19

4.1K 414 47
                                    

.
.
.


'Bangun.. Kau mau bermalas-malasan? Kita harus latihan, tidak ada alasan lagi Halilintar.'

Halilintar mengerjapkan matanya, beralih melihat jam. Dan yah, dia kesiangan lagi. Tidak ada Taufan dan Gempa yang masi bergelung di tempat tidur dengan selimut tebal, malah dirinya yang terselimuti oleh dua selimut lain.

Halilintar duduk di pinggir ranjang, menatap keluar jendela. Hari ini cukup cerah, semoga saja tetap begitu hingga hari berganti. Ia mengusap wajahnya perlahan sambil mengucek matanya, Tiba-tiba dia teringat oleh mindlink Satriantar tadi.

"Kau masi di sana?"

'Kau sudah mengumpulkan nyawa mu?'

"Yaa.. Baru saja, ada apa?"

'Latihan, kau harus latihan Hali. Kita tidak akan pernah tau kapan Retak'ka kembali dan merebut kuasa kalian'

"Hmm, baiklah. Biarkan aku sarapan terlebih dahulu." Halilintar berdiri, berjalan ke arah pintu hendak membukanya namun di buka lebih dulu oleh seseorang.

"Selamat pagi Pangeran! Tidurnya nyenyak, bagaimana? Selimutnya nyaman?"

Halilintar menatap Blaze malas, dia menggeser tubuh adiknya ke samping dan memilih untuk berlalu tanpa menanggapi Blaze dan Thorn yang menatapnya penuh binar. Jangan percaya, mereka hanya ingin menjahili Halilintar saja sebenarnya.

"Ih kakak! Tunggu.... HUAKKK" Thorn melompat menggapai pundak si sulung hingga mereka hampir terjungkal jika tidak ditahan Blaze.

"Heh, kalo sempet jatoh tadi gimana coba!"

"Hehe, sorrylah. Ayo kak Hali turun sambil gendong Thorn!!" 

Setelah hampir terjengkang karena ulah si hijau, Halilintar hanya menghela nafas lelah. Jantungnya berdegup kencang karena takut jika kepala Thorn menghantam lantai karena keseimbangannya yang buruk.

"Ayok kak,"

Blaze berjalan duluan menuruni anak tangga, membiarkan Halilintar sibuk menstabilkan keseimbangannya dengan Thorn yang mengoceh di pundaknya. Entah apa yang di ceritakan anak itu, intinya Halilintar ada di fokus yang lain.

"Pangerannya sudah sampai meja makan Yang mulia Gempa, tadaaaaa" Blaze memasang postur menyambut kedatang Halilintar dengan senyuman lebar.

"Aih, pangeran tidur." Celetuk Solar.

"Biarinlah, kak Hali kan masi capek.. Kemaren aja ketiduran di meja makan," Lerai Ice sebelum Taufan ingin menambahkan candaan untuk si sulung.

"Udah-udaj, cepet ayo makan.. Abis itu kita harus laporan,"

"Malesnya~"

"Iya sama.. Aku juga males~"

Halilintar hanya tersenyum tipis mendengar semua hal-hal yang di lontarkan adiknya. Dirinya lebih memilih diam dan menurunkan Thorn di kursinya.

"Kalo males, gak usah ikut misi lagi."

"EH GAK BISA GITU DONG! NANTI YANG JAGAIN PANGERAN SAMA YANG MULIA SIAPA???"

"Ini kenapa tiba-tiba Gempa jadi raja, gimana ceritanya?" Tanya Halilintar, dia bingung. Drama apa lagi yang terjadi pagi ini.

"Ulah Kak Taufan tuh kak, gara-gara kakak di bangunin gak bangun-bangun.. Jadi di becandain pangeran tidur."

Halilintar berfikir sejenak, kenapa dia tidak bisa bangun? Bahkan dia tidak mendengar suara adik-adiknya yang ribut membangunkannya, dia malah terbangun karena panggilan Satriantar.

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang