.
.
."Apa yang terjadi??!" Ice menghampiri saudaranya yang tengah mengerubungi Halilintar, dirinya baru sadar dan langsung panik.
Gempa di rangkulannya juga terlihat khawatir, apa yang terjadi dengan Halilintar??
"Kak, bangun.. Kak Hali!" Thorn mengguncang pundak sang Kakak, namun Halilintar tidak bergeming sekali lagi. Wajahnya pucat pasih, beberapa bagian helai rambut putihnya terlihat menutupi rambut coklat dan lebih banyak jumlahnya.
"Hali jangan nakutin begini, bangun please.." Taufan memeriksa nadi Halilintar, dan bersyukur masi ada denyutan samar-samar.
Thorn berusaha menutup luka Halilintar dengan kekuatannya, beberapa luka dalam dan ringan harus dengan cepat di tangani. Thorn mengira Halilintar pucat karena sudah banyak kehilangan darah, tapi bukan itu titik utamanya.
"Ini luka kenapa panjang banget!!?? Kerjaan siapa!!!" Blaze baru menyadari luka sayatan yang panjang di lengan Halilintar, rasanya api kemarahan terbakar di dalam lubuk hatinya.
"Itu dari Retak'ka.." Ujar Gempa, dia masi belum sanggup berdiri. Dia meminta Ice untuk lebih dekat dengan yang lain, bergabung dengan Solar yang belum kunjung sadar.
Sepertinya Taufan dan Blaze tidak main-main untuk menumbangkan si bungsu, terlihat dari luka di badan Solar. Tidak heran juga, luka yang di dapat Taufan dan Blaze juga parah.. Padahal mereka 3 lawan 1.
"Lukanya.."
"Ada apa Thorn??"
Pupil mata Thorn bergetar, menghitam.. Lukanya menghitam setelah terkena energi murni Thorn. Dan perasaan ini sama ketika dia menyadarkan Solar tadi..
"Kenapa! Jangan diam saja seperti itu, kau membuat ku takut Thorn!" Blaze mengguncang adiknya.
"Kakak.. Aku takut.." Lirihnya.
Sesaat setelah menggumamkan kalimat itu, Halilintar membuka matanya. Sorot matanya kosong, ekspresinya datar seolah tidak merasakan sakit. Padahal Thorn belum sepenuhnya menyembuhkan luka Halilintar, terlebih di bagian perut.
"Hali!!??"
Tidak merespon, Halilintar masi berdiam diri menatap satu persatu wajah wajah yang melihatnya dengan ekspresi aneh.
"Kak.. Ada apa?" Blaze menyentuh pundak Halilintar, namun langsung di tepis oleh si sulung.
"Thorn.. Kenapa??" Gempa memperhatikan Thorn yang mundur teratur, wajahnya ketakutan.
"Kakak... Kak Hali.."
"Kenapa? Apa yang kau tau, cepat katakan!" Ice menyelak masuk, dia mendekati Thorn yang masi memasang ekspresi ketakutan.
"AAARRRGGGHHHHH MENJAUH!"
Teriakan Halilintar sukses mengagetkan Gempa dan Ice, terlihat jika sang kakak tengah menjambak rambutnya sendiri. Rambut Halilintar sepenuhnya berubah menjadi putih dan hal ini memicu perasaan tidak mengenakkan.
"Kak! Kendalikan diri mu!!"
"Hali, jangan biarin dia ngambil alih!! Ku mohon!"
Sulit, kondisi Halilintar tidak dalam keadaan yang baik. Hal ini memicu cairan yang masuk dari luka sayatan dengan mudah mengambil alih fikiran Halilintar.
"K-kita gak bisa.. Gak bisaa.. Gak ada yang bisa nyadarin kak Hali.. Enggak.. Kit―"
Plaakk
"Gak seharusnya kamu ngomong kaya gitu Thorn."
Thorn memegang pipinya yang panas, Gempa baru saja menamparnya dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers (BoBoiBoy Elemental) END
ActionKetujuhnya hidup bersama, saling menjaga satu sama lain hingga sebuah kejadian yang mengharuskan mereka menaruh perhatian lebih pada si sulung yang sedang terancam.