08

5.1K 444 12
                                    

.
.
.

Matanya berkedip perlahan, melirik kesekitar dan mendapati tubuhnya terasa kaku. Seseorang tengah memeluknya dengan erat.

Halilintar tidak bisa tau siapa yang tengah memeluknya karena keadaan sekitar yang remang, juga adiknya tidak menggunakan topi.. Jadi di tidak bisa tau siapa hingga melihat ke samping.

Semua saudara nya tampak tertidur pulas, dan yang tidak tampak di matanya hanya.. Solar. Solar memeluknya? Tumben sekali ego anak ini tidak setinggi biasanya.

"Jam berapa sekarang.. " Monolog nya, ia mengangkat jam kuasa di tangannya guna mengetahui waktu. Dan kini menempati pukul 02 malam.

"Kayanya tadi.. Masi siang, ternyata udah ganti hari. Aku tertidur lama ya? Apa kalian khawatir?" Halilintar mengelus pucuk kepala Solar dengan perlahan agar tidak mengganggu istirahat sang adik.

Namun Solar yang pada dasarnya sensitif dengan sentuhan mulai membuka mata.

Netra peraknya bertemu dengan netra ruby sang kakak. Di Tengah gelap ruangan ini Solar sedikit tertegun, mata itu cantik.. Sangat cantik.

"Maaf, kau terbangun pasti karena aku terlalu banyak bergerak ya?"

"K-kak Hali?"

"Iya Solar?"

Solar bangkit dari tidurnya, ia menatap Halilintar dari atas hingga kebawah. Kakaknya yang sedang berbaring itu sungguh bingung, kenapa Solar menatap nya seperti orang asing?

Bukan-bukan gitu.. Solar hanya memastikan jika kakaknya benar-benar sudah sembuh atau masi mengalami cedera.

"Ada apa?"

"Ada yang sakit kak?"

"Gak ada.. Hmm ini doang paling," Tunjuk Hali pada pipinya.

"Sini ku liat," Solar ngebuka plester yang nutupin luka di pipi Halilintar perlahan.

Lukanya masi basah, padahal sudah di tutup dari sore. Seharusnya luka kecil seperti ini cepat kering, tapi kenapa yang ini lama? Apa karena dosis tinggi? Tapi cairan pelemah itu hanya berfungsi untuk membuat korban pingsan. Tidak seharusnya luka fisik seperti ini terjadi.

"Biar ku ganti pake perban ya kak?"

"Memangnga kenapa? Aku ga bisa lihat wajah ku sendiri karena gelap, sesuatu yang aneh ada di wajah ku?"

"Enggak kok, cuma luka biasa.. Solar obatin bentar," Solar turun dari ranjang Halilintar dan berlari kecil mengambil kotak p3k.

Selama di bersihkan, Halilintar sama sekali tidak meringis. Padahal melihat nya saja Solar sudah bergidik, kenapa bisa kakaknya tidak merasakan sakit?

"Sudah.. Ayo istirahat lagi, atau kakak laper? Aku bangunin kak gempa ya?"

"Jangan.. Gempa sakit?" Halilintar balik bertanya.

"Enggak, tapi memang tadi kak gem sempet pucat. Kok kakak bisa bilang gitu?"

"Soalnya aku ngerasa suhu tubuh ku ga enak, aku juga ngerasa lemas."

Mendengar ucapan Halilintar, Solar hanya menatapnya bingung. Tapi otak jenius nya langsung faham, 3 kakak tertuanya kan kembar. Sama layaknya seperti dia dan Thon, mungkin ikatan batin Gempa lebih kuat bersama Halilintar ketimbang Taufan.

"Bentar aku Check.. " Solar menutup kotak p3knya lalu kembali berjalan kecil, setelah meletakkan kotak dia pun mendekati Gempa yang tertidur di sebelah Taufan.

Di pegang nya perlahan tangan Gempa, ternyata memang sedikit hangat. Gempa juga terlihat berkeringat di tidur nya padahal kakaknya hanya mengenakan kaos dan celana panjang.

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang