"Kak Gem... "
.
.
."AWAS!"
Gempa mendorong kedua adik nya untuk menunduk, bersamaan dengan sebuah laser yang nyaris akan melubangi kepala mereka.
Bersamaan dengan Gempa yang menimpah tubuh kedua adiknya, Golem tanah yang sejak tadi berdiri kokoh kini hancur berkeping-keping karena serangan tersebut.
Gempa menatap horror Golemnya yang hancur karena laser tadi, bagaimana jika laser itu mengenai Thorn dan Ice?
"Kalian baik-baik aja kan?"
Ice dan Thorn mengangguk sambil membenarkan posisi topi dan pakaian mereka.
"Serangannya dasyat.. Siapa yang melakukan serangan seperti itu?"
"Kakak. . "
Ice dan Gempa sontak melihat ke arah Thorn yang tengah merintih kesakitan. Keduanya terbelalak ketika menyadari goresan panjang pada lengan adik mereka.
Sejak kapan?
"Thorn! Sejak kapan?!"
"Thorn ga tau kak gem, Tiba-tiba aja tangan Thorn sakit.. Sssshhh"
Tanpa fikir panjang, Ice langsung menggunakan sebelah tangannya yang berlapis es untuk menutup luka Thorn terlebih dahulu.
"Aku tau kalo Thorn ga bisa nyembuhin lukanya sendiri jadi, selama pertarungan ini aku bakal hentiin pendarahannya sebisa mungkin,"
"Kerja bagus Ice.. Thorn masi bisa tahan kan?" Ucap gempa, anak itu mengangguk walaupun ringisan kecil keluar dari bibir kecilnya.
Mereka kembali di posisi bertahan, kali ini netra ke emasan Gempa dan Netra biru menyala milik Ice lebih fokus. Mereka tidak akan membiarkan siapapun menyentuh Thorn lagi.
Tidak akan.
.
.
."Arg!!"
"KAK HALI!"
Solar dengan cepat melompat dengan kecepatan cahaya menghampiri Halilintar yang terhempas cukup kuat ke arah tebing.
Bebatuan yang hancur membuat Solar begidik ngeri, bahkan pedang sang kakak terlempar cukup jauh, terlepas dari pegangan.
Solar menarik kakaknya dan berpindah ke tempat yang lebih baik, walaupun dia tidak sempat mengambil pedang milik kakaknya. Toh kakaknya juga masi bisa mensumon pedang tidak terbatas.
"Hhahh.. "
Halilintar meremang, pandangannya sedikit mengabur dan darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Apa dia sudah mencapai batas? Atau ini hanya efek karena terhempas?
"Kak? Berhenti bertarung sekarang kita harus mundur.. Kondisi mu memburuk," Solar panik melihat warna merah itu masi belum berhenti mengalir dari bibir si sulung.
"Kita ga bisa mundur Solar.. Kita udah di kepung.. "
Solar mengedarkan pandangan, benar.. Mereka terkepung. Sulit untuk kabur saat seperti ini.
"Tapi kita harus mundur.. "
"Mundur? Hanya seperti ini kekuatan tujuh elemental itu? Huh.. Lemah?"
"LEMAH? KAU BILANG LEMAH?" Dari sudut lain terlihat Blaze yang terbakar api emosi, bahkan Taufan yang bersamanya saja harus bergeser sedikit karena tidak tahan panas.
Dengan secepat kilat Blaze sampai di depan alien tadi melayangkan tinju berapi nya hingga tanpa di sadari serangan lain hadir dan lebih dulu mengenai perutnya telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers (BoBoiBoy Elemental) END
ActionKetujuhnya hidup bersama, saling menjaga satu sama lain hingga sebuah kejadian yang mengharuskan mereka menaruh perhatian lebih pada si sulung yang sedang terancam.