15. Malam ke 2

479 28 0
                                    

"Ly... yang tadi, anaknya siapa?" Tanya Jingga, ia mengingat kegiatan tadi sore di halaman rumah, anak yang sedang belajar jalan itu terlihat menyukai Jingga. Bahkan sesekali memanggilnya papah, pun selalu minta digendongnya. Padahal sudah jelas jika Jingga bukan ayahnya. Tapi namanya juga anak kecil, toh Jingga juga senang, dia bisa stimulasi menjadi seorang ayah di masa yang akan datang.

"Anak tante Tika. Kasian Dion, dia masih butuh kasih sayang ayahnya. Mungkin salah satu alasan kenapa manggil semua laki-laki dengan kata papah. Bahkan ke Abah juga." Ucap Lily, keduanya termenung, sembari bercerita itu mereka terlentang di atas kasur yang kecil, dan berselimut bersama.

"Kemana ayahnya?" Jingga semakin penasaran. Ia tak menyangka anak segemas Dion ditelantarkan ayahnya sendiri.

"Gak tau, yang jelas ayahnya ada, tapi pergi entah ke mana?! Lo jangan gitu ya kak?" Ucap Lily, ia melempar pandang dari langit-langit ke mata Jingga.

Laki-laki di hadapannya mengangguk, ia juga mendekat untuk sekedar mencium kening Lily. Jingga paham, perasaan pada perempuan selalu lebih mendominasi, sama hal dengan yang dialami Tika. Lily juga takut kalau suatu saat Jingga pergi bersama yang lain, karena perasaan manusia mudah berubah seiring berjalannya waktu. Dulu dia benci pada Jingga, tapi sekarang Lily benar-benar sudah mencintai suaminya.

"I love you Ly!" Ucap Jingga, ketika kedua mata itu bertaut.

"I love you too kak." Jawabnya sebagai tanda rasa cinta yang sesungguhnya. Lily juga menghantarkan labiumnya untuk singgah di bibir Jingga, walaupun dalam waktu yang singkat.

Jingga membatu, pikirannya ikut buyar. Kecupan Lily sudah mendominasi alam sadarnya, bahkan sengatan listrik di setiap darah yang mengalir dari tubuh si dominan membawa kenikmatan tersendiri, baginya Lily selalu candu.

"Makasih sudah membuka jalan." Ucap Jingga. Lily tak mengerti apa yang dimaksud Jingga, yang jelas matanya menajam.

Usai kata itu terlontar, Jingga bangkit dari tidurnya, ia menyingkap selimut yang menutupi setengah dari tubuh Lily. Pun dengan memangku tubuh itu agar ikut terduduk di hadapannya. Lily paham, Jingga ingin melakukannya hari ini, terlihat dari sorot mata yang rabun akan nafsu. Sorot mata yang tajam tak lepas dari sorot mata Lily. Keduanya memang saling pandang untuk sejenak.

Di sela itu Jingga juga mengecupi daun telinga dan leher Lily secara perlahan. Geli adalah respon awal baginya, lama kelamaan meremang, Lily semakin bergidik. Di bawah sana jemari Jingga secara sabar membuka satu demi persatu kancing baju Lily dan melemparkannya ke sembarang arah. Lily malu, kain penutup tubuh bagian atas hampir sepenuhnya hilang. Hanya sisa sebuah bra berwarna putih yang menutupi buah dadanya.

Sama halnya dengan Jingga, begitu buah dada Lily terpampang nyata, saliva yang tergenang dalam rongga harus ditelan. Laki-laki mana yang tidak tergiur akan tubuh wanita, apalagi tubuh istri yang sudah pasti dimiliki seluruhnya. Katakan saja nafsunya sudah tak mungkin untuk dihadang. Kalaupun Lily ingin pergi, yang akan Jingga lakukan adalah mengikat kedua tangannya ke sandaran kasur, sampai gadis itu terpenjara dalam diam. Jingga ingin Lily memanggil namanya atas dasar kenikmatan alamiah. Artinya jangan sampai Lily menolak karena alasan berubah pikiran.

Jingga mengecup buah dada itu dari balik cangkang, jujur saja Jingga belum melepaskan pengamannya, tapi sudah sangat memabukan, apa lagi kalo dicumbu secara langsung. Mungkin Lily akan semakin meremat rambut belakangnya dengan kuat.

Berhenti sejenak untuk menidurkan Lily pada kasur, Jingga bangkit dan menundukan kepalanya hanya untuk memudahkan bermain di area perut, Jingga ingin membuat beberapa tanda merah di bagian yang kelak akan ditempati buah hatinya. Mungkin sekitar dua tanda merah, setelahnya hanya menyapu bulatan pusar dengan lidah secara berulang. Bagi Lily apa yang dilakukan Jingga sangat membuatnya pening. Ada yang aneh yang dirasakan, dan Lily suka, tapi ia tak bisa menjabarkan rasanya seperti apa, hanya seperti melayang di udara.

Couple Batu (SO JUNGHWAN) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang