24

4.1K 403 100
                                    

.
.
.





Kenapa?

'Kau bingung ya? Singkatnya saja, mereka sedang menyesali perbuatan mereka pada mu,'

Suara Satriantar terdengar, untuk apa menyesali perbuatan mereka? Halilintar tidak keberatan dengan luka-luka yang dia terima, dia juga sudah biasa terluka kan?

Halilintar termenung, pelukan Blaze memang hangat. Tapi tidak dengan perasaan hatinya, apakah karena hampir beku..hatinya juga terasa remuk?

"Hali.. Hali?? Jangan diem aja, gue takut," Taufan menepuk pelan pipi Halilintar.

"Kak, masi ada yang sakit?"

Blaze yang melihat kemana arah pandang Halilintar pun segera merespon.

"Nanti juga biasa aja kak, gak usah di fikirin. Mereka cuma merenung bentar," Celetuknya, lalu Blaze bergerak. Menggendong Halilintar di belakangnya, mereka harus kembali bukan?

"Ayo balik, liat itu badan kalian kaya gembel." Kembali berbicara, Kata-kata Blaze ada benarnya.

"Gak sadar diri apa ya tu anak? Pala nya bocor padahal," Taufan gak habis fikir. Anak itu sudah berjalan lumayan jauh, sedang dirinya baru saja bangkit di bantu Thorn.

Keduanya melewati Gempa, Ice dan Solar. Menatap manik tiga adiknya dengan tatapan teduh.

"Ayo pulang," Ajak Taufan.

Dan segeralah ketiganya beranjak menyusul Blaze yang sudah tidak terlihat.

"Gak usah pasang muka bersalah gitu, bukan salah kalian. Kak Hali pasti ngerti, dia juga gak bakal nyalahin siapa-siapa."

Ketiganya menatap Taufan dalam, si biru pertama yang di tatap aneh oleh tiga saudaranya yang lain hanya bisa memasang wajah bodoh.

"Apa? Gak usah liat-liat, gue tau gue ganteng," Pede.

"Masi gantengan aku lah," Tiba-tiba Thorn ikut berceletuk.

"ADEKKK KAMU GAK GANTENG, KAMU ITU LUCU, STOP NGAKU-NGAKU!!"

"Blee.. Ku jatohin loh kak kalo kakak ribut di rangkulan ku."

"Jangan.. Nanti wajah ganteng kakak mu ini menyentuh tanah gimana??"

"Stop dramanya, geli tau," Ice muak.

"Eyyy udah bisa ngomong.." Goda Taufan.

Ice meroling matanya malas, dia menambah kecepatan jalannya supaya tidak mendengarkan ucapan-ucapan menggelikan dari bibir Taufan.

"Adudu gimana?" Teringat sesuatu, Gempa menoleh ke arah Taufan.

"Udah di urus sama Probe," Jawab singkat Taufan, matanya melihat ke arah Solar. Si bungsu terlihat masi enggan berbicara, dia merasa sangat bersalah sampai murung seperti itu kah?

Bagaimana Taufan harus menghiburnya?? Sulit karena anak itu sedikit aneh, pukul saja kepala Taufan karena mengatai adiknya aneh.

"Gem, urus gih.."

"Nanti aku ajak ngomong kak,"






.
.
.








"Masi dingin kak?"

"Udah gak sedingin tadi, makasih Blaze,"

Keduanya sampai dirumah duluan, Blaze langsung menjatuhkan Halilintar ke atas Sofa ruang tengah dan menbantu melepas jaket Ice, di ganti dengan beberapa selimut.

"Aku gak ngerti buat teh, nunggu yang lain dulu gapapa kan kak?" Halilintar mengangguk menanggapi ucapan Blaze, dia mengantuk sekarang.

Hingga tanpa sadar matanya kembali terpejam, satu lagi hari yang melelahkan.

Brothers (BoBoiBoy Elemental) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang