03

6.1K 527 66
                                    


.
.
.



Aneh.

Semenit yang lalu gejolak petir di tangan Halilintar begitu terasa, tapi sekarang.. Tidak ada tanda-tanda akan terjadi apapun.

Tap.

"Mikirin apa?"

Halilintar mengalihkan pandangannya ke arah si mata Sapphire, Taufan tengah mengusap pundaknya. Sengaja.

"Gapapa, cuma ngerasa aneh aja tadi."

"Ga usah di fikirin kak.. Nanti kalo kakak mimisan lagi gimana? Inget kalo kakak itu ga sepinter Solar," Niatnya khawatir tapi malah mengejek.

"Seenggak nya ga Sebodoh kau,"

Rasanya ada pisau tajam yang menghujam dada Taufan sekarang :')

"Kalo ngomong pake filter dong, sakit nih sakittt," Taufan memukul dadanya main-main.

"Salah mu sendiri,"

"Udahlah kak, intinya jangan mikirin yang aneh-aneh," Taufan duduk di sebelah Halilintar, di bawah karena kakaknya masi duduk di kursi lipat.

"Fan.. Ga bantuin yang lain?"

"Ngapain? Udah ada gempa, dia aja cukup buat ngatur yang lain kan? Tugas gue cuma nemenin lo kak, nanti lo ilang di culik adudu trus berubah jadi Adada lagi gimana?"

Senyum kecut muncul di bibir Halilintar, kenapa harus kejadian itu yang terus-terusan di bahas?

"Biarin aja, kan kesempatan buat mu ngehajar muka ku kan?"

Taufan bangkit dari duduknya, berdiri dan menghadap Halilintar yang menatapnya datar. Taufan mengusak kepala kakaknya dengan gemas lalu menarik hidung mancung milik Halilintar dengan sengaja.

"Mana tega ngehajar kakak cantik satu ini,"

"NGOMONG APA BARUSAN?!"

"Hehe bercanda kak, lagian waktu kakak hilang ingatan itu.. Aku sebenarnya ga tega, cuma ya muka kakak pengen banget di tonjok." Halilintar meroling matanya, ga tega tapi dia sama Gempa ngehajar Hali habis-habisan.

Waktu sadar badan Halilintar sakit semua tau!

"Cih.."

Sadar kakaknya bete, Taufan dengan cepat merangkul pundak Halilintar akrab.

"Yuk yuk kebelakang yuk.. Udah kelar masak Gempa kayanya, yukkk daripada diseret Thorn bagusan aku gendong.."

'Apa-apaan anak ini??! '

"Aku bisa jalan sendiri Fan, ngapain kamu jongkok kaya gitu?"

"Naik lah kak, sini kugendong.. Depan apa belakang?"

Plak

"Ngadi-ngadi," Halilintar beranjak dan berjalan santai ke belakang, menghiraukan Taufan yang tengah terkekeh melihat tingkah kakaknya.

Pasalnya Telinga Halilintar memerah, tanda dia malu.

Sesampainya di belakang, ternyata yang lain tengah menunggu dua orang tertua, walaupun tempat mereka camping hanyalah sebatas padang rumput dengan beberapa pepohonan. Tapi mereka dapat dengan cepat membuat suasana hangat.

Seperti tempat duduk dan meja yang terbuat dari batu, ini jelas kekuatan Gempa. Dan atap yang terbuat dari dedaunan, jelas kekuatan Thorn. Kalau untuk Ice dan Blaze mereka hanya membantu sedikit, Solar? Anak itu malah sibuk dengan acaranya mengganggu Gempa.

"Dateng jugaaa.. Ayo sini duduk kak, duduk sini di samping Thorn!"

"Eh! Enggak, kak Hali duduk di samping aku! "
"Apasih Solar.. Udah kak Hali duduk sama aku!"

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang