23

4.6K 483 102
                                    

.
.
.




"A-apa yang―"

"Kau sudah sadar Gem?"

Gempa menggelengkan kepalanya yang pusing, dia mendengar suara Taufan. Kakak nomor duanya tengah duduk tidak jauh dari dirinya, hoverboard Taufan patah. Tidak masalah karena bisa di perbaiki, tapi nasib lain ketika melihat Taufan penuh luka.

"Kakak baik-baik saja?"

"Mungkin, kaki ku sakit. Makanya aku duduk di sini sejak selesai dengan dia," Taufan menunjuk Adudu yang tidak sadarkan diri.

"Kau.. Bagaimana bisa Gem?"

"Aku gak inget kak.. Terakhir cuma Ah― kak Hali dimana?"

Taufan terdiam, rasa nyeri di kakinya sungguh menyakitkan. Terakhir kali dia lihat Halilintar itu.. Pergi membawa Ice menjauh bersamaan dengan badai es yang mengamuk.

"Dia pergi bersama Ice agar kau dan Blaze tidak terkena dampaknya. Dan belum kembali sampai sekarang."

Gempa mendekat, ia memangku kepala Blaze yang masi tidak sadarkan diri. Tiba-tiba ada orang lain yang mendekati ketiganya.

"Thorn...?"

"...kakak..." Anak berpakaian hijau itu berjalan cepat menghampiri ketiga kakaknya yang lain.

"Apa yang terjadi pada mu? Dimana Solar!?" Taufan panik, Solar tidak ada bersama Thorn.. Dimana anak itu??

Taufan hendak berdiri, namun ia tidak mampu. Thorn limbung di depannya, beberapa pakaian Thorn terlihat masi tertutupi es.

"S-solar.." Tidak sanggup untuk sekedar berucap.

"Apa yang Ice lakukan pada mu?"

"Kak Ice.. Tiba-tiba menarik Solar dan menghajar kak Blaze yang baru saja siuman. Aku mencari keberadaan Solar sejak tadi namun tidak ketemu, setelah itu mencari kak Blaze yang untung saja ada di sini.." Thorn berusaha untuk menjelaskan, nafasnya masi berembun tanda ia kedinginan.

"Bangunkan Blaze, Gem. Kita butuh apinya!"

Tanpa basa-basi Gempa mengguncang tubuh Blaze pelan, menepuk pipi hingga menarik hidung anak itu. Bersyukur saja Blaze maai merespon hingga ia membuka kedua matanya.

"Blaze!"

"Blaze cepat gunakan kekuatan mu!" Gempa mendesak, Blaze yang baru sadar masi belum faham kenapa dia harus menggunakan kekuatan.

"Blaze!!"

"Ah iyaiya! Pemanasan optimal!" Blaze mendekatkan tubuhnya pada Thorn.

Melihat Thorn perlahan rileks membuat mereka bisa menghela nafas lega untuk saat ini.

Sisa-sisa es di sekitar mereka juga mulai meleleh seiring Blaze mempertahankan kekuatannya. Sekarang banyak genangan air, dan ini bukan hal yang bagus karena jadi lembab.

"Sudah lebih baik?" Thorn mengangguk, dan langsung berdiri.

"Ayo cari Kak Hali dan Ice," Gempa bangkit sambil membantu Taufan berdiri. Mereka beranjak dengan cepat karena firasat mereka semakin campur aduk.



.
.
.




"Blaze! Blaze! Dimana kau!!" Ice panik, sudah berjalan lama tapi tak kunjung menemukan kembarannya. Pandangannya gusar, ia pusing sekaligus takut.. Halilintar di gendongnya semakin mendingin.

"I-ice.."

"Bertahan sebentar lagi, kita akan menemui Blaze dengan cepat! Jangan tidur kak, kumohon bertahanlah." Ingin menangis, tentu. Nafas Halilintar yang begitu dingin dan pelan sangat membuat Ice frustasi.

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang