16

4.4K 397 26
                                    

.
.
.
.






"Gak mau tau, pokoknya Kak Hali tidur bareng kita!! Huaaaaa"

Thorn memeluk lengan Halilintar sambil menangis kencang, di sebelahnya ada Taufan yang melakukan hal yang sama seperti apa yang Thorn lakukan. Tenang saja, infus Halilintar sudah di lepas sejak tadi.

"Kak Hali jahat banget," Cibir Solar. Dia panik loh waktu Halilintar ga bangun pas di peluk Ice. Dia sampai menggunakan kuasa lompatan Cahaya demi menemukan Kaizo yang tengah berbincang dengan Kira'na.

"Maaf ya, abisnya.. Kalian berisik banget, kepala ku masi sakit," Halilintar melirik si bungsu yang membuang muka. Halilintar tersenyum tipis, dia suka ekspresi adik-adiknya yang seperti ini.

"Kan kakak bisa bilang kalo kepala kakak masi sakit! Jangan tiba-tiba merem gitu dong, bercanda nya jelek banget," Bahkan Blaze ikutan protes.

"Iyaiya maaf, gak ngulangin lagi." Halilintar ingin sekali mengusak rambut Blaze, tapi apa daya dua lengannya di apit dua makhluk Jadi-jadian.

Sedangkan Gempa dan Ice hanya duduk di pojok ruangan bersama Kaizo dan Kira'na. Kaizo begitu panik karena tiba-tiba Solar muncul di depannya sambil berteriak jika Halilintar kehilangan kesadaran.

Yang dimana tentu saja membuat Kaizo dan Kira'na kaget setengah mati. Kaizo saja, Kira'na cuma kaget cantik doang.

Kaizo fikir terjadi sesuatu efek yang cukup besar pada Halilintar karena pencabutan kristal. Tapi setelah sampai di dalam ruangan bersama Dokter kerajaan, Kaizo malah menahan marah. Berasa di kerjain habis-habisan oleh si petir merah, karena dokter yang datang bersama mereka tadi berkata jika Halilintar hanya tertidur. Tidak ada gejala aneh yang muncul, anak itu hanya kelelahan karena sebagian tenaganya terkuras habis bersamaan dengan meledaknya batu kristal.

"Kalian ini bikin panik saja." Ucap Kaizo yang tentu saja hanya di dengar oleh Kira'na, Gempa dan Ice.

"Kita juga panik tau, kan ga ada yang tau kalo kak Hali tiba-tiba iseng." Ice meminum tehnya.

"Haha, Ice sampai ingin menangis tadi." Celetuk Gempa. Tawanya miris, dia juga menertawakan dirinya sendiri sebenarnya.

"Bagaimana aku tidak ingin menangis kak? Kak Hali tiba-tiba jatuh dari duduknya dan menutup mata di pelukan ku?? Aku fikir dia.. "

Ice berhenti berbicara ketika melihat Halilintar yang tersenyum cukup lebar. Senyuman yang sangat dia sukai, senyuman Halilintar yang sangat berharga.

"Dia bisa senyum juga ya? Aku fikir wataknya keras seperti elemennya."

"Kak Hali biasa tersenyum dengan saudaranya saja Tuan Putri.. Tapi senyuman selebar itu sangat jarang ia keluarkan, mungkin ini efek batu kristal yang sudah lepas dari tubuhnya.. " Gempa meletakkan cangkirnya di atas nampan, melihat Halilintar yang masi berusaha melepaskan diri sambil sesekali meringis karena tangannya masi terasa sakit.

"Ini senyuman terlebar yang pernah ku lihat," Celetuk Kaizo. Jujur saja selama mengenal Halilintar, dia tidak pernah melihat senyuman langkah itu. Terlebih setelah pertarungan habis-habisan dengan Retak'ka, dan batu kristal itu bersarang di tubuh Halilintar.

Senyuman itu tergantikan oleh ringisan setiap saat.

Seperti sebuah penderitaan yang sangat menyakitkan.

"Sekarang dia sudah bebas.. Dan misi kalian juga sudah selesai, apa kalian akan tinggal di Gurla'tan untuk beberapa hari lagi??" Tanya Kira'na, dia tampak antusias melihat ketujuh anak-anak anggota tim Kaizo ini, terlebih Halilintar yang memiliki elemental petir milik Nendanya.

"Maaf sebelumnya, kami akan pulang setelah pemeriksaan Halilintar yang terakhir." Kaizo mengusak rambur Kira'na pelan. Dia juga tersenyum melihat Kira'na yang sudah terlihat baik-baik saja.

"Huhh sayang sekali, padahal aku berniat mengajak kalian berkeliling Istana."

"Lain kali kami akan kembali kesini lagi Tuan Putri," Ucap Gempa, dia juga merasa tidak enak harus menolak tawaran Kira'na. Tapi mau bagaimana lagi, mereka juga harus kembali dan menuntaskan misi.

Kira'na tersenyum lembut, dirinya mengangguk dan menunduk Hormat kepada Kaizo dan yang lain. Setelahnya berpamitan untuk mengurus hal-hal yang telah di rusak oleh jiwa pendendam yang di buat oleh seseorang yang dia tidak ketahui identitasnya.

Kira'na harus mengurus masalah ini terlebih dahulu, dia harus meluruskan kesalah fahaman yang beredar di planetnya.




.
.
.



Kembali ke suasana kamar rawat Halilintar.

Kini suasananya lebih tenang, karena beberapa dari mereka tertidur. Pemeriksaan terakhir Halilintar ada di jam malam, yang artinya masi ada beberapa jam untuk adik-adiknya istirahat sebelum mereka kembali ke stasiun Tapops dan pulang ke Bumi.

Halilintar sendiri lebih memilih membaca beberapa novel yang di bawakan Solar, sedangkan anak itu memilih belajar di sudut lain ruangan.

Gempa menopang kepalanya di sebelah Halilintar, terlihat mengantuk tapi tetap berusaha terjaga. Hingga Halilintar sadar, dan menggeser tubuhnya untuk berbagi tempat tidur.

"Naik Gem, kamu istirahat dulu, tidur di samping ku,"

Gempa tidak menolak, dia langsung naik dan tidur. Wajar saja, Gempa abis minum obat demamnya jadi harus tidur sesaat.

Halilintar yang melihatnya hanya bisa menghela nafas, kenapa Gempa lama sekali sembuh nya?

Pandangannya melihat ke luar, dimana langit jingga menghiasi suasana tenangnya. Sangat kebetulan Gurla'tan cerah seperti ini, biasa di penuhi hujan badai seperti tadi siang.

Halilintar menjatuhkan novelnya ke atas pengakuan, memegang bekas kristal di pundak nya lalu merasakan hal aneh.

"Ini benar-benar sudah terlepas?" Seakan tak percaya, kristal itu benar-benar lepas dari dirinya. Padahal dia berfikir hanya Retak'ka yang bisa melepaskannya, dia bahkan sudah mengatur rencana untuk datang sendirian menantang alien itu.

Anggap saja Halilintar sudah Gila.

Iya dia sudah Gila..




















'Pernahkah kau berfikir kenapa Planet secantik ini terus-terusan di selimuti awan hitam dan badai?'

'Kenapa kau bertanya? Sudah jelaskan jika planet ini menyimpan elemen petir??'

'Tidak salah sih, tapi pernah gak sih kau berfikir jika suatu saat Gurla'tan punya langit biru terang?'

'Bodoh! Jika langit Gurla'tan berubah menjadi biru, itu berarti pemilik kuasa Elemental Petir Voltra sudah mati tanpa meneruskan kuasanya!'

'Kau kasar sekali, kan aku hanya bertanya!'

'Terserah! Tapi jika sampai benar terjadi.. Mungkin aku akan menangis sejadi-jadinya. Rasanya pasti seperti kehilangan saudara sendiri, kampung ku itu..hanya ini yang ku punya'

'Hei jangan murung.. '

'Aku tidak murung, aku yang kepikiran perkataan mu saja. Jika Gurla'tan benar-benar bersih tanpa badai.. Maka mimpi buruk yang sebenarnya akan terjadi,'















TBC

Dah gak sakit Kepala, up tipis dulu sebelum masuk action ke dua

Papay

Seeyouuu~

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang