.
.
."Awas!!"
Halilintar dengan cepat berpindah kedepan tubuh Taufan dan menghalau pukulan tongkat Adudu yang tidak main kerasnya. Dia bahkan sampai memeluk Taufan, hingga mereka terjatuh dari hoverboard.
"Hali! Hali bangun!" Taufan kaget bukan main saat Halilintar tiba-tiba melindunginya.
"Egh.. Kau baik-baik saja, Fan?"
"Kenapa kau! Kenapa kau mengorbankan punggung mu untuk ku!!" Taufan mengguncang tubuh Halilintar, tapi Halilintar hanya diam dan berusaha bangkit.
"Pertanyaan itu tidak perlu dijawab bukan?" Halilintar sudah berdiri, dua pedangnya kembali muncul. Dirinya bersiap untuk maju kembali mengahadapi Adudu yang sepertinya dalam kondisi tidak sadar.
"Tapi Hali!"
"Diam, dan cepat bantu aku!"
Adudu tidak menyia-nyiakan waktu, dia langsung bergerak maju untuk menghalau gerakan pedang Halilintar. Serangan yang di lakukan dua bersaudara itu saja masi bisa di hindari oleh alien berkepala kotak ini, hebat.
"SADARLAH BODOH!"
Taufan berhasil mengekang adudu dengan kedua tangannya. Walaupun alien ini kuat, tapi tetap saja dua lawan satu bukanlah cara bertarung yang bersih.
"Ini.. " Halilintar melihat bercak hitam di pergelangan tangan adudu.
'Itu simbol sihir hitam Hali,'
"Sihir hitam? Tapi sejak kapan.. Apakah Retak'ka?" Halilintar bergumam dan Taufan terdiam, dengan siapa kakaknya berbicara?
'Kau benar, sihir hitam yang berguna atas pengendalian fikiran. Menambah daya tahan tubuh korbannya sebesar 20%'
"Pantas saja kekuatannya tidak main-main."
"Kau berbicara dengan siapa sih kak!? Jangan takuti aku!!" Taufan masi berusaha mengekang Adudu yang memberontak.
'Alirkan kekuatan mu, elemen kita.. Elemen petir bersifat menetralisir, yaa walaupun akan sedikit menyakiti..' Halilintar tampak ragu, tapi dia berusaha untuk mengalirkan energinya.
Bzzztttt..
Sebuah listrik kemerahan muncul dan menyetrum lengan Adudu yang seketika berteriak kencang.
'Teruskan hingga simbol itu menghilang'
Halilintar kembali ragu, karena jumlah volt yang dia keluarkan hanya bertegangan rendah. Tapi tidak ada perubahan, apakah harus ia naikkan?
"Taufan tahan dia sebentar,"
Halilintar menghela nafas pelan sebelum menambah volt listriknya, hingga perlahan dapat Halilintar lihat jika simbol di pergelangan Adudu memudar.
Tapi belum sempat bercak hitam itu menghilang, sebuah serangan mengenai keduanya telak hingga mereka terlempar cukup jauh.
Adudu terlepas dan melompat menjauh, sedangkan Halilintar dan Taufan yang terkapar di atas tanah hanya bisa mengerang kesakitan.
"S-siapa??" Taufan berusaha bangkit dan mendekati Halilintar yang masi terpejam. Dirinya terbelalak kala melihat pilar batu menjulang.
"G...gem..pa?"
Siapa yang berdiri di sana? Apakah Taufan tidak salah lihat, yang mengarahkan serangan ke arah mereka adalah adiknya sendiri??
Tapi tunggu.. Mata merah, rambut putih... Senyum... Senyuman itu, mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers (BoBoiBoy Elemental) END
ActionKetujuhnya hidup bersama, saling menjaga satu sama lain hingga sebuah kejadian yang mengharuskan mereka menaruh perhatian lebih pada si sulung yang sedang terancam.