"Ayo mulai latihan sesi dua"
.
.
.Thorn meremat jaket Halilintar kuat, hutan buatan ini terlihat lebih nyata dari pada hutan yang sebenarnya. Tunggu, bagaimana?
Intinya Thorn takut gelap, apalagi gelap yang dominan seperti ini. Tidak ada cahaya bulan dan bintang sama sekali, terasa dingin.
"Gelap banget anjir," Blaze mulai menyalakan api kecil di tangannya. Dia bukan solar yang bisa menerangi satu ruangan dengan bola cahaya, jika Blaze meniru yang ada satu stasiun ini bisa terbakar karena api nya.
Sedangkan Halilintar, dia memegang tangan Thorn yang semakin kuat meremas jaketnya. Halilintar tau kelemahan setiap adik-adiknya, begitu juga sebaliknya. Netra ruby nya bersinar di tengah gelap, tanda dia dalam keadaan waspa. Dengan Blaze yang berada didepan menerangi jalan.
"Kak, kayanya kita muter-muter doang deh," Blaze bingung, dia memang tidak bisa memandu jalan. Tapi hanya dia yang bisa menerangi jalan..
"N-nyasar? T-tapi masa d-disini doang bisa nyasar sih kak?!"
"Hehe sory Thorn.. Kan kamu sendiri tau kalo aku payah ngarahin jalan,"
"Kita ga bisa keluar, kita jauh dari pintu keluar.. Aku bakal hubungin Gempa dulu," Halilintar mengangkat lengannya, berharap masi ada sinyal di jam nya. Tapi sayang jam itu hanya memunculkan beberapa gambar acak dan terlihat error.
"Astaga.. Apa ini gara-gara latihan kita tadi??"
"Jam kak Hali rusak? Serius rusak?"
"Gak tau, tapi kayanya eror. Tapi tadi ga kaya gini.. " Halilintar menatap bingung jamnya, padahal tadi masi baik-baik saja.. Krnapa tiba-tiba seperti ini.
"Kalian coba hubungi yang lain," Titah Halilintar, dia masi sibuk mengutak-atik jam. Hingga tidak sadar jika ada sebuah titik merah yang mengarah pada salah satu dari mereka.
"Hmm ga bisa kak, ga ada sinyal.. Kayanya kita di jebak deh," Ucap Thorn
"Nekat banget jebak kita di dalam markas kaya gini!!??" Ucap Blaze tidak terima.
"Eh?"
"Hah? Eh kenapa?"
Thorn melihat ke arah bajunya, ada titik merah tepat di dada. Hingga hitungan detik suara besi terdengar bertabrakan dan Thorn serta Blaze yang di seret paksa untuk bersembunyi di balik sebuah pohon besar.
"Kalian gapapa?" Halilintar menatap satu persatu wajah adiknya.
Secepat itu reflek Halilintar?
Thorn yang tadinya jadi sasaran peluru mulai membuka matanya, netranya sedikit bergetar kala melihat luka gores di pipi Halilintar. Peluru tadi memang sempat di belokkan oleh pedang Halilintar, tapi hanya berbelok dan mengenai pipi Halilintar.
"K-kakak berdarah.. "
"Gapapa, cuma luk―" Rasanya sesuatu yang aneh berusaha mengambil kesadaran Halilintar.
"Kak?!" Blaze melihat gelagat aneh dari kakaknya. Dia sontak mengambil peluru yang tadi sempat di layangkan ke arah mereka, dan sedetik berikut nya tangan Blaze mengepal kuat.
"Kak Blaze ada apa?? " Blaze melihat Thorn yang tengah memeluk Halilintar, sialan. Kakaknya benar kehilangan kesadaran hanya karena tergores!!!?
"Ini peluru pelemah.. Dan yang punya peluru ini cuma dia kan?!" Mata Thorn membulat, di tengah kegelapan.. Dia gelisah.
Halilintar sepenuhnya kehilangan kesadaran di pelukannya dan mereka tidak bisa keluar. Tidak beruntung.. Sungguh tidak beruntung, jika begini terus mereka bisa berakhir mengenaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers (BoBoiBoy Elemental) END
ActionKetujuhnya hidup bersama, saling menjaga satu sama lain hingga sebuah kejadian yang mengharuskan mereka menaruh perhatian lebih pada si sulung yang sedang terancam.