.
.
.
."Halilintar.. "
Halilintar mengerjap, cahaya lampu yang terang menusuk matanya. Pandangan berbayang, kepalanya pusing.. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?
Dia ada di mana?
Kenapa ruangan ini sangat terang?
"Ah? Kau sudah sadar Hali?"
Seseorang bertanya padanya, siapa orang ini? Kenapa wajahnya asing, dia tidak sedang mengigau kan?
Sedangkan orang yang menyapa Halilintar tidak bersuara lagi. Dia membiarkan Halilintar memfokuskan fikirannya terlebih dahulu sambil memeriksa cairan infus.
Keadaan cukup sunyi, karena hanya ada Halilintar dan seseorang yang tidak di kenalinya di dalam ruangan ini. Halilintar juga bisa melihat beberapa kilatan di luar jendela, suara petir yang cukup kuat dan rintik hujan yang terlihat turun dengan deras.
"Apa.. Semua baik-baik saja?"
"Bersyukurlah karena semua baik-baik saja.."
"Bagaimana dengan.."
"Adik-adik mu? Semuanya baik, mereka hanya mengalami luka ringan dan sudah di tangani oleh dokter terbaik di sini."
Mendengar itu Halilintar hanya diam, mara rubynya masi menatap langit-langit ruangan. Dirinya tidak berniat menjawab ataupun membalas ucapan orang itu.
Fikirannya kacau, tidak ada hal yang terlewat di kepalanya. Mendengar jika adik-adiknya baik-baik saja sudah membuatnya tenang.
"Istirahat lah, akan ku beritahukan adik-adik mu jika kau sudah sadar."
Orang tadi melenggang keluar, membiarkan Halilintar sendiri di dalam ruangan termakan kesunyian.
'Hali'
"Hmm? Ada apa?"
'Bagaimana perasaan mu?'
"Kesal.. "
Wanita bersurai merah itu tertawa, pasti bocah merah ini kesal karena tidak bisa melakukan apa-apa di saat keadaan adik-adiknya tidak baik-baik saja.
'Tidak seharusnya kau kesal, lihat sekarang.. Kristal itu sudah di angkat. Kau bebas Hali,'
"Ya.. Kau benar, tapi kristal itu meledak.. Sesaat setelah Gempa berhasil mencabutnya. Jika aku tidak sadar di detik terakhir dan memaksa tubuhku untuk membawa mereka berdua lari.. Kami mungkin saja mati,"
'Maaf Hali, batas kemampuan ku untuk bertahan sudah habis.. Aku tidak sempat membawa kalian pergi, tapi setidaknya.. Kau tepat waktu, kau memang seorang kakak yang baik Halilintar,'
Halilintar membuang muka, padahal tidak ada siapapun saat ini. Tapi dia malu di puji seperti itu, apalagi dari orang seperti Satriantar.
'Terimakasih Halilintar'
"Huh? Terimakasih untuk apa?"
'Untuk tidak menyerah, tekad mu yang kuat untuk tetap bertahan hidup dan menjaga keluarga mu sudah membuat ku bangga. Sebagai pemegang kuasa Elemental Voltra Generasi pertama.. Aku melihat potensi mu yang sangat besar, selamat.. Kau sudah mendapatkan kepercayaan ku sepenuhnya.'
Entah kenapa rasanya jadi sedikit Haru, Halilintar sempat shock ketika mengetahui Santriantar sudah wafat ketika berusaha melawan Retak'ka bersama pengendali Elemental lain.
Bagaimana tidak, ketika pelatihan Elemental hanya dirinya dan Solar saja yang duduk terdiam melihat saudaranya berinteraksi dengan para pendahulu. Sebenarnya Solar masi bisa jika ingin berinteraksi dengan Retak'ka, tapi alien itu tidak pernah sadar akan kelakuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers (BoBoiBoy Elemental) END
ActionKetujuhnya hidup bersama, saling menjaga satu sama lain hingga sebuah kejadian yang mengharuskan mereka menaruh perhatian lebih pada si sulung yang sedang terancam.