4. Kecemasan

382 42 0
                                    

Bali dan malam adalah perpaduan yang eksotis, bagaimana bisa, sepanjang jalan begitu ramai dengan manusia dengan urusannya masing-masing. Lampu kelap kelip tak kalah cantiknya dengan pantai. Pun dengan maraknya bar dan cafe yang semakin ramai menjelang malam, menambah kesan eksotis untuk orang-orang yang melihatnya.

Pinggiran jalan menuju pantai banyak sekali wisatawan yang hilir mudik dengan kawan atau pun pasangannya. Saling melempar tawa satu sama lain, sepertinya mereka bahagia dengan kehidupannya masing-masing.

"Mau makan di mana?" Tanya Jingga yang sendari tadi menyusuri jalan dengan motor metik sewaannya, pun dengan Lily yang duduk di belakang, melingkarkan tangan pada pengemudi yang entah mengapa refleks begitu saja.

"Di sana aja, kayanya restoran khusus sea food." Tunjuknya, Jingga hanya menuruti saja.

Dengan pilihan yang tak aneh-aneh, Jingga sudah bisa menebak jika Lily hanya akan memesan udang bakar asam manis dan cumi crispy. Lily kurang tertarik dengan hidangan yang lain. Berbeda dengan Jingga, terkadang ia selalu tertarik pada menu makanan dengan nama yang terkesan unik. Hanya sekedar penasaran saja, kalau tidak enak ujung-ujungnya tidak ia makan. Lily lah sang penceramah handal yang mengomeli Jingga karena membuang-buang makanan.

"Yok keluar, kita motoran lagi!" Ajak Lily yang sudah tak sabar ingin bermotor menikmati keindahan Bali di malam hari.

Anggap saja selama di sini ia ingin hidup rukun dulu dengan Jingga. Tidak tau kedepannya akan seperti apa.

"Sabar kenapa sih! Gak liat gue baru beres makan. Lagian gak baik habis makan langsung jalan-jalan." Keluh Jingga.

"Iya juga sih." Ucapnya. Arah matanya mengikuti ke arah mana mata Jingga mengarah.

"Mmmm, gue paham! Lo memang pengen liat para bule seksi itu kan?" Fitnah Lily.

"Suudzon mulu lo. Lagian lebih seksi istri sendiri." Ucapnya, dengan senyuman seringai yang menakutkan.

"Memang kapan lo liat gue seksi? Tiap hari gue cuman kaosan sama celana jins." Jelasnya, tak mau kalah berdebat.

"Seksi gak usah diliat dari pakaian doang kali. Pas ciuman tempo hari wajah lo juga seksi, banget malahan, sambil mendesah." Sudutnya, membuat Lily kelabakan. Ia tak sanggup lagi mengucapkan kata-kata untuk membalasnya. Jingga tertawa terbahak, ia merasa menang dari debatan kali ini.

Jingga dan Lily sudah di parkiran motor, pun dengan Lily yang sudah siap dengan helm batoknya.

"Ly, gue masih kenyang, males bawa motor." Keluh Jingga

"Ya udah sini gue yang bawa! Letoy banget lo." Gerutunya

"Heh.. mulut lo, durhaka lo sama suami."

"Iya maaf ya suamiku. Huekkkk." Ucapnya tak ikhlas.

"Awas ntar nabrak lagi. Gue masih mau hidup." Keluh Jingga.

"Sembarangan, gak tahu apa, gini-gini gue pernah balapan liar demi duit 500 ribu." Jelasnya, kelakuannya mendapat gelengan kepala dari Jingga.

Jingga juga masih ingat ketika ia memergoki Lily memanjat tembok belakang sekolah kala terlambat dulu. Sebuah cerita SMA yang tak terlupakan. Akhirnya Jinggalah yang menghukum kawanan anak-anak bermasalah itu keliling lapangan. Termasuk Lily dan Petra di dalamnya.

"Ya udah, coba stater gue pengen liat!" Pinta Jingga tak percaya.

Kala sepasang couple unik itu tengah beradu mulut dengan kemampuannya masing-masing, sebuah suara halus dari gadis berparas cantik dan tubuh semampai bak seorang model, tiba-tiba saja menyapa rungu Jingga. Yang di sapa menoleh begitu saja, pun dengan Lily yang ikut berbalik.

Couple Batu (SO JUNGHWAN) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang