.
.
.
."Hati-hati kalian~"
"Kami pergi dulu Putri, nanti kita main lagi yaaaa" Thorn melambaikan tangannya, tadi dia bangun duluan dan mengikut Kaizo mengembalikan beberapa alat milik kerajaan.
Dan tanpa di sengaja bertemu Kira'na yang baru selesai dengan rapatnya, singkat cerita mereka sempat bermain sebentar.
Jarak dari Rumah Sakit ke Istanan utama tidak jauh, makanya mereka bebas kemana saja.
"Thorn, tidak sopan!"
"Apa sih kak Blaze! Sirik aja huu," Sudut mata Blaze berkedut, tawa Taufan juga memperparah kekesalan si api ini.
"Sudah-sudah, cepat masuk kita akan langsung teleportasi ke bumi." Kaizo melerai tiga trio bar bar itu sebelum merusak pesawat angkasa miliknya.
"Kita langsung ke bumi??"
"Iya Ice, saat ini di stasiun Tapops tidak menyediakan dokter terbaik. Sedangkan kita masi butuh beberapa pengobatan dan istirahat total," Gempa melirik Halilintar saat mengucapkan kalimat terakhirnya.
Yang di sindir tetap diam, atau lebih tepatnya tidak sadar diri. Halilintar masi melihat ke arah planet merah itu dalam diam, dia melamun.
Fikiran nya melayang di saat batu kristal itu meledak dan hampir menghancurkan sebagian lapangan dan menumbangkan beberapa pohon besar. Dia, Gempa dan Ice juga masi sempat terlempar beberapa meter karena Halilintar kurang jauh melesat.
Dengan setengah kesadarannya, dia memeluk erat kedua adiknya. Melindungi bagian kepala mereka hingga suasana mereda dan kegelapan menyambutnya.
"Dor!"
Halilintar menatap malas orang itu, siapa lagi jika bukan Taufan.
"Jangan ngelamun Lin, nanti kalo lo kerasukan setan angkasa gimana?" Taufan mencolek pipi Halilintar, menggoda kakaknya yang sejak tadi diam.
"Emang ada ya hantu angkasa?" Tanya Thorn polos.
"Ada, bentukannya kaya kucing siwil," Celetuk Blaze.
"HAAA KUCING SIWIL!?"
"Alahh kucing yang hidup di gang pak senin koboy tuhh,"
"Hoalah.. Itu eh?" Saat asik berdebat, trio trouble maker itu tiba-tiba berhenti saat melihat Halilintar yang menopang tangannya pada dinding.
"Kak?"
"Li jangan bercanda kaya yang du rumah sakit deh, gak lucu tau!"
Halilintar tidak menggubris, sedangkan Gempa langsung mendekati kakaknya yang terlihat kesulitan bernafas.
"Kak Hali, nafas pelan-pelan.. " Gempa berusaha menuntun Halilintar untuk duduk.
Solar masi memperhatikan, dan Ice menatap jengah tiga orang yang masi saja meributkan kucing siwil.
"Diem dulu bisa gak?" Ucapnya.
"Ah Hali nipu itu, nanti kaya yang di Rumah sakit lagi.. Sia-sia air mata gue."
"Kak Hali masi ada hutang tidur sama Thorn loh ya.. Kalo bohong lagi nanti tidur sama Thornnya jadi dua bulan!"
Sedangkan Blaze tidak menanggapinya, ia fokus melihat Halilintar. Dan seketika bergerak maju, menempelkan tangannya pada dahi Halilintar.
"Enggak panas.. Tapi kok, hmm.. " Gumamnya. Gempa membiarkan Blaze melakukan sesuatu, karena anak itu tidak mengancam ingin memukul kakak sulung.
"Eh kak Gem.. Ini apa?" Tiba-tiba Blaze berceletuk.
"Kamu liat apa emangnya?"
Blaze menunjuk ke arah lengan atas Halilintar, ada bekas seperti tusukan jarum yang tidak akan terlihat jika tidak di perhatikan dengan teliti.
Yang lain mendekat hingga Taufan yang sadar nafas Halilintar semakin memberat memasang gestur untuk tidak terlalu dekat.
"Mundur, kak Hali makin susah nafas,"
"Kak.. Nafas pelan-pelan, tenang.. " Gempa melirik Taufan, dan Taufan segera pergi menggunakan Hoverboard nya menuju ruang oksigen. Masi berpositif thingking jika Halilintar kekurangan oksigen karena mesin kapal angkasa tidak bekerja bagus, lagi pula orang yang habis sembuh sakit butuh udara yang lebih banyak kan.
"Solar, kamu bisa liat ini bekas apa?"
Yang di panggil mendekat, dia memfokuskan pandangannya dan menyentuh bekas tusukan itu. Dan seketika dia mengingat sesuatu.
"Dari lebar, besar jarum dan kedalaman.. Ini luka berasal dari peluru pelemah kak,"
"Hah?" Kaget mereka.
"Tapi sejak kapan Solar? Bukannya kita bareng-bareng terus dari tadi?"
Memang benar mereka bersama terus-terusan, dan mereka juga yakin Halilintar sudah baik-baik saja. Tapi tiba-tiba benda seperti ini muncul lagi? Sebenarnya siapa yang bermain kotor di belakang mereka, kenapa sulit sekali menemukannya.
"Kak minumkan Kak Hali ini," Tiba-tiba Thorn yang entah sejak kapan pergi kembali sambil membawa sebuah air.
Ia menyerahkan gelasnya pada Gempa, dan langsung meminumkan Halilintar air pemberian Thorn di bantu Blaze yang menjadikan punggung nya senderan bagi si sulung.
Tak lama Taufan kembali dengan keadaan panik, dia langsung lompat dari Hoverboard nya dan mendekati ke-enam saudaranya.
"Inget suster yang pake makser gak??? "
Tiba-tiba dia langsung melayangkan pertanyaannya, membuat beberapa saudara nya yang lain bingung.
"OHHH? SUSTER YANG RAMBUT HIJAU??"
"NAH IYA BENER!! "
"JANGAN TERIAK!"
"Hehehe sorry.. Jadi kalian inget kan suter itu?" Tanya Taufan memastikan, dan di angguki oleh beberapa saudara nya.
"Waktu gue masuk ruangan Kak Hali, gue sempet liat dia nyuntikin sesuatu. Waktu itu kak Hali tidur, dia cuma nganter vitamin.. Gue fikir itu obat, tapi.. "
"Bukan dia.. "
Semua pandangan beralih ke Halilintar, tiba-tiba saja anak itu sudah bisa bernafas dengan teratur. Terimakasih ramuannya Thorn!!
"Jadi maksud kakak? Kakak tau siapa yang bikin kakak kaya gini??" Tanya Solar, sayangnya Halilintar menggeleng. Hal ini sukses membuat Blaze yang masi jadi senderan tubuh Hali ingin beranjak memukul kepala kakaknya.
"Ini bukan dari peluru pelemah.. Tapi ini," Halilintar mengeluarkan satu botol dengan jarum suntik dari saku nya.
"Dan alasan ku sulit bernafas karena tenaga ku belum sepenuhnya pulih, dan saluran energi ku terputus dengan planet Gurla'tan"
Mendengar penjelasan itu, Gempa menghela nafas lega. Bersyukur jika hanya itu alasannya, dia sempat khawatir jika ada hal lain yang membebani Halilintar lagi.
"Jadi? Kita akan pulang kan?"
"Iya.. Kita akan pulang,"
'Pulang? Apa tujuan dan tempat kita sama?'
'Aku fikir.. Sesuatu yang buruk akan terjadi'
'Maka dari itu jangan berfikir, kau kan bodoh'
'Sialan! '
TBC
MET MALEM SABTUUU.. Aku tiba-tiba sakit mata wadehel, mata ku bengkak sebelah. Gatel banget :D
Makanya up agak sorean biar bisa cepet istirahatin mata, soalnya udah cape banget natap layar wkwkw
See you cinta ku~
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers (BoBoiBoy Elemental) END
ActionKetujuhnya hidup bersama, saling menjaga satu sama lain hingga sebuah kejadian yang mengharuskan mereka menaruh perhatian lebih pada si sulung yang sedang terancam.