20

4.7K 438 64
                                    

.
.
.

Malam harinya, Halilintar tengah melamun di atas tempat tidurnya. Selepas memberikan ceramah singkat dengan beberapa pukulan kasih sayang pada adik-adiknya terkhusus Taufan dan Blaze, dirinya langsung masuk kedalam kamar dan merebahkan tubuhnya.

Sedikit lelah, walaupun saat latihan tadi ucapannya terdengar meremehkan adik-adiknya. Tapi tidak di pungkiri jika adik-adiknya kian hebat setiap harinya, ada rasa bangga di hatinya.

Dan dia lelah karena tubuhnya terkejut, kurang lebih 8 bulan lamanya kristal itu melekat padanya dan ini kali pertama dirinya bebas mengeluarkan kekuatan dengan sepuas hatinya sampai tidak sadar jika dia sering over power.

Terlebih saat memotong tangan golem milik Gempa, tenaga yang dia gunakan begitu besar jumlahnya. Golem milik Gempa memang pilar paling kuat milik Gempa, belum lagi tembakan Solar yang hampir mengenai kepalanya.

Halilintar tersenyum kecil saat mengingat kombinasi sempurna milik dua orang itu. Tapi tidak sampai di situ saja, Blaze dan Ice juga sedikit berbahaya. Selain karena suhu yang di miliki keduanya bertolak belakang, range kerusakan area yang di hasilkan jika mereka menggunakan serangan kombinasi bisa merusak segalanya.

Halilintar harus membuat mereka bisa mengontrol emosi masing-masing sepertinya.

Selanjutnya dia kepikiran tentang Taufan.. Angin yang melingkupinya tadi bukan angin yang biasa di gunakan oleh Taufan, rasanya seperti angin kuasa Beliung. Halilintar jadi berfikir jika Taufan sudah hampir bisa mengendalikan kuasa tahap ketiganya itu.

Kalau untuk Thorn.. Halilintar melihat pergelangan tangannya yang tertutupi sarung tangan, membukanya sedikit dan menghela nafas sambil tersenyum.

Jeratan akar pengikat milik si hijau itu akhir-akhir ini terasa sangat kuat, Thorn sudah mulai percaya diri mengeluarkan kuasanya untuk bertarung.

"Kak Hali di dalem?" Tiba-tiba seseorang membuka pintu. Halilintar sangat malas untuk bangkit dari kasurnya sekarang, jadi dia hanya diam hingga orang itu masuk.

"Kakak," Manik hijau itu terlihat bersinar, lihatlah siapa yang datang dengan senyuman cerah di malam suram ini?

"Kenapa Thorn?"

"Hehe, makasih ya kak,"

"Makasih untuk?" Halilintar akhirnya bangkit dari tidurnya, dia duduk agar bisa lebih jelas melihat Thorn yang duduk di meja belajar milik Gempa.

"Semuuuaaanyaaa, kakak udah banyak ngajarin Thorn. Sampai Thorn jadi kuat kaya gini," Thorn menekuk siku nya, membuat pose pamer otot. Yaa walaupun otot-otot nya tidak besar sih, jangan lupakan cengiran polosnya.

Halilintar benar tersenyum kali ini, hatinya sedikit menghangat. Walaupun dia melatih semua adik-adiknya tanpa di minta, tapi seperti biasa salah satu dari mereka pasti mengucapkan kata terimakasih nan manis untuk menghiburnya.

"Kak Hali mau makan sesuatu??"

"Enggak, aku lagi ga pengen makan sesuatu. Kalian udah makan kan?" Thorn mengangguk lucu, tapi sedetik kemudian dia menerjang Halilintar hingga keduanya jatuh ke atas ranjang.

Thorn memeluk Halilintar kuat, seakan takut kakaknya pergi.

"Kakak.. Janji jangan tinggali Thorn ya?"

Halilintar sedikit kaget, namun dengan cepat membalas pelukan si kecil yang ada di atasnya.

"Kakak gak bakal kemana-mana, Thorn."

"Janji ya??"

"Iyaaa, kalaupun kakak pergi.. Itu pasti ketempat yang sama kaya kalian pergi," Halilintar mengusap-usap rambut Thorn sambil menatap langit-langit kamar, sebenarnya dia tidak bisa janji. Karena tragedi bisa terjadi kapan saja tidak mengenal waktu, Halilintar takut mengecewakan adiknya.

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang