Serena - 002 (SJ)

3.4K 303 1
                                    

Hari ini Serena melakukan kunjungan ke Pulau Jeju, di mana semua bahan baku produknya dikelola di sana. Sekaligus dia akan bermalam guna menyegarkan pikirannya dari beban pekerjaan yang menumpuk setiap hari. Bukan hanya karena itu, dia mendapatkan hasil kurang bagus atas pemeriksaan kesehatannya kemarin, yang mana dokter mengatakan apabila dia ingin melakukan program baby, maka harus lebih memperhatikan kesehatannya dimana akan berisiko, karena dia di diagnosa Hipotensi, yang biasa disebut dengan tekanan darah rendah. Dokter mengatakan hal tersebut dipicu karena dirinya sering bergadang dan stres, kondisi akan membaik apabila dia mengubah kebiasaan buruknya.

Serena memang sering bergadang akhir-akhir ini, tetapi bukan karena pekerjaan. Dia hanya akan bergadang apabila ada peluncuran produk baru yang bertepatan dengan rivalnya. Selebihnya Serena patuh dengan jam tidur dan kesehatan tubuhnya. Lalu, dia tidak mungkin mengatakan alasannya kenapa dia tampak stres, sebenarnya itu karena Serena selalu memikirkan bagaimana cara untuk bisa memulai aksinya mengatakan kepada rivalnya itu atas niatnya.

Bisa saja kan nanti Jeno marah lalu menyekapnya, kemudian menjadikannya olahan daging panggang? Siapa yang tahu.

Hari sudah mulai menggelap, Serena baru sampai di Green house milik perkebunan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah mulai menggelap, Serena baru sampai di Green house milik perkebunan mereka. Bisanya tempat ini juga menjadi tempat khusus apabila keluarga Kim berkunjung kemari. Serena mendesah lega menghirup udara segar sore itu. Memang inilah yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Dan semoga saja otaknya lancar untuk menyusun rencana.

"Tidak usah memasak apa pun untuk ku malam ini. Aku akan makan di luar." Serena berpesan kepada koki yang bertugas di Green house.

Serena mengenakan pakaian sedikit terbuka bagian atas dengan hanya dilapisi cardigan tipis. Ia mengendarai mobilnya sendiri membelah jalanan ditengah-tengah perkebunan teh sebelum akhirnya bertemu dengan jalan raya. Sesampainya di restoran yang hampir selalu dia kunjungi apabila sedang ke Jeju, namun langkahnya terhenti ketika matanya menangkap seseorang yang familiar. Serena segera mencari tempat untuk bersembunyi agar tidak tertangkap basah oleh orang itu.

"Apa yang dia lakukan di sini? Apa dia sedang memata-matai perkebunan bahan baku kami." Serena tidak bisa menghentikan pikiran buruknya. Bahkan tanpa pikir panjang dia mengikuti ke mana perginya rivalnya itu. Serena terkejut kala mendapati rivalnya itu masuk ke dalam tempat yang sama sekali tidak ia dapatkan informasinya.

"Kenapa dia ke bar? Dia tidak minum, kan? Jangan dong, nanti kamu gagal menjadi kandidat terkuat." Gumam Serena khawatir. Jadi untuk memastikan, tentu saja dia harus masuk. Serena tidak menyadari secantik apa dirinya, lalu dengan pakaiannya yang bisa saja mengundang siapapun untuk orang menginginkannya.

Serena menajamkan penglihatannya di ruang yang cukup remang untuk mengenali targetnya. Bukan mendapatkan apa yang diinginkannya, dia malah dihampiri oleh pria yang jelas sudah terlihat mabuk. Serena menghindar, namun sialnya dia malah menabrak pria lain yang sama saja menatapnya lapar. Serena terjangkit kaget seseorang membelai punggung telanjangnya karena kardigan yang digunakannya tak sadar tidak lagi menutupi bahu hingga punggung bagian atasnya.

"Dasar mata keranjang." Geram Serena marah.

Namun pria-pria mabuk itu mana perduli dengan kemarahannya. Serena dengan gampang diseret oleh salah seorang pria yang tentu saja tidak dikenalinya. Lalu diikuti oleh pria lain. Panik, Serena berteriak kencang memanggil seseorang yang dia harap bisa menyelamatkannya.

"Lee Jeno! Tolong aku, Jeno!"

Serena memberontak menolak untuk dimasukkan ke dalam mobil. Dia dengan kuat mengigit lengan pria itu, lalu kaki jenjangnya tanpa segan mendarat di bagian privasi si pria. Sukses membuat pria itu jatuh terduduk. "Rasakan! Semoga kau impoten setelah ini." Sumpahnya sungguh-sungguh.

Dia segera berlari menjauh dari kedua pria lainnya setelah dia memukul mata keduanya. Begini-begini Serena akan sedikit kejam jika dia dalam kondisi mendesak. Lagipula, para pria itu cukup mabuk untuk cepat membalas perbuatannya. Namun Serena teriak kaget ketika dirinya terangkat begitu saja, kini berada di atas bahu pria lain.

"Dasar pria kurang ajar! Kubuat impoten kau nanti!" Teriaknya dengan memberontak memukuli punggung pria itu.

"Diamlah." Suara itu langsung menghentikan aksi memberontak Serena. Dengan susah payah Serena menoleh melihat wajah pria ini. Namun Serena yang kelewat hapal, dia lega karena pria ini mungkin mendengar panggilannya tadi.

Lalu beberapa pria berpakaian rapi datang melewati keduanya. Tidak lama kemudian terdengar suara perkelahian serta teriakan khas orang kesakitan dari balik sana. Serena tidak bisa melihatnya, dia terdiam kaku dengan hanya memandang ke bawah, melihat kaki jenjang Jeno. Tak lama kemudian Jeno menurunkannya, barulah Serena bisa melihat wajah pria ini.

Jeno menatapnya dalam diam, lalu Serena melakukan hal yang sama. Keduanya saling pandang dengan pikiran yang sepertinya sama-sama negatif.

"Kalau memang ingin menjual diri, tidak perlu repot-repot berteriak begitu." Ucap Jeno pedas dengan wajah tanpa ekspresi.

Serena sontak mendelik tak terima. "Hei, Tuan Lee yang terhormat, aku sudah sangat kaya. Jadi tidak perlu untuk menjual diri segala. Dasar mulut pedas."

Jeno mengidikkan bahunya tidak perduli. Dia pergi begitu saja melewati Serena tanpa kata perpisahan.

"Huh, untung saja. Aku tidak membayangkan kalau mendapat benih bukan dari Jeno." Ucapnya gamblang tanpa melihat situasi.

"Apa?"

"Hah?" Serena sontak menoleh. Jeno sudah melihatnya dengan pandangan mengintimidasi. "Tidak ada kok. Aku pergi dulu!" Serena berlari meninggalkan Jeno tanpa penjelasan. Ia buru-buru masuk ke dalam mobil, meninggalkan tempat itu secepat mungkin.

"Sepertinya dia tidak akan mau diajak bernegosiasi. Wajahnya tadi saja menyeramkan." Tutur Serena seolah frustasi. "Apa aku beri saja dia obat perangsang, hahaha ...."

*** S💙J ***

The Baby of a Business Rival ^ Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang