Hari ini Serena pergi ke kantor Jeno, tanpa memberi tahu calon ayah itu. Serena pergi ke sana memang bukan untuk menemui Jeno, dia tiba-tiba saja ingin makan di jam tanggung bahkan untuk makan siang, di kantin kantor Jeno. Jadi wanita yang tengah hamil tua itu diikuti oleh dua orang lainnya, yang satunya dari Kim, dan satunya lagi dari Lee.
Walaupun sekarang bukan waktunya istirahat, setidaknya ada beberapa karyawan yang berada di sana, membeli sesuatu untuk menunjang kegiatan kerjanya. Beberapa orang suka bekerja saat mengemil atau meminum sesuatu.
Serena mengantri untuk membeli salad buah dengan satu karyawan wanita di depannya. Melihat gambar di buku menu sudah membuat air liur Serena hampir menetes. Karyawan tadi yang sudah selesai terkejut kala mendapati ibu hamil berdiri di belakangnya.
"Serena?" Ucapnya dengan suara sepelan mungkin. Tampak ekspresi terkejutnya tidak bisa tertutupi.
"Iya?" Serena memiringkan kepalanya menatap bingung wanita di depannya.
"Kenapa tidak memanggil kalau mau ini juga? Kan kamu bisa beli duluan."
"Lho, kenapa? Kan kamu antri duluan." Serena makin bingung.
"Ibu hamil tidak boleh berdiri lama-lama." Ucapnya dengan nada seperti menakut-nakuti. "Duduk saja di kursi, biar aku yang memesankan. Kamu ketik saja di sini sambil lihat menu yang ada." Ia menyodorkan ponselnya kepada istri atasannya.
"Jangan repot-repot. Ini masih jam kerja, nanti menyita waktumu terlalu lama. Aku bisa pesan sendiri kok. Kalau aku kelelahan nanti minta tolong mereka berdua saja." Tunjuknya ke arah dua orang yang duduk dekat pintu masuk kantin.
"Hm, begini saja. Nih kamu coba dulu punya ku, biar kamu kuat menunggu pesananmu. Kamu pasti tengah mengidamkan? Aku paham kok. Nih, aaa." Ia menyodorkan sendoknya.
Serena yang merasa tidak enak apabila menolak sedangkan wanita di hadapannya ini sudah sesemangat itu untuk berbagi dengannya. Jadi Serena membuka mulutnya menerima suapan sang wanita. "Terima kasih." Senyum Serena mengembang merasakan lelehan dominan rasa keju di lidahnya.
"Sama-sama." Timbalnya dengan riang. "Eh, aku harus pergi sekarang. Lain kali kita mengobrol, ya. Dah, Serena."
"Huh, padahal aku belum tahu namanya." Serena terbengong melihat wanita itu berlari keluar dari kantin.
Setelah berpikir sejenak Serena memutuskan untuk makan di ruangan Jeno saja. Jadi dia meminta tolong kepada dua pria yang mengikutinya itu membantu memesan semua makanan yang ia mau.
***
Sambil bersenandung wanita riang ini berjalan santai menuju ruang divisinya, dengan semangkuk salad buah yang sudah ia berikan suapan pertama kepada istri atasannya. Alisnya seketika mengerut melihat ruang divisinya tampak ramai, ada apa? Pikirnya. Kepalang penasaran ia buru-buru mempercepat langkahnya.
"Itu dia, Sajang-nim. Akhirnya dia datang juga." Tunjuk teman satu divisinya tempat ke arahnya.
Ia berdiri kaku ketika atasannya itu berbalik badan, kini menatapnya seolah dia adalah santapan menggiurkan yang siap dilahap rakus.
Mata Jeno memicing mendapati sekotak makanan di tangan wanita yang sudah dia tunggu-tunggu laporan yang dibutuhkannya hingga menghampiri secara langsung karena tidak ada tanggapan sejak sejam yang lalu. Dan sekarang wanita ini malah datang membawa makanan!
Karyawan lain dalam ruangan itu terdiam membisu, bahkan mereka menahan napas saking takutnya. Aura atasan mereka seperti balik ke awal sebelum dekat dengan Serena rival perusahaan mereka.
"Kalau Anda tidak berniat bekerja lagi, silahkan mengajukan surat pengunduran diri!" Suara Jeno memang tidak sekencang itu, tapi karena susana hening jadi terdengar sangat jelas dan keras, hingga karyawan divisi sebelum juga tampak hening. Padahal biasanya mereka suka bekerja sambil berbincang cukup ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby of a Business Rival ^ Revisi
ФанфикWarn! Baca sesuai sama nomor, karena urutan bab teracak oleh WP. Serena dengan obsesinya menginginkan seorang anak dari seseorang yang dia anggap bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah saingan bisnisnya sejak 10 tahun...