12

4.1K 378 24
                                    


.

.

.














"Kau sudah lama sampai di sini?" Wanita berambut merah itu membenarkan poninya. Dia akhirnya bisa melihat Kaizo lagi setelah beberapa tahun berpisah.

"Tidak, baru beberapa jam yang lalu."

"Apa ada kendala?" Kaizo melirik Kira'na yang memasang wajah penasaran.

"Sedikit, kami sempat di hadang di pasar. Ada sekelompok orang berjubah ingin menyerang tim ku." Kaizo menyendok kue di depannya, saat ini dia dan Kira'na sedang berada di cafe.

Tentu saja ini usulan Kira'na yang ingin mengobrol dengan teman lamanya. Dan Kaizo juga menyetujui usulan itu karena dia berniat untuk santai sejenak hari ini dab melanjutkan misinya besok.

"Huff.. Belakangan ini memang sedang ada sekelompok orang seperti itu, aku sudah memerintahkan prajurit untuk mengusut kasus itu tapi tidak menemukan jalan keluar sama sekali." Kira'na menunduk, dia merasa bersalah akan apa yang terjadi pada Kaizo dan timnya.

"Tidak usah terburu-buru, lakukan saja dengan Santai. Semuanya akan terbongkar jika menyimpan bangkai," Kaizo kembalu menyuap sesendok kue. Rasanya khas sekali, ini kue kesukaannya.

"Ah, kamu benar Kai.. Apa aku terlalu terburu-buru hingga melewatkan hal paling penting dari misi ini."

Kaizo tampak tersenyum tipis, rasanya sudah lama sekali dia tidak melihat senyuman itu.

"Oh iya Kai? Kamu bisa ke istana dengan tim mu jika kamu berkenan, aku akan mengundang kalian!"

Tuk

Kaizo menepuk pucuk kepala Kira'na sambil berdiri.

"Bukannya tidak sopan menolak undangan Putri, tapi aku tidak bisa berlama-lama di sini. Salah satu anggota tim ku memiliki elemen petir, dan sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja"

"Ah? Ada apa dengan nya?"

"Ada kristal aneh yang terus-terusan menyerap energi Halilintar, dan kristak itu berpotensi meledak jika sudah melebihi kapasitas. Sebut saja seperti wadah cadangan jika pemilik tubuh tidak mampu menampung kuasa. Tapi kristal ini sedikit aneh karena merusak tubuh Halilintar,"

Kira'na tersenyum miring selagi Kaizo beranjak untuk membayar makanannya.

"Astaga, jadi saat ini dia pasti sedang menahan rasa sakit itu?"

"Tidak.. Hanya sementara, jika tidak terjadi pertarungan mungkin semuanya akan baik-baik saja." Kaizo menjawab sambil mendudukkan dirinya kembali.

"Hmm Kai.. "

"Ya?"

"Bolehkah aku melihat kondisi anak itu? Aku mungkin bisa membantunya mengurangi rasa sakit, atau mungkin aku tau caranya melepaa batu itu.. "

"Kau sungguh bisa?! Tapi Kira.. Batu Kristal itu berasa dari Retak'ka, apa kau bakal baik-baik saja dengan itu?"

Pandangan Kira'na menggelap, dia benci Retak'ka. Apapun yang berurusan dengan alien rakus itu dia sangat benci.. Tapi...

"Tak apa.. Aku akan coba membantu kalian, ayo Kai.. Antar aku,"

Kaizo mengangguk, dia cukup senang karena bisa membantu anak-anak pengendali elemental itu menyembuhkan Halilintar. Hingga kewaspadaan nya menurun drastis karena di hadapkan oleh sesosok wanita serba merah yang merupakan pemimpin planet ini.




.
.
.



"Apa ada kemajuan Kak?"

"Huh? Ice?"

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang