Chapter Special (2)

4.5K 470 45
                                    

.
.
.










"Kerumah sakit ya?"

"Kak Hali??"

"Kak ini Teh nya udah Solar buatin,"

Halilintar hanya mendengar samar-samar saja, setelah tidur beberapa jam. Bukannya membaik malah semakin parah, demamnya bahkan sampai ke angkat 39,7°C. Hal ini membuat saudaranya yang lain di landa panik.

Tidak biasanya Halilintar demam setinggi ini, bahkan sampai tidak bisa bangun dari tempat tidurnya sendiri.

Terhitung sudah hampir setahun mereka lepas dari beban tanggung jawab antar Galaksi, dan sudah setahun juga kemampuan mereka di sembunyikan. Beberapa kali di pakai hanya untuk keadaan genting saja seperti minggu lalu, Taufan melemparkan seorang penjahat ke atas genteng warga karena ingin merampok Thorn.

Dan beberapa hari lalu, Blaze juga hampir membakar rumah temannya karena membuat api yang cukup besar untuk memanggang ayam.

Untung ada Ice.

Yang paling jarang mengeluarkan kekuatan adalah Halilintar dan Solar, untuk Gempa sendiri terkadang anak itu membuat beberapa tangga tanah untuk meletakkan beberapa pot bunga gantung. Gempa sekarang sudah seperti Thorn yang suka dengan tanaman.

Karena sudah tidak pernah di asah, seiring waktu insting bertarung dan kekebalan tubuh mereka menurun mengikuti kebiasaan pola hidup.

"Kakak.." Ice menempelkan tangannya pada kepala Halilintar, ia tau jika air dingin untuk kompres Halilintar tidak cukup membantu.

"Kerumah sakit ya?" Bujuk Gempa, dirinya duduk di kasur Halilintar karena tidak bisa berdiri cukup lama.

"Li, plis lah.. Nyaut kek, lo gak mati kan?"

Thorn reflek melemparkan boneka pikachu di tangannya ke arah Taufan sambil menatap nyalang kakaknya.

"Hehe, bercanda dek.."

"Kak Hali, Seengaknya minum dulu. Ini teh Herbal kok, ga usah takut muntah lagi," Solar menyendok tehnya dan di arahkan ke mulut Halilintar.

Namun Halilintar menolak, walaupun matanya terpejam. Tapi Halilintar tau jika sekarang dia di kerubungi adiknya.

"Atau kakak cari ini?" Tiba-tiba Blaze membuat hening. Anak itu datang dari luar entah dari mana sebelumnya dan langsung berdiri di depan Halilintar yang terbaring di atas ranjang.

Halilintar berusaha membuka matanya dan melihat apa yang di bawa Blaze. Alisnya berkerut, walaupun pandangannya berbayang dia tau benda apa yang di pegang oleh adiknya itu.

"Kamu dapet darimana benda kaya gini.."

"Eh.. Tapi inget gak sih ini apa?"

"Mirip suntikan dari Gurlatan.." Gumaman Solar membuat yang lainnya menatap anak itu serentak.

"Lo dapet di mana Blaze?" Tanya Taufan memastikan.

"Kalian gak bakal percaya ini gue dapetin nya dimana... Gue dapet di gudang," Blaze menatap Halilintar yang juga memandanginya.

"Kenapa kak? Kaget gue bisa tau rahasia lo? Kenapa kakak masi nyembunyiin rahasia gini dari kami? Apa yang kakak takutin, kami udah besar kak.. Biarin seengaknya sekali buat kami benar-benar ngerasain beratnya pundak kakak," Blaze meletakkan alat yang mirip suntikan itu di atas selimut yang di gunakan Halilintar.

Halilintar merasakan semua pandangan adiknya tertuju padanya, pandangan meminta penjelasan.

"Kak, waktu itu kakak bilang ini cuma suntikan biasa kan? Kenapa ada sampai sekarang?" Ice bertanya, dirinya juga sudah tau soal Blaze yang diam-diam memperhatikan sang kakak.

"Satu-satu.. Kalian bikin kepala Kak Hali sakit," Thorn bersuara, dirinya di larang mengeluarkan kekuatan nya atas permintaan Halilintar sendiri.

Taufan memandangi Halilintar, netra birunya sangat jelas meminta penjelasan keluar dari bibir pucat kakaknya. Dia memang diam, tapi ekspresi dan pandangan matanya seakan menuntut.

"Ini apa kak?" Gempa berusaha selembut mungkin, ia melihat jika Halilintar meremat selimut nya. Tangannya menggapai surai sang kakak, membelainya lembut.

Tapi Halilintar tidak kunjung membalas perkataan mereka, jangna salahkan Hali. Salahkan tubuhnya yang tidak dapat merespon, Halilintar ingin sekali membalas tapi suaranya tidak kunjung keluar.

Hingga akhirnya, Thorn menggantikan tempat Ice yang berada paling dekat dengan kakaknya.

Dua tangan kecil Thorn berada di kepala Halilintar, samar-samar pendar kehijauan muncul dari telapak tangannya.

Halilintar ingin menepis tangan Thorn, tapi kedua tangannya di tahan Gempa.

Thorn sedikit mengerutkan alis ketika tau dirinya hanya bisa menyembuhkan sakit kepala kakaknya, tidak biasanya. Selalu jika Thorn menggunakan kekuatan itu pasti saudaranya yang lain sembuh total walaupun bertahap, untuk luka fisik. Tapi ini hanua demam biasa dan panas di tubuh kakaknya tidak turun sama sekali.

"Apa karena.."

"Jangan membahasnya," Sanggah Halilintar.

"Tapi kami butuh penjelasan kak, bagaimana jika ternyata kamu dalam bahaya lagi?"

"Tolong hentikan omong kosong ini Halilintar, kau ingin membuat kami khawatir? Jangan egois, kau berusaha agar terlihat baik-baik saja di depan kami padahal tidak. Hal itu membuat kami sebagai adik mu merasa kecewa Hali, kami kecewa karena tidak bisa menjaga mu.."

Merasa kondisi ruangan begitu mencekam, Thorn sedikit menjauh dari Halilintar yang semakin menundukkan kepalanya.

"Akan.. Ku jelaskan, tapi gak sekarang." Cicitnya.

"Janji?"

"... Ya,"

"Yasudah, sekarang istirahat kembali. Jika demam mu belum turun juga, kita kerumah sakit. Tidak ada penolakan," Taufan mendorong Halilintar agar kembali tiduran dan menarik selimut untuk menutupi tubuh kakaknya.

"Kalian, ayo keluar. Biarkan Kak Hali istirahat,"

"Tapi teh nya?"

"Kalau begitu, Solar tetap di sini,"

Mereka perlahan meninggalkan Halilintar bersama Solar di dalam kamar, setidaknya sampai Halilintar tertidur kembali. Sebenarnya Solar juga penasaran dengan alat suntik itu, tidak mungkin hanya obat biasa.

Selepaa Halilintar tertidur, ia akan meneliti sisa cairan yang ada di dalam suntikan.

"Lagi kak, habiskan.."

"Mual."

"Tapi ini teh obat, seharusnya gak bikin kakak mual," Solar merasa sedikit aneh, kenala Halilintar kembali merasa mual. Padahal dia sudah yakin jika teh herbal buatannya tidak akan menimbulkan efek lain.

Halilintar merubah posisi membelakangi Solar sambil menarik selimut menutupi kepalanya, terlihat jika Halilintar tidak mau membuka topik pembicaraan dengan si bungsu.

"Baiklah kalau begitu.. Selamat istirahat, semoga panas badan kakak turun sebelum sore, aku keluar dulu.. Panggil saja jika butuh bantuan ya kak?"

Tidak ada jawaban, Solar memastikan jika diamnya Halilintar adalah jawaban iya. Dia segera keluar sambil membawa mug kosong dan meletakkannya di dapur lalu berkumpul dengan saudaranya yang lain.

"Serahkan.. Akan ku teliti isi cairannya." Ucapnya To the point.

"Kamu yakin bisa mengatasinya sendiri?" Tanya Gempa.

"Akan ku usahan kak, sebaiknya kalian di sini saja. Kalau-kalau kak Hali butuh sesuatu pasti terdengar."

Kelima kakak Solar itu mengangguk, sedangkan Solar sendiri langsung menuju lab nya. Jika cairan di dalam suntikan ini yang membuat tubuh Halilintar sehat, Solar akan membuat replikanya agar sang kakak tidak harus sakit.

Jika sebaliknya.. Cairan yang ada di dalam suntikak ini adalah alasan kenapa Halilintar sakit, Solar akan dengan cepat membuat penawarnya segera.

"Apa sebenarnya kandungan cairan ini.."


















TBC

Bye




Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang