25

4.4K 444 65
                                    

.
.
.



"Apa maksudnya?! Apakah kalian bodoh?!! Kasus sebesar ini tidak ada satupun dari kalian yang melapor, kalian tidak mempercayai kami??"

"Maaf Laksamana." Sebagian dari mereka kompak meminta maaf kecuali satu orang.

"Kau tidak merasa bersalah kadet Taufan?"

"Tidak.." Taufan dengan lantang membalas ucapan Laksamana Tarung di depannya. Hal ini sangat menarik atensi semua orang di dalam ruangan.

"Kak.."

"Tenang saja, aku hanya mengertak sedikit. Laksamana bilang kami wajib melapor tentang keadaan seperti ini? Tapi kenyataannya kami tidak pernah mendapatkan apapun jika melapor ke Tapops, untuk apa membuat laporan tidak berguna seperti itu?" Taufan menjeda perkataannya dan melihat saudaranya yang lain.

"Kami.. Kak Hali, saya dan Gempa sudah mengabdikan diri belasan tahun di Tapops. Jangan kira saya tidak memantau gelagat kalian semua.. Masalah kami, selalu kami urus sendiri.. Kalian hanya memaksa, terus memaksa kami untuk melaksanakan tugas, layaknya alat.." Para pentinggi Tapops tampak kaget dengan penuturan Taufan barusan.

Mereka salah sangka berfikir jika Taufan adalah anak yang bodoh, tidak pernah mengerti tentang sistem gelap Tapops yang selama ini di jalankan.

"Kejadian saat Kak Hali hampir mati karena Retak'ka menanam kristal di dada kirinya.. Apa tindak kalian?? TIDAK ADA! HANYA KAPTEN KAIZO DAN FANG SAJA YANG BERGERAK KARENA MERASA JIKA KAMI MEMBUTUHKAN BANTUAN!"

Lima adik Taufan tidak ada yang menyela, semua yang di katakan Taufan benar. Di saat mereka mati-matian menjaga Halilintar, hanya Kaizo dan Fang saja yang membantu mencari asal usul kristal yang melekat pada Halilintar. Semua petinggi Tapops membisu, sengaja bersembunyi di balik pundak Kaizo. Seakan-akan Kaizo bergerak atas perintah atasan, tapi kenyataan tidak.

"Kalian terlalu egois.. Lapor lapor, persetan!" Taufan meremat kedua telapak tangannya, dia tau jika dia tidak sopan sekarang. Tapi kapan lagi mengeluarkan keresahan hatinya, kebetulan Halilintar tidak hadir karena harus istirahat total.

"Taufan.." Kaizo memanggilnya, menepuk pundak si pengendali angin agar lebih tenang.

"Biar ini urusan ku, kalian kembalilah. Jaga Halilintar di rumah, jangan fikirkan masalah di sini." Kaizo tersenyum pada enak saudara ini, dia cukup tau ketidak adilan yang du dapat para elemental selama di Tapops. Tapi apa daya pangkatnya belum setinggi itu.

"Ochobot.. Buka teleport," Atas perintah Kaizo, Ochobot menurut dan membuat teleportasi kembali ke bumi.

"Hati-hati,"

.
.

Teleportasi itu tepat di depan kediaman para elemental. Taufan langsung masuk ke dalam rumah membiarkan kelima adiknya terdiam melihat Taufan yang masi di selimuti rasa marah.

"Biarin Kak Taufan sendiri dulu ya," Gempa menghimbau, kakinya beranjak masuk. Tujuan utamanya adalah kamar, dia harus melihat kondisi Halilintar terlebih dahulu baru mulai memasak untung makan siang.

"Aduh aduhhhh pusing deh kepala gue.. Mau tidur dulu ah.." Blaze tiba-tiba melenggang masuk, membiarkan trio bungsu masi berdiam diri di depan rumah.

"Apa liat-liat?" Ketus Ice saat dirinya di pandang oleh dua adik paling kecil.

"Jutek amat, minimal duit jajan," Cibir Solar, sedangkan Thorn hanya mengangguk menyetujui usulan Solar.

"Males," Ice melenggang pergi.

"Ish.. Bilang sama kak Gem kalo aku sama kak Thorn ke warung depan!"

"Iya-iya, sana."

Solar dan Thorn benar-benar pergi untuk membeli beberapa makanan, rasanya mereka sudah lama sekali tidak menghabiskan uang untuk jajan. Namun aktivitas mereka terhenti seketika karena Solar tiba-tiba merasakan panas dari pergelangan tangannya.

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang