan Lily masih setia membatasi gerak. Harusnya Lily menjaga kondisi fisik agar bisa cepat pulih total, ia malah sibuk dengan urusannya sendiri. Jingga kesal melihatnya, Lily selalu berusaha melakukan hal sekehendaknya, seperti melewatkan kontrol cedera, dan melewatkan minum vitamin. Lily juga selalu menghabiskan waktunya di kampus dari pada untuk beristirahat pasca cedera, alasannya tugas dan tugas.

Hal yang menambah kesal Jingga bukan cuman itu, ia juga tidak suka kala kesulitan mengerjakan tugas, Lily pergi pada orang lain, dan tidak meminta bantuan pada dirinya. Tingkahnya seolah menganggap Jingga tak ada dan tak berguna. Ia marah pada Lily.

"Dari mana aja baru pulang jam segini?" Tanyanya di ambang pintu kamar Lily. Jingga melihat Lily melepas tas selempangnya dan mendudukkan diri di kasur. Jingga juga ikut mendudukkan diri di samping Lily.

"Rumah Petra, dia nawarin diri buat bantu gue ngetik makalah." Jelasnya, Lily paham, raut wajah Jingga sedang tak ramah malam ini.

"Gue nyuruh lo pulang cepet, supaya lo bisa istirahat. Bandel banget sih." Ketusnya.

Jingga tidak tahu kenapa hari ini emosinya memuncak, ia juga paham dari mana asal emosi ini tiba. Pasti dari kecemasan dan cemburu berlebih, ia ingin melampiaskan segalanya pada Lily.

"Sorry, gue ada tugas yang gak bisa ditunda, makanya gue nerima tawaran Petra." Jelasnya.

Mohonlah, ia tak ingin bertengkar atas masalah sepele lagi. Lagi pula Lily lelah saat ini, ia ingin istirahat untuk mengisi energi esok hari.

"Kenapa gak minta bantuan gue? Ngetik gitu doang gue juga bisa. Kenapa harus segala Petra?" Ketusnya, ucapnya membuat Lily paham bahwa ada rasa cemburu yang terlampir di tengahnya.

"Gak gitu kak. Gue tau lo juga banyak tugas, belum lagi ngurus organisasi. Gue cuman gak mau nambahin beban lo." Lily menghadap Jingga, ia ingin menatap wajah suaminya yang dingin. Pun dengan Jingga yang diam memendam amarah.

"Oke deh lain kali gue minta bantuan lo." Bujuknya, Lily tak tahan, ia mengalah untuk malam ini. Jingga laki-laki di hadapannya melemah, ia menatap mata Lily yang lelah. Ia jadi menyesal pada diri sendiri karena tidak bisa menahan ketusnya saat ini.

"Mandi sana...! Atau perlu gue bantu?" Tawar Jingga, anggap saja sebagai bentuk pengalihan topik. Jingga tidak mau ucapannya tambah menjadi-jadi sampai melukai hati Lily. Untuk malam ini Jingga ingin bersabar sedikit.

Tawaran Jingga mendapat gelengan dari Lily. Kali ini Lily yakin bisa mandi sendiri, ia bisa mengondisikan tangannya dengan benar. Pun ia juga tak mau selamanya merepotkan Jingga, setelah hari sebelumnya Jingga membantu Lily membersihkan diri.

Jika ingin pun Jingga dengan senang hati akan membantu Lily seperti rutinitas mandi dan mencuci rambut di hari sebelumnya. Ya walaupun naluriah seorang laki-laki normal tak akan menolak hadirnya hawa nafsu dari indahnya setiap lekuk tubuh seorang istri yang bisa ia terkam kapan saja. Kalau boleh jujur, ia teramat ingin lebih dari sekedar membantu membasuh tubuh gadis lemah itu. Tapi tak mungkin, akalnya masih berfungsi dengan baik. Jingga patut mengucap syukur kala logikanya mampu mengalah pada libido yang menghasut untuk segera memangsa.

Ini belum saatnya, siapa sih yang tega memangsa tubuh yang lemah hanya demi suatu kepuasan batin yang datang sesaat?

"Setelah mandi, kita makan bareng!" Ujarnya mutlak, lelaki itu berdiri begitu saja, hendak pergi dari sana. Pun dengan niat untuk menyiapkan makan malam yang sudah dibelinya sore tadi.

Hanya satu langkah saja Jingga menjauh, tubuhnya terpaksa terhenti. Lengan kanan Lily memeluknya dari belakang. Pun dengan kepala yang ia sandarkan pada punggung bidang lelaki miliknya. Tak ada ucap yang gadis itu sampaikan, siratnya hanya sebagai tanda terima kasih atas segala bentuk peduli yang Jingga berikan terhadapnya.

Couple Batu (SO JUNGHWAN) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang